BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut para sufi, manusia adalah mahluk Allah yang paling sempurna di dinia ini. Hal ini, seperti yang dikatakan Ibnu'Arabi manusia bukan saja karena merupakan khalifah Allah di bumi yang dijadikan sesuai dengan citra-Nya, tetapi juga karena ia merupakan mazhaz (penampakan atau tempat kenyataan) asma dan sifat Allah yang paling lengkap dan menyeluruh.
Diantara makhluk hidup yang lain, manusia di pandang sebagai makhluk yang mempunyai banyak kelebihan. Di dalam hati kita sesungguhnya tempatnya pusat ketenangan, kedamaian,kesehatan, dan kebahagiaan sejati yang hakiki. Bahkan hati kita merupakan cerminan dari diri dan hidup kita secara keseluruhan. Di dalam hati terdapat sumber kesehatan fisik, kekuatan mental, kecerdasan emosional, serta penuntun bagi manusia dalam meraih kemajuan spiritualnya. Hati menjadi tempat di mana sifat-sifat mulia dari Allah swt Sang Pencipta Kehidupan bersemayam. Hati adalah tempat dimana semua hal yang terindah, semua hal yang terbaik, hal yang termurni, dan tersuci berada di dalamnya. Di dalam kitab suci Al-Qur'an, secara jelas Allah swt telah menyampaikan bahwa manusia dianugerahi akal untuk berpikir dan memecahkan masalah serta dianugerahi hati untuk memahami realitas.
Manusia makhluk yang memiliki karakteristik sikap, prilaku dan tingkah laku yang berbeda – beda. Prilaku, tingkah laku maupun sikap manusi terkadang bersumber dari aoan manusManusia, pada satu keadaan dan waktu yang sama, adalah seorang mahluk penyendiri dan mahluk sosial. Sebagai mahluk penyendiri ia berusaha untuk melindungi keberadaannya dan yang terpenting untuknya adalah memuaskan keinginan pribadinya, dan untuk mengembangkan bakatnya. Sebagai mahluk sosial, ia berusaha untuk memperoleh pengakuan dan dicintai oleh sesama manusia, untuk membagi kebahagiaan, untuk membuat nyaman mereka di kala sedih, di hormati orang lain dan untuk meningkatkan taraf hidup. Hanya saja eksistensi dari hal-hal tersebut sangat bergantung, kadang bertentangan, bergantung pada karakter pribadi manusia tersebut dan kombinasi khusus tersebut menentukan sampai sejauh mana seseorang dapat mencapai keseimbangan pribadi dan dapat memberikan sumbangan bagi kehidupan masyarakat.
B. Tujuan
Untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh bapak husin S. Kep , Ns selaku dosen ilmu komunikasi dan etika kepribadian.
Memberikan penjelasan dan pengertian tentang arti dari hati nurani, risk - taking dan rasa percaya diri.
Memberikan contoh – contoh prilaku yang baik dalam risk – taking ( mengambil keputusan ).
C. Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk memotivasi kita dalam berprilaku.
Makalah ini banyak memberikan informasi – informasi yang bermanfaat.
Memberikan kita pilihan. Mana yang benar dan mana yang salah dalam hal risk – taking ( mengambil keputusan ).
Mengajarkan kita hal – hal yang baik dalam bersikap dan berprilaku.
BAB II
ISI
A. Percaya diri
Artinya :
Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan lah ( pula ) kamu besedih hati, padahl kamulah orang – orang yang paling tinggi ( derajatnya ), jika kamu orang – orang yang beriman. ( QS. Ali’imraan [ 3 ] : 139 ).
Ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan percaya diri ini :
Self-concept: bagaimana Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan, bagaimana Anda melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda mengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan.
Self-esteem: sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmana Anda punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dari diri Anda, sejauh mana Anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri Anda
Self efficacy: sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana Anda meyakini kapasitas anda di bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific self-efficacy.
Self-confidence: sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas kemampuan Anda dan sejauh mana Anda bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy (James Neill, 2005)
Rasa percaya diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. Alfred Adler mencurahkan dirinya pada penyelidikan rasa rendah diri. Ia mengatakan bahwa kebutuhan yang paling penting adalah kebutuhan akan rasa percaya diri dan rasa superioritas (Lauster, 1999: 10). Rasa tidak percaya diri merupakan penghambat seseorang untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dan sebaliknya, bila kita mempunyai sikap percaya diri yang tinggi maka kita bisa mengelola pergaulan kita untuk hidup yang lebih baik. Percaya diri merupakan satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Dengan kepercayaan diri, seseorang telah memiliki diri yang baik.
Sayangnya, seringkali percaya diri menjadi masalah bagi sebagian orang. Akibatnya, muncul rasa minder yang malah akan menghambat kemajuan. Bagaimana kita bisa melakukan dengan baik kalau kita tidak yakin ? bahkan mengacungkan tangan untuk bertanya dalam sebuah pertemuan pun kadang – kadang kita tidak mempunyai keberanian. Perasaan takut salah dalam bersikap dan bergaul dengan orang lain adalah salah satu penyebab kurangnya rasa percaya diri kita . kita telah memposisikan diri kita pada tempat yang keliru. Karena kita telah memasukkan pikiran negatif (kegagalan, reaksi negatif orang lain) ke dalam otak kita. Hambatan inilah yang haruskita rubah untuk selalu berpikir positif bahwa apapun yang kita yakini dan perbuat itu baik pastilah akan diterima dengan baik oleh orang lain. Kurangnya ibadah dapat mempengaruhi rasa percaya diri. Karena nilai spiritual adalah dorongan terbesar untuk sebuah perubahan yang lebih baik. Karena Allahlah tempat kita bergantung kepadanya yang hanya Dialah yang dapat mengubah hati (kepribadian) manusia. Oleh karenanya Jangan longgarkan hubungan spiritual dengan Yang Maha Kuasa, tetapi justru harus diperkokoh terus mnerus dengan menjaga interaksi kita padaNya melalui ibadah-ibadah baik yang sudah wajib maupun yang sunnah harus selalu kita tingkatkan. Insya Allah, hasil dari kedekatan ini akan memancar melalui hati, pikiran dan lisan kita menjadi kebaikan-kebaikan untuk sesama yang pastilah akan mendapatkan tanggapan positif dari sekitar kita. Dari data penelitian, ditemukan banyak faktor yang menjadikan kendala seseorang enggan untuk menjadi penyeru kebaikan. Antara lain, kurang percaya diri, kemudian disusul tidak adanya skill. Kalau kita runut, keduanya mempunyai korelasi yang sangat erat. Sebenarnya akar masalah orang yang tidak percaya diri terletak pada skill (keterampilan). Dan, skill utama bagi seorang penyeru kebaikan terletak pada kemampuan penguasaan materi, pemahaman terhadap nilai-nilai yang disampaikan, serta penguasaan skill penyampaian.
Untuk menumbuhkan ketiga hal tersebut perlu sebuah usaha pembiasaan. Dan untuk menjadikan hal itu sebagai sebuah kebiasaan dalam diri seseorang secara permanen, maka perlu ditanamkan beberapa faktor: Pertama, paham. Tanpa pemahaman yang utuh, orang tidak akan dapat bekerja dengan ikhlas, lemah produktiftas, dan tidak akan tahan lama. Kedua, memiliki skill. Orang yang tidak memilki skill biasanya akan bekerja dengan cemas dan minder. Ketiga, kemauan. Dengan kemauan, kita dapat beramal secara konsisten dalam rentang waktu yang lebih lama.
1. Ada beberapa kiat praktis untuk meningkatkan rasa percaya diri. Utamanya meliputi aspek kemauan, pemahaman serta keterampilan. Untuk memenuhi aspek kemauan, Anda perlu melakukan berbagai usaha. Antara lain:
2. Bekerjalah dengan Ikhlas. Yakinkan bahwa seluruh amalan baik akan mendapatkan pahala walau tidak enak untuk dikerjakan.
3. Kerjakan setiap aktifitas dengan penuh tanggung jawab, memiliki landasan nilai (vaIue) dan prinsip-prinsip yang kuat.
4. Milikilah kebiasaan menerima. Ini akan meningkatkan rasa memiliki.
5. Tingkatkan rasa tanggung jawab pribadi. Dengan itu, rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan problem umat akan tumbuh.
6. Miliki kebiasaan mempertahankan hak. Dengan cara mendorong sikap percaya diri untuk membela hak-hak kita yang hilang.
7. Milikilah kebiasaan hidup dengan tujuan. Tanpa tujuan yang kuat tak akan ada target dan kurang termotivasi untuk melakukan aktifitas yang baik sekalipun.
8. Memiliki integritas diri. Kekuatan utama bagi penyeru kebaikan terletak pada kekuatan integritas, yaitu kesatuan antara ucapan, statement tertulis dan tindakan kita.
Sedangkan untuk aspek pemahaman dan keterampilan, barangkali beberapa langkah berikut bisa Anda usahakan:
1. Milikilah catatan/referensi materi dan agenda yang rapi.
2. Siapkan materi yang akan disampaikan. Naik panggung tanpa persiapan, maka turun panggung penuh dengan kehinaan.
3. Bacalah buku-buku referensi, ini sangat membantu meningkatkan pemahaman.
4. Milikilah hafalan yang baik. Orang berbicara mengandalkan apa yang diingat.
5. Ambillah selalu kesempatan untuk tampil dimuka umum kapan saja. Sebagai latihan melancarkan kemampuan bicara dan kontrol diri.
6. Ikutilah beberapa pelatihan, semisal pelatihan Training for Trainer, atau sejenis pelatihan untuk pelatih dan fasilitator yang membekali skill mengajar.
Dengan kecakapan dalam bidang pemahaman dan keterampilan, ditambah kemauan yang keras, insya Allah usaha perbaikan, mengajak manusia ke jalan yang diridhai Allah akan punya hasil dan rentang usia yang panjang.
Beberapa artikel di situs internet ternyata mengungkapkan beberapa fakta – fakta bahwa rasa percaya diri merupakan penghalang kesuksesan seseorang. Ada ekspresi khas dalam wawancara pekerjaan dari kebanyakan lulusan Universitas, bila ditanyakan, "Bagaimana kamu melihat hidupmu tiga tahun mendatang?". Pengalaman saya jarang menemukan sarjana baru yang secara spontan menggambarkannya dengan baik apa yang ada dalam pikirannya. Kebanyakan malah memberikan reaksi dengan body-language yang standard: mata melirik ke atas (seolah-olah mencari cicak di langit-langit), kemudian memandangi lagi si pewawancara sambil tersenyum lebar, sembari kemudian berkata bingung, "Bagaimana ya?".
Ada banyak orang yang hidup bagaikan kepompong. Tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan masa depan hidupnya. Mereka tidak mempunyai konsep diri yang jelas, sehingga ia merasa sendirian, gelap dan menakutkan. Padahal semua kepompong mempunyai potensi (potential within) untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Kepompong terlalu cepat menghukum dirinya sendiri, ia tidak tahu bahwa dia harus mengalami transformasi untuk menjadi kupu-kupu yang cantik.
Kita semua bukanlah kepompong. Kita semua tahu, suatu saat kita akan menjadi "kupu-kupu" yang cantik. Bukankah kita semua sudah dilengkapi dengan potensi diri masing-masing? Yang kita perlukan sekarang adalah secara aktif masuk dalam proses "transformasi diri" yang sebenarnya sangat terbuka dengan berbagai macam kemungkinan. Jangan cepat menganggap Anda sendirian, gelap dan takut dengan apa yang Anda hadapi sekarang ini. Itu semua adalah bagian dari proses transformasi yang sedang Anda jalani. Percayalah.
B. Hati Nurani
Hati Manusia dapat digolongkan ke dalam 3 jenis :
1. Hati yang sakit ( Qolbun Maridh )
Ciri orang yang Memilki hati yang sakit, tak ubahnya seperti gelas kusam ynag berisikan air keruh. Jangankan sebutir debu yang mencemarinya, paku payung, jarum, silet atau patahan cuuter sekalipun yang masuk, tidak akan terlihat.
Oarang yang menderita Qolbun Maridh akan sulit menilai secara jujur apapun yang nampak di depannya. Melihat orang sukses timbul iri dengki ; mendapati kawan meperoleh karunia rezeki, timbul rasah dan benci ; dihadapkan pada siapa pun yang memilki kelebihan, hatinya akan berkeinginan untuk menyelidiki aib dan kekurangannya.ibarat menemukan barang berharga, ia kemudian menyebarkan aib dan kekurangan kepda siapa saja. Ini semua dilakukan agar kelebihan yang ia temukan pada orang tersebut akan tenggelam. ( Na’udzubillah ). Adapun ciri lainnya dari hati yang sakit adalah cenderung menyukai makanan rohani yang akan memberinya mudharat. Sebaliknya, ia enggan mendengar dan menerima santapan rohani yang bermanfaat. Walhasil, hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit.
2. Hati yang mati ( Qolbun Mayyit )
Hati yang mati tak ubahnya seperti jasad yang tidak bernyawa. Kendati dicubit, dipukul bahkan diiris sekalipun, ia tidak akan merasakan apa – apa. Bagi orang yang hatinya sudah mati, saat melakukan perbuatan baiki buruk, dirasakannya sebagai hal yang biasa – biasa saja ; tidak memiliki nilai sama sekali. Bahkan ia akan merasa bangga dengan masa lalunya yang selalu dipenuhi perbuatan buruk; mencuri, berzina, menipu dan sebgainya. Kalaupun ia berbuat kebaikan sekecil apapun, itu hanya akan membangkitkan rasa bangga diri, rindu pujian sertapenuh ujub dan takabur.
Firman Allah SWT terhadap orang yang hatinya mati :
Artinya :
” Allah telah menutup hati dan pendengaran mereka, dan pada penglihatan mereka ada penutup; dan bagi mereka azab yang berat.” ( QS. Al – Baqarah [ 2 ] : 7 ).
Dengan demikian, hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal Tuhannya. Hati seperti ini senatiuasa bersama hawa nafsunya, walaupun di murkai dan di benci Allah SWT. Ia sama sekali tidak peduli apakah Allah ridha kepdanya atau tidak. Hawa nafsu telah menguasai bahkan menjadi pemimpin dan pengendali bagi dirinya. Kebodohan dan kelalaian adalah sopirnya, kemana saja ia bergerak maka geraknya adalah benar – benar telah terselubungi oleh pola pikir meraih kesenangan duniawi semata.
3. Hati yang sehat ( Qolbun Shahih )
Seseorang yang memilki hati yang sehat, tak ubahnya dengan memilki tubuh yang sehat. Ia berfungsi optimal. Ia akan mampu memilih dan memilah setiap rencana atas suatu tindakan, sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar -0 benar sudah melewati perhitungan yang jitu, berdasarkan hati nurani yang bersih.
Diantara ciri orang yang hatinya sehat adlah hidupnya diselimuti muhabbah ( kecintaan ) dan tawakal kepada Allah. Tidak usah heran manakala mencintai sesuatu, maka cintanya semata – mata karena Alla. Demikian pun bila ia membenci sesuatu maka ia akan membencinya karena Allah semata, sehingga kebenciannya itu tidak akan membuatnya tergelincir kedalam perbuatan dosa dan aniaya. Sebaliknya, ini menjadi ladang pahala.
Oleh karenanya, seseorang yang hatinya sehat, ditimpa apa pun dalam hidup ini, ia akan tetap teguh bagai air di relung lautan yang dalam ; tidak akan terguncang waluwpun ombak saling menerjang. Ibarat karang yang tegak tegar, di hantam ombak sedahsyat apapun tidak akan roboh. Tidak ada putus asa, tidak ada keluh kesah berkepanjangan. Yang hanya kejernihan dan keindahan hati. Ia amat yakin dengan janji Allah.
Artinya :
Allah tiada membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan nya.....
( QS. Al – Baqarah [ 2 ] : 286 ).
Kita sebagai manusia yang memiliki keyakinan dan keimanan kepada Allah, sebaiknya menyadari bahwa bukan hanya mengandalkan kekuatan otak semata, bukan hanya mengandalkan akal dan kekuatan pikiran semata. Karena sesungguhnya ada kekuatan lain yang lebih dahsyat dari kekuatan otak, akal dan pikiran. Kekuatan ini bukan hanya mengantarkan manusia meraih sukses namun juga mampu mengantarkan manusia pada kemuliaan hidup. Yakni kekuatan hati atau kekuatan hati yang positif, kekuatan hati yang jernih. Kekuatan hati ini memiliki kedahsyatan yang melebihi kekuatan pikiran manusia. Karena hati adalah rajanya, hatilah yang mengatur dan memerintahkan otak, pikiran dan panca indra manusia.
Tuhan melalui berbagai ajaran yang dibawa oleh para Nabi, maupun melalui kitab suci-NYA telah mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa mendengarkan suara hati nuraninya. Mengajarkan manusia untuk dapat memelihara kejernihan hatinya, sehingga sifat-sifat mulia yang tertanam dalam hati dapat memancar ke permukaan. Karena di dalam hati manusia sudah tertanam " built in" percikan sifat-sifat "Illahiah" dari Allah Tuhan Sang Pencipta Kehidupan. Diantara sifat-sifat mulia Allah yang tertanam dalam hati manusia adalah sifat kepedulian, kesabaran, kebersamaan, cinta dan kasih sayang, bersyukur, ikhlas, damai, kebijaksanaan, semangat, dan lain sebagainya. Karena itu sesungguhnya kekuatan hati ini sangat "powerfull" untuk meraih kesuksesan dan kemuliaan dalam segala bidang kehidupan.
Di dalam hati tempatnya pusat ketenangan, kedamaian, kesehatan, dan kebahagiaan sejati yang hakiki. Bahkan hati merupakan cerminan dari diri dan hidup manusia secara keseluruhan. Di dalam hati terdapat sumber kesehatan fisik, kekuatan mental, kecerdasan emosional, serta penuntun bagi manusia dalam meraih kemajuan spiritualnya. Hati menjadi tempat di mana sifat-sifat mulia dari Allah swt Sang Pencipta Kehidupan bersemayam. Hati adalah tempat dimana semua yang hal yang terindah, hal yang terbaik, termurni, dan tersuci berada di dalamnya.
Dengan demikian, kekuatan hati ini sangat "powerfull" dan sangat dahsyat dalam membawa manusia meraih sukses dan kemuliaan dalam segala bidang kehidupan. Hati yang jernih akan melahirkan pikiran-pikiran yang jernih dan pada akhirnya melahirkan tindakan-tindakan mulia berdasarkan suara hati nurani. Kejernihan hati dapat menjadikan manusia menjadi mampu betindak bijaksana, memiliki semangat positif, cerdas dan berbagai sifat-sifat mulia lainnya. Dengan hati yang jernih, kita dapat berpikir jernih dan menjalani kehidupan dengan lebih produktif, lebih semangat, lebih efisien dan lebih efektif untuk meraih tujuan.
Yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah bahwa ia memiliki akal dan hati nurani. Akal berguna dalam proses intelektualitas-yang salah satu bentuknya adalah kreativitas-sedangkan hati nurani yang akan memberi nilai positif atau negatif pada hasil intelektualitas tersebut. Ketika proses kreativitas individu terhambat dan dihambat, maka fungsi intelektualitasnya pun terhambat, itulah alasan mengapa saya mengatakan 'tubuh akan terasa mati jika intelektualitas kita dihentikan. Akan tetapi tidak selamanya penghentian proses intelektualitas itu berdampak negatif. Di sinilah peran hati nurani dalam melengkapi keutuhan individu sebagai manusia. Bukan tidak mungkin intelektualitas dan hati nurani berjalan beriringan. Justru dengan cara demikianlah peradaban manusia sebagai makhluk yang paling mulia tetap pada jalurnya yang beradab. Sama halnya dengan intelektualitas, sensitivitas hati nurani pun hendaknya dimulai sejak usia sangat dini. Menggunakan perspektif ini, maka seseorang baru dapat dikatakan individu seutuhnya hanya jika ia memiliki keduanya, intelektualitas dan hati nurani.
Dalam meraih kesuksesan sebaiknya jangan hanya mengandalkan kekuatan otak semata. Karena otak atau pikiran merupakan sesuatu yang terbatas dan bersifat sementara. Berusahalah menggunakan kekuatan hati nurani, menggunakan kekuatan kejernihan hati dengan seimbang. Gunakanlah kekuatan hati yang positif, karena dialah sesungguhnya diri sejati Anda. Hatilah tempat sifat mulia Allah swt Sang Pencipta bersemayam di dalam diri kita. Dengan senantiasa menggunakan kekuatan hati, mendengarkan suara hati, akan membawa manusia menjalani kehidupan dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Kalau seseorang dapat merasakan kedamaian hati dan kebahagiaan hati, maka akan memiliki hidup yang penuh dengan Sukses dan kemuliaan.
C. Risk - Taking ( Berani Mengambil Resiko )
Risk taking disini kami mengartikannya adalah seseorang yang berani mengambil sebuah resiko atau tantangan dalam hidupnya, di berani keluar dari zona kenyamananya `dan di sertai berani mengambil sebuah keputusan.
Salah satu karunia Allah bagi manusia dalam menjalani kehidupannya, adalah ketika diberi banyak tantangan. Oleh karena itu, semakin banyak tantangan dan kesulitan yang menghadang, insya Allah peluang semakin dekat dengan Allah pun semakin besar. Sebagaimana firman Allah dalam Al – Quran surah Alam Nasrah ayat 6 – 8 :
Artinya :
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ( 6 ). Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh ( urusan ) yang lain ( 7 ). Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap ( 8 ).
Orang – orang yang hidupnya tanpa tantangan tidak akan memilki tingkat kesungguhan yang bagus dalam berharap memohon pertolongan – Nya. Persaingan demi persaingan adalah bagian dari karunia Allah. Seklai kita menyatakan tidak mapu hidup dalam sergapan persaingan, maka kita tidak akan pernah bisa memompa kemapuan secara maksimal.
Dengan kata lain, orang yang tidak suka bersaing dan gemar menghidarinya, hidupnya akan biasa – biasa saja. Berbeda dengan orang yang memilki pesaing. Ia akan selalu berusaha untuk unggul, minimal tidak sampai kalah oleh saingannya.
Kita bisa melihat karunia Allah yang amat luar biasa ini sejak masa awal proses kejadian manusia di dalam rahim perempuan. Betapa astu ovum ( sel telur ) di serbu oleh berjuta – juta sel sperma, namun yang mampu membuahinya ternyata hanya satu sel.
Artinya, janin bakal manusia tercipta di dalam justru dan bibit paling unggul karena ia telah bersaing sangat ketat dan akhirnya berhasil mengalahkan jutaan pesaing tersebut. Manusia itu telah di bekali Allah potensi untuk menjadi yang terbaik. Bersaing pada hakekatnya adalah berjuang dan berikhtiar secara maksimal untuk mengungguli pihak – pihak lain, yang mungkin memilki hasrat dan keinginan lebih tinggi, potensi lebih mantap, kekuatan fisik dan mental lebih prima, taktik dan strategi lebih jitu, dan berbagai faktor kelebihan lainnya, dibandingkan dengan apa yang ada pada diri kita sendiri.
Dengan demikian, kunci paersaingan adalah sikap mental positif di sertai semangat untuk berjuang sekuat tenaga dan berikhtiar mengerahkan segenap potensi yang ada semaksimal mungkin. Persaingan positif, tidak bisa tidak, akan melahirkan pemenang sejati dan sangat layak di beri predikat unggul. Semangat yang membakar dan menggelora di dalam dada untuk selalu berbuat lebih baik dari hari – hari kemarin. Melahirkan karya – karya prestatif dan bermutu. Bila kita melakukan ikhtiar – ikhtiar yang paling maksimal dari apa yang bisa dilakukan, Insya Allah akan memberikan perubahan – perubahan diri yang sangat mengesankan setelah kita menggantungkan harapan kepada Allah Azza wa jalla.
Artinya :
Sesungguhnya, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ( Qs. Ar – Ra’du [ 13 ] ; 11 ).
Teori Dasar Pembuatan Keputusan
Teori dasar atau prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik profesional (Fry, 1991). Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontologi.
a. Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, dari kata telos, berarti akhir). Istilah teleologi dan utilitarianisme sering digunakan saling bergantian. Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end justifies the means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi. Pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kelly, 1987).
Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule utilitarianisme dan act utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan bergantung pada sejauh mana tindakan bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan kepada manusia. Act utilitarianisme bersifat lebih terbatas ; tidak melibatkan aturan umum, tetapi berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu. Contoh penerapan teori ini : bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya menjadi beban masyarakat.
b. Deontologi (formalisme)
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini, perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah. Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus bersifat universal, tidak kondisional, dan imperatif. Contoh penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu tentang yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain : seorang perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan membunuh. Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan pertimbangan, misalnya tindakan abortus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibunya karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini calon bayi) merupakan tindakan buruk secara moral. Secara lebih luas, teori deontologi dikembangkan menjadi lima prinsip penting yaitu kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran, dan ketaatan (Fry, 1991).
Hati nurani, percaya diri dan risk – taking adalah hal yang saling berkaitan. Dalam mengambil sebuah resiko ( tantangan ) kita melakukannya dengan hati nurani yang bersih dan dengan sikap penuh percaya diri. Dengan cara seperti itu insya Allah kitaakan menjadi orang sukses dan jauh dari pikiran untuk berputus asa.
Jagalah hati, jangan kau nodai, jagalah hati cahaya Ilahi
Jagalah hati, jangan kau nodai,, jagalah hati lentera hidup ini
Bila hati kian bersih, pikiran oun akan jernih, semngat hidup kan gigih, presteai mudah di raih, tapi bila hati busuk, pikiran jahat merasuk, akhlak pun kian terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk.
Bila hati kian lapang, hidup susahtatap senang, walau kesulitan menghadang, dihadapi dengan tenan, tapi bila hati sempit, segalanya jadi rumit,seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa sakit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rasa percaya diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. Alfred Adler mencurahkan dirinya pada penyelidikan rasa rendah diri
2. Hati adalah rajanya, hatilah yang mengatur dan memerintahkan otak, pikiran dan panca indra manusia.
3. Sesungguhnya kekuatan hati ini sangat "powerfull" untuk meraih kesuksesan dan kemuliaan dalam segala bidang kehidupan.
4. Risk taking adalah seseorang yang berani mengambil sebuah resiko atau tantangan dalam hidupnya, di berani keluar dari zona kenyamananya `dan di sertai berani mengambil sebuah keputusan.
B. Saran
1. Percayalah pada kemampuan yang kita miliki pada setiap kita melakukan pekerjaan dengan kata – kata ” aku bisa....!!! melakukannya “ .
2. Kita harus menjadi orang yang beruntung dengan menanamkan di hati kita kata – kata ” nasib ku hari ini hrus lebih baik dari pada hari kemaren ” .
DAFTAR PUSTAKA
Artikel tentang rasa percaya diri,hati nurani dan risk – taking diambil dari :
www. E – psikologi . com
www. Asmamalaikat
www. re-searchengines.com
www. media.isnet.org
www. mail-archiveREZAERVAN. Com
www. rasniardhi.blogspot.com
www. andriewongso.com
Dan di ambil dari buku :
Gymnastiar, Abdullah. 2004. Aku bisa!”. Bandung : MQ Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar