BERORGANISASI UNTUK BERAMAL

SELAMAT DATANG

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Minggu, 25 April 2010

Psoriasis

1. Pengertian
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutup oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat (Siregar, 2004 : 94)
Berbeda dengan pergantian kulit pada manusia normal yang biasanya berlangsung selama tiga sampai empat minggu, proses pergantian kulit pada penderita psoriasis berlangsung secara cepat yaitu sekitar 2–4 hari, (bahkan bisa terjadi lebih cepat) pergantian sel kulit yang banyak dan menebal.

Sampai saat ini penyakit Psoriasis belum diketahui penyebabnya secara pasti, sehingga belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan secara total penyakit Psoriasis.
1. Eritrodermis Psoriasis


Tipe psoriasis ini sangat berbahaya, seluruh kulit penderita menjadi merah matang dan bersisik, fungsi perlindungan kulit hilang, sehingga penderita mudah terkena infeksi.
2. Psoriatik Arthritis


Timbul dengan peradangan sendi, sehingga sendi terasa nyeri, membengkak dan kaku, sama persis seperti gejala rematik. Pada tahap ini, penderita harus segera ditolong agar sendi-sendinya tidak sampai terjadi kropos
3. Psoriasis Guttate


Psoriasis Guttate (GUH-tate) adalah salah satu bentuk dari psoriasis yang mulai timbul sejak waktu anak-anak atau remaja. kata guttate berasal dari bahasa Latin yang berarti “jatuh”.(drop). Bentuk psoriasis ini menyerupai bintik-bintik merah kecil di kulit. bercak (lesions) guttate biasanya timbul pada badan dan kaki. Bintik-bintik ini biasanya tidak setebal atau bersisik seperti bercak-bercak (lesions) pada psoriasis plak.





4. Psoriasis Inverse

Inverse psoriasis ditemukan pada ketiak, pangkal paha, dibawah payudara, dan di lipatan-lipatan kulit di sekitar kemaluan dan panggul Tipe psoriasis ini pertama kali tampak sebagai bercak (lesions) yang sangat merah dan biasanya lack the scale associated dengan psoriasis plak. Bercak itu bisa tampak licin dan bersinar. Psoriasis Inverse sangat (particularly irritating) menganggu karena iritasi yang disebabkan gosokan/garukan dan keringat karena lokasinya di lipatan-lipatan kulit dan daerah sensitif tender). terutama sangat mengganggu bagi penderita yang gemuk dan yang mempunyai lipatan kulit yang dalam.

5. Psoriasis Kuku

menyerang dan merusak kuku dibagian bawah kuku tumbuh banyak sisik seperti serbuk, jenis ini termasuk yang sulit/bandel untuk disembuhkan bagi penderita.
6. Psoriasis Plak

Hampir 80% dari penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis plak yang secara ilmiah sisebut juga psoriasis vulgaris (yang berarti umum). Tipe plak ini bersifat meradang pada kulit menimbulkan bercah merah yang dilapisi dengan kulit yang tumbuh berwarna keperakan yang umum nya akan terlihat pada sekitar alis,lutut, kepala (seperti ketombe), siku juga bagian belakang tubuh sekitar panggul serta akan meluas kebagian-bagian kulit lainnya.
7. Psoriasis Pustular

Kasus Psoriasis Pustular (PUHS-choo-ler) terutama banyak ditemui pada orang dewasa. Karakteristik dari penderita PUHS-choo-ler ini adalah timbulnya Pustules putih (blisters of noninfectious pus) yang dikelilingi oleh kulit merah. Pus ini meliputi kumpulan dari sel darah putih yang bukan merupakan suatu infeksi dan juga tidak menular. Bentuk psioriasis yang pada umumnya tidak biasa ini mempengaruhi lebih sedikit dari 5 % dari seluruh penderita psoriasis. Psoriasis ini, bisa terkumpul dalam daerah tertentu pada tubuh, contohnya, pada tangan dan kaki. Psoriasis Pustular juga dapat ditemukan menutupi hampir seluruh tubuh, dengan kecenderungan membentuk suatu siklus - reddening (membuat kulit merah??) yang diikuti oleh pembentukan pustules dan scaling.


8. Psoriasis Scalp
Psoriasis tipe ini tampak pada batas rambut, kepala (seperti ketombe), kening, sekitar leher juga dibelakang telinga, berupa seperti sisik kulit atau serbuk
2. Etiologi
Menurut Harahap, Marwati (2000 : 116-117), penyebab psoriasis yang pasti belum diketahui. Ada beberapa faktor predisposisi dan pencetus yang dapat menimbulkan penyakit ini.
Faktor-faktor predisposisi, yaitu :
a. Faktor berediter bersifat dominan otosomal dengan penetrasi tidak lengkap.
b. Faktor-faktor psikis
c. Infeksi fokal
d. Penyakit metabolik seperti diabetes mellitus yang laten
e. Gangguan pencernaan seperti obstipasi
f. Faktor cuaca
Faktor-faktor provokatif yang dapat mencetuskan atau menyebabkan penyakit ini tambah hebat adalah :
a. Faktor trauma
b. Faktor infeksi
c. Obat-obatan
d. Sinar ultraviolet
e. Stress psikologis
f. Kehamilan

3. Patofisiologi
Psoriasis merupaan penyakit kronik yang dapat terjadi pada setiap usia. Perjalanan alamiah penyakit ini sangat berfluktuasi. Pada psoriosis ditunjukan adanay penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel yang epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna perak). Peningkatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosine monofosfat (AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) siklik. Prostaglandin dan polamin juga abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi plak psoriatic belum dapat dimengerti secara jelas.

4. Tanda dan Gejala
Menurut Harahap, Marwati (2000 : 117-118), penderita psiriosis umumnya tidak menunjukkan perubahan keadaan umum, kecuali bila stadium penyakitnya sudah sampai pada eritrodermia. Ada penderita yang mengeluh rasa gatal, merasa kaku atau merasa sakit bila bergerak.
Gejala pertama psoriasis berupa macula dan papula eritem yang timbul tiba-tiba. Selanjutnya, papula membesar secara sentrifugal sampai sebesar lentikuler dan numuler. Beberapa macula ini dapat bergabung membentuk lesi-lesi yang lebar. Macula eritemini berbatas tegas dan diatasnya didapati skuama yang mempunyai sifat-sifat khas. Warnanya putih seperti perak atau mika, transparan, kering, kasar dan berlapis-lapis. Terdapat fenomena tetesan lilies, tanda Auspitz dan fenomena Koebner.
Psoriasis yang menyerang kuku jari tangan dan kaki memberi gambaran berupa lubang kucil pada kuku yang disebut pits.
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Harahap, Marwati (2000 : 119), pemeriksaan penunjang pada penyakit prosiasis adalah pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong diagnosis psoriasis tidak banyak. Pemerik,saan yang bertujuan mencari penyakit yang menyertai psoriasis perlu dilaksanakan, seperti pemeriskaan darah rutin, mencari penyakit infeksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol untuk penyakit diabetes mellitus.

6. Penatalaksanaan Penunjang
Menurut Djuanda, Adhi (1999 : 175-178) pengobatan sempurna pada penyakit psoriasis belum ada karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan, sebagian hanya berdasarkan empirik. Psoriasis sebaiknya diobati secara topical, jika hasilnya tidak memuaskan baru dipertimbangkan pengobatan sistemik karena efek samping pengobatan sistemik lebih banyak.
a. Pengobatan Topikal
1) Preparat ter ( ter kayu, fosil atau batubara) dengan konsentrasi 2-5%.
2) Kortikosteroid : jika lesi hanya beberapa dapat pula disuntikkan triamsinolon asetonid intralesi seminggu sekali.
3) Distranol (antralin) 0,2 – 0,8 % dalam pasta atau salep, kesembuhan tampak sesudah 3 minggu dan dapat bertahan beberapa bulan.
4) Pengobatan dengan penyinaran (PUVA) yaitu kombinasi psoralen dan sinar ultraviolet 0,6 mg/kg berat badan. Diberikan oral 2 jam sebelum disinar degan sinar ultraviolet. Pengobatan dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi setelah 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan pengobatan rumatan (maintainance) tiap 2 bulan.
b. Pengobatan Sistemik
1) Kortikosteroid : hanya digunakan pada eritroderma psoriasis eritrodermik dan psoriasis pustulosa generalisata. Dosis permulaan 40-60 mg prednisone sehari.
2) Obat sitostatik : obat yang biasanya digunakan ialah metotreksat.
3) Levodopa : Desisnya antara 2 x 250 mg – 3 x 500 mg
4) DDS (Diaminodifenilsulfon) : dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa tipe barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari.
5) Etretinat (tegison, tigason) : dosisnya pada bulan pertama diberikan 1 mg / kg BB jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1½ mg / kg BB.
6) Siklosporin : dosisnya 6 mg / kg BB sehari.

7. Prognosis
Menurut Siregar (2004 : 95), prognosis dari psoriasis adalah tidak menyebabkan kematian tetapi bersifat kronik residif.

8. Komplikasi
Menurut Siregar (2004 : 95), komplikasi psoriasis adalah sebagai berikut :
a) Dapat menyerang sendi, menimbulkan arthritis psoriasis
b) Psoriasis pustulosa : pada eritema timbul pustule miliar. Jika menyerang telapak tangan dan kaki serta ujung jari disebut psoriasis pustule tipe barber. Namun, jika pustule timbul pada lesi psoriasis dna juga kulit diluar lesi, dan disertai gejala sistemik berupa panas / rasa terbakar disebut tipe zumbusch.
c) Psoriasis eritrodermia : jika lesi psoriasis terdapat diseluruh tubuh dengan skuama halus dan gejala konstitusi berupa badan terasa panas dingin.



1. Pengkajian
a. Pola Persepsi Kesehatan
• Adanya infeksi sebelumnya
• Pengobatan sebelumnya tidak berhasil
• Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu, missal : vitamin, jamu
• Adakah berkonsultasi rutin ke Dokter
• Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan
b. Pola Nutrisi Metabolik
• Pola makan sehari-hari : jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan.
• Kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu, berminyak, pedas.
• Jenis makanan yang disukai
• Nafsu makan menurun
• Muntah-muntah
• Penurunan berat badan
• Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan
• Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih.
c. Pola Eliminasi
• Sering berkeringat
• Tanyakan pola berkemih dan bowel
d. Pola Aktivitas dan Latihan
• Pemenuhan sehari-hari terganggu
• Kelemahan umum, malaise
• Toleransi terhadap aktivitas rendah
• Mudah berkeringan saat melakukan aktivitas ringan
• Perubahan pola nafas saat melakukan aktivitas
e. Pola Tidur
• Kesulitan tidur pada malam hari karena stress
• Mimpi buruk
f. Pola Persepsi Kognitif
• Perubahan dalam konsentrasio dan daya ingat
• Pengetahuan akan penyakitnya
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
• Perasaan tidak percaya diri atau minder
• Perasaan terisolasi
h. Pola Hubungan dengan Sesama
• Hidup sendiri atau berkeluarga
• Frekuensi interaksi berkurang
• Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
i. Pola Reproduksi Seksualitas
• Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan
• Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
• Emosi tak stabil
• Ansietas, takut akan penyakitnya
• Disorientasi, gelisah
k. Pola Sistem Kepercayaan
• Perubahan dalam diri klien melakukan ibadah
• Agama yang dianut

Diagnosa dan Rencana Keperawatan
DP1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal sekunder akibat psoriasis
Tujuan : Kerusakan integritas kulit dapat teratasi dalam 3 x 24 jam.
Kriteria Hasil :
1. Area terbebas dari infeksi lanjut.
2. Kulit bersih, kering, dan lembab
Intervensi :
1. Kaji keadaan kulit
R/ : Mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk melakukan intervensi yang tepat.
2. Kaji keadaan umum dan observasi TTV.
R/ : Mengetahui perubahan status kesehatan pasien.
3. Kaji perubahan warna kulit.
R/ : Megetahui keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
4. Pertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering.
R/ : Membantu mempercepat proses penyembuhan.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.
R/ : Untuk mempercepat penyembuhan.
DP2 Ketakutan berhubungan dengan perubahan penampilan
Tujuan : Ketakutan teratasi setelah 3 x 24 jam.
Kriteria Hasil :
1. Klien menyatakan peningkatan kenyamanan psikologis dan fisiologis.
2. Dapat menjelaskan pola koping yang efektif dan tidak efektif.
3. Mengidentifikasi respons kopingnya sendiri.
Intervensi :
1. Kaji ulang perubahan biologis dan fisiologis.
R/ : Reaksi fisik kronis terhadap stresor-stresor menunjukkan adanya penyakit kronis dan ketahanan rendah.
2. Gunakan sentuhan sebagai toleransi.
R/ : Kadang-kadang dengan memegang secara hangat akan menolongnya mempertahankan kontrol.
3. Dukung jenis koping yang disukai ketika mekanisme adaftif digunakan.
R/ : Marah merupakan respon yang adaptif yang menyertai rasa takut.
4. Anjurkan untuk mengekspresikan perasaannya.
R/ : Dapat mengurangi stres pada pasien.
5. Anjurkan untuk menggunakan mekanisme koping yang normal.
R/ : Ketepatan dalam menggunakan koping merupakan salah satu cara mengurangi ketakutan.
6. Anjurkan klien untuk mencari stresor dan menghadapi rasa takutnya.
R/ : Kesadaran akan faktor penyebabkan ketakutan akan memperkuat kontrol dan mencegah perasaan takut yang makin memuncak.




DP3 : Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis
Tujuan : Ansietas dapat diminimalkan sampai dengan diatasi setelah 3 x 24 jam
Kriteria Hasil :
1. Pasien tampak rileks
2. Pasien mendemonstrasikan/menunjukan kemampuan mengatasi masalah dan menggunakan sumber-sumber secara efektif
3. Tanda-tanda vital normal
4. Pasien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi :
1. Kaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebab bila mungkin
R/ : Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapinya dengan lebih realistis
2. Kaji ulang keadaan umum pasien dan TTV
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
3. Berikan waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya dan dorongan ekspresi yang bebas, misalnya rasa marah, takut, ragu
R/ : Agar pasien merasa diterima
4. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
R/ : Ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman dapat menyebabkan timbulnya ansietas
5. Diskusikan perilaku koping alternatif dan tehnik pemecahan masalah
R/ : Mengurangi kecemasan pasien
DP4 Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri
Tujuan : Gangguan konsep diri teratasi dalam 3 x 24 jam
Kriteria Hasil :
1. Dapat berinteraksi seperti biasa.
2. Rasa percaya diri timbul kembali.


Intervensi :
1. Kaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan dengan orang lain.
R/ : Mengetahui tingkat ketidakpercayaan diri pasien dalam menentukan intervensi selanjutnya.
2. Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan pasien.
R/ : Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara perawat-pasien.
3. Beri harapan dalam parameter situasi individu.
R/ : Meningkatkan perilaku positif
4. Berikan penguatan positif terhadap kemajuan.
R/ : Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif.
5. Dorong interaksi keluarga.
R/ : Mempertahankan garis komunikasi dan memberikan dukungan terus-menerus pada pasien.
DP5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah
Kriteria Hasil :
1. Pasien menunjukkan pemahaman akan penyakitnya.
2. Pasien menunjukkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Intervensi :
1. Kaji ulang pengobatan.
R/ : Pengulangan memungkinkan kesempatan untuk bertanya dan meyakinkan pemahaman yang akurat.
2. Ajar tanda dan gejala serta kemungkinan yang dapat menimbulkan inflamasi.
R/ : Agar pasien memahami dan mencegah faktor resiko inflamasi serta dapat mengantisipasi secara dini kelanjutan keadaan tersebut.
3. Diskusikan jadwal pengobatan.
R/ : Agar pasien dapat menentukan waktu yang tepat untuk terapi sehingga memahami fungsi terapi yang diikuti.
4. Diskusikan tentang peningkatan jadwal kunjungan ke Dokter.
R/ : Agar pasien lebih mengerti akan kondisinya

Daftar Pustaka
Ajunadi, Purnawan dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.
Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.
Harahap,Marwali.2000.Ilmu Penyakit Kulit .Hipokrates: Jakarta
Suddart,Brunner.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC: Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar