BERORGANISASI UNTUK BERAMAL

SELAMAT DATANG

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Senin, 19 April 2010

GAGAL GINJAL KRONIK

“GAGAL GINJAL KRONIK”

A. DEFINISI.
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan faal ginjal menahun yang umumnya irreversibel dan cukup lanjut, perkembangannya cukup progresif dan lambat.

B. ETIOLOGI.
penyakit vaskular hypertensif, gangguan jaringan penyambung, gangguan kongenital GGK terjadi karena serangan ulang dari GGA yang berlangsung dalam waktu beberapa bulan / tahun .
Adapun klasifikasi penyakit yang menyebabkannya, yaitu : ISK, peradangan, dan heriditer, penyakit metabolik, nefropati toxik dan nefropati obstruktif.

C. PATOFISIOLOGI.
Ada dua pendekatan teoritis yang biasanya diajukan untuk menjelaskan gangguan fungsi ginjal pada GGK. Sudut pandangan tradisional menyatakan bahwa semua unit nefron telah terserang dlm stadddium yang berbeda, yaitu dibedakan menurut perjalanan klinis gagal ginjal progresif yang terdiri dari :
 Stadium pertama, dinamakan stadium penurunan cadangan ginjal. Pada stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dpt diketahui dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal seperti tes pemekatan urine yang lama atau tes GFR yang teliti.
 Stadium kedua, disebut stadium insufisiensi ginjal, diman lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN dan kreatinin telah meningkat juga telah didapatkan gejala-gejala nokturia atau poliuria. Nokturia didefinisikan sebagai gejala pengeluaran kemih pada waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml, disebabkan oleh hilangnya pemekatan kemih diurnal normal dengan perbandingan jumlah kemih malam hari dan siang hari 3 : 1 atau 4 : 1. Poliuria berarti peningkatan volume kemih yang terus menerus sampai 3 lt / hari.
 Stadium ketiga, disebut stadium akhir atau stadium uremia. Pada keadaan ini timbul apabila sekitar 90 % masa nefron telah hancur atau sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai GFR hanya sekitar 10 % dari normal, bersihan kreatinin hanya 5 – 10 ml / mnt atau kurang. Kadar BUN dan kreatinin sangat meningkat dan mencolok menandai memburuknya respon ginjal.

Meskipun perjalanan klinis gagal ginjal kronik dibagi dlm tiga stadium, tetapi dlm prakteknya tidak ada batas-batas yang jelas antara stadium-stadium tersebut.
Urutan peristiwa patofisiologi gagal ginjla progresif dpt diuraikan dari segi hipotesis nefron yang masih utuh ( Bricker & Fine, 1969 ) dengan gambaran sebagai berikut :
Penyakit ginjal menahun / heriditer merusak nefron sisa nefron

Kompensasi


Hipertropi Meningkatnya Filtrasi,
Beban Solut, Reabsorbsi


Memburuknya Respon Ginjal


GGK

D. MANIFESTASI KLINIS.
Karena GGK merupakan penyakit sistemik, maka respon yang ditimbulkannya juga sistemik yang mengganggu hampir seluruh sistem tubuh seperti dibawah ini :
Sistem Gastrointestinal :
1. Anoreksia, nausea, vomitus
2. Foeter uremik, stomatitis dan parotitis
3. Cegukan

Integumen :
1. Kulit pucat
2. Gatal-gatal
3. Ekimosis
4. Urea flost
5. Bekas garukan

Hematologik :
1. Anemia
2. Gangguan fungsi trombosit
3. Gangguan leukosit

Sistem Saraf dan Otot :
1. Restless Leg Syndrome
2. Burning Feet Syndrome
3. Ensefalopati Metabolik
4. Miopati

Kardio vaskular :
1. Hypertensi
2. Nyeri dan sesak nafas
3. Gangguan irama jantung
4. Edema

Endokrin :
1. Gangguan sexual
2. Gangguan toleransi glukosa
3. Gangguan metabolisme lemak
4. Gangguan metabolisme vitamin D

Gangguan Sistem Lain :
1. Tulang
2. Asam Basa
3. Elektrolit

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang, baik pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan radiologi seperti berikut ini :
 Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi GGK.
 Foto Polos Abdomen
Sebaiknya tanpa puasa karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal. Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau ada obstruksi lain. Foto polos yang disertai tomogram akan memberi keterangan lebih baik.
 Pielografi Intra Vena
Dpt dilakukan dengan cara intravenous infusion pyelography, menilai sistem pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya pada orang tua lanjut usia, diabetes dan nefropati asam urat.
 USG Ginjal
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal dan kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kencing serta prostat, menentukan adanya massa, kista, dan obstruksi pada saluran perkemihan pada bagian atas.
 Arteriogram Ginjal
Mengkaji sirkulasi ginjal, mengidentifikasi ekstravaskuler dan massa.
 Sistouretrogram Berkemih
Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluk kedalam uereter dan retensi.
 Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan ( vaskular, parenkim, ekskresi ) serta sisa fungsi ginjal.
 Pemeriksaan Pielografi Retrograd
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversibel. Pada GGK menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
 Biopsi Ginjal
Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologi.
 Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari kardiomegali dan efusi kardial.
 Pemeriksaan Radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi ( terutama falank / jari ), klasifikasi metastatik, demineralisasi dan kalsifikasi.
 Pemeriksaan Radiologi Paru
Mencari uremic lung, yang belakangan ini dianggap disebabkan bendungan.
 EKG
EKG dilakukan untuk melihat kemungkinan :
 Hipertrofi ventrikel kiri
 Tanda-tanda perikarditis ( misal;nya voltage rendah )
 Aritmia
 Gangguan elektrolit ( Hiperkalemia )
 Pemeriksaan Laboratorium
1. Urine :
 Volume : < 400 ml/24 jam  Warna : keruh  BJ : < 1,015  Osmolaritas : < 350 mOsm/Kg  Klirens Kreatinin : agak menurun  Natrium : > 40 mEq/L
 Protein : + 3 sampai +4
2. Darah :
 BUN / Kreatinin : 10 mg/dl
 Hb : < 7 – 8 gr/dl
 Retikulosit : menurun
 LED : meningkat
 PH : < 7,2
 Bikarbonat : 15 – 25 mmol/liter
 Magnesium / Fosfat : meningkat
 Protein dan kolesterol : menurun
 Gula Darah : tinggi
 Trigliserida : tinggi
 Natrium : menurun
 Kalium : 6,5 mEq/L
 Kalsium : 1,24 mg/dl

F. KOMPLIKASI.
Perdarahan, Fraktur Patologis, Anemia, Gagal Jantung Kongestif, Efusi Pleura, Asidosis

G. PENATALAKSANAAN.
Tujuan pengobatan orang dengan kegagalan ginjal kronis, yaitu :
1. Stabilisasi lingkungan interna yang diusahakan melalui hal-hal sebagai berikut :
a. Kesadaran mental dan interaksi sesuai dengan lingkungan.
b. Terkendalinya odema perifer dan tidak terjadi odema paru.
c. Seimbangnya elektrolit.
d. Tidak terjadi infeksi / inflamasi sendi.
2. Tidak terjadi perdarahan.
3. Tekanan Darah dapat dikendalikan.
4. Terkendalinya gangguan nutrisi ( intake nutrisi cukup ).
5. Tidak terjadi toksisitas.

Tatalaksana :
1. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
2. Pengaturan diet tinggi kalori rendah protein; rendah garam; rendah potassium.
3. Kontrol hipertensi.
4. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit.
5. Mencegah komplikasi ke tulang.
6. Deteksi dini dan terapi infeksi.
7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi obat.
8. Deteksi dan terapi komplikasi.
9. Persiapan dyalisis dan program transplantasi.


“ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN”
“GAGAL GINJAL KRONIK”

PENGKAJIAN.
1. Identitas Klien.
2. Riwayat Kesehatan.
a. Keluhan Utama :
Odema, sesak nafas, sedikit kencing, anoreksia, pucat, pusing, mudah lelah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
 Klien mengeluh nyeri diseluruh tubuh, BB meningkat.
 Menurunnya volume urine.
 Tekanan darah meningkat.
 Nyeri pada tulang dan sendi, letargi, fatique, tremor, kejang, ketidakmampuan aktivitas hidup sehari-hari.
 Anemia, anoreksia, nausea, muntah.
 Sesak nafas (keluhan semakin hari semakin bertambah).
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Tanyakan :
· Ada riwayat hypertensi lama.
· Riwayat batu.
· Riwayat odema, DM, Gout.
· Riwayat ISK
· Pemakaian obat nefrotoxik.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tanyakan adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga.

3. Pemeriksaan Fisik.
a. Umum : Fatique, Malaise, Gagal Tumbuh, Debil.
b. Kulit : Pucat, Mudah Lecet, Rapuh, Leokonikia.
c. Kepala Dan Leher : Fetor Uremik, Lidah Kering Dan Berselaput.
d. Kardiovaskular : Hypertensi, Kelebihan Cairan (Odema), Gangguan Irama Jantung.
e. Pernafasan : Hyperventilasi, Odema Paru, Efusi Pleura, Sesak Nafas.
f. Gastro Intestinal : Anoreksia, Mual, Muntah.
g. Saraf : Letargi, Malaise, Mengantuk, Kejang.
h. Endokrin : Hiperparatiroidisme, Defisiensi Vitamin D.
i. Sendi : Gout.
j. Hematologi : Anemia, Mudah Perdarahan.

4. Hasil Laboratorium.
Meningkatnya BUN dan Kreatinin Darah, Anemia, Hb Menurun, LED Meningkat, Ureum Meningkat, Natrium Menurun, Kalsium Menurun, Fosfat Meningkat, Kalium Meningkat, Albumin Menurun, Gula Darah Meningkat, Ph Menurun.





DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA KLIEN DENGAN GGK :

1. Kelebihan Volume Cairan Berhubungan Dengan Kerusakan Fungsi Ginjal, ditandai dengan :
 Odema
 Volume urine menurun
 BB meningkat
 Tekanan Darah meningkat
 Natrium menurun
 Albumin menurun
 BUN dan Kreatinin meningkat

Tujuan : Mempertahankan cairan dalam batas normal.

Intervensi :
 Awasi denyut jantung, Tekanan Darah.
 Catat pemasukan dan pengeluaran cairan secara adekuat.
 Timbang BB setiap hari.
 Kaji kulit, area odema dan evaluasi derajat odema.
 Kaji tingkat kesadaran.
 Pantau kreatinin dan BUN. Konsul temuan yang didapat pada dokter.
 Rujuk ke ahli diet untuk penyuluhan diet dan pengelolaan makanan.
 Kolaborasi untuk pemberian anti hipertensi sampai TD normal.


2. Penurunan Curah Jantung Berhubungan Dengan Ketidakseimbangan Cairan, ditandai dengan :
Gangguan irama jantung, TD meningkat, odema paru.

Tujuan : Mempertahankan curah jantung dengan TD dalam batas normal.

Intervensi :
 Awasi TD dan curah jantung  batasi cairan.
 Auskultasi bunyi jantung.
 Kaji warna kulit, mukosa dasar kuku dan kapiler.
 Perhatikan adanya kelainan irama jantung, penurunan kesadaran.
 Pertahankan tirah baring dan beri O2 sesuai indikasi.

3. Perubahan Kenyamanan Berhubungan Dengan Respon Sistemik Gagal Ginjal Kronik, ditandai dengan :
 Nyeri diseluruh tubuh
 Fatique, letargi, tremor
 Pusing

Tujuan : Mempertahankan klien dalam batas kenyamanan yang diharapkan.

Intervensi :
 Kaji ketidaknyamanan yang dirasakan klien.
 Atur posisi klien senyaman mungkin.
 Berikan dan ajarkan klien teknik managemen nyeri.
 Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik non toksik.

4. Perubahan Nutrisi Berhubungan Dengan Anoreksia; Mual; Muntah, ditandai dengan :
 Pucat
 Hb rendah
 Mudah lelah

Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Intervensi :
 Awasi konsumsi makanan / cairan.
 Beri diet tinggi kalori, rendah protein, rendah garam dan potassium.
 Timbang BB setiap hari.
 Pertahankan kebersihan mulut sebelum dan sesudah makan.
 Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering.
 Awasi adanya perdarahan.
 Kolaborasi dalam pemberian suplemen zat.

5. Intoleran Aktivitas Berhubungan Dengan Anemia; Nyeri Sendi, ditandai dengan :
 Mudah lelah, malaise
 Mengeluh nyeri sendi

Tujuan : Klien menampakkan meningkatnya toleransi aktivitas.

Intervensi :
 Pantau BB tiap hari; jumlah maknan yang dikonsumsi.
 Pantau hasil laboratorium.
 Konsul dokter jika kelelahan menetap.
 Mungkinkan periode istirahat.
 Bantu klien merencanakan jadwal aktivitas setiap hari.

6. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi Berhubungan Dengan Menurunnya Sistem Imun.

Tujuan : Mencegah infeksi.

Intervensi :
 Ciptakan lingkungan yang bersih.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
 Diskusikan tingkat dan rasional pencegahan dan mempertahankan kesehatan.
 Anjurkan hygiene mulut yang baik.
 Pantau hasil laboratorium : LED.








DAFTAR PUSTAKA :


Brown, Collin B. Manual Ilmu Penyakit Ginjal. Penerbit : Bina Rupa Aksara, Jakarta. 1991.

Doenges Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit : EGC, Jakarta. 2000.

Scholtmeijer R.T dan Schloder. F H. Urologi Untuk Praktek Umum. Penerbit : EGC, Jakarta. 1982.

Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. jilid 1. Penerbit : FKUI, Jakarta. 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar