MENYIAPKAN KLIEN LANSIA MENJELANG KEMATIAN
{ KLIEN TERMINAL }
PENGERTIAN
Memberikan perawatan khusus kepada klien lansia yang akan meninggal dunia (dalam keadaan sakaratul maut).
TUJUAN.
Memberikan perasaan tenang dan tentram kepada klien dalam menghadapi maut dengan memberikan bantuan fisik dan spiritual sehingga meringankan penderitaannya
Memberi simpati dan kesan baik terhadap keluarga klien.
TAHAPAN DALAM MENJELANG KEMATIAN
(Kubler Ross) telah melukiskan tahap-tahap menjelang kematian (dying). Tahap-tahap itu tidak selamanya berurutan secara tetap atau dapat juga saling tindih. Kadang-kadang seorang klien melalui satu tahap tertentu untuk kemudian kembali lagi ke tahap itu, lamanya setiap tahap dapat bervariasi mulai dari beberapa jam sampai pada beberapa bulan.
Terdapat 5 Tahap Pada Klien Dalam Mengahadapi Atau Menjelang Kematian (Terminal).
TAHAP I. Denial (Tahap Kejutan Dan Penulakan)
Biasanya di tandai dengan komenter
Contoh : Saya ? Tidak, tak mungkin.
- Klien sesungguhnya ingin mengatakan bahwa maut menimpa semua orang kecuali dia.
- Klien begitu terpengaruh oleh penolakannya sehingga ia tidak begitu memperhatikan fakta-fakta yang mungkin sedang di jelaskan padanya.
- Ia dapat menekan apa yang ia dengar
- Berupaya melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah berada di ambang pintu.
TAHAP II. (Anger).
- Di tandai oleh rasa marah dan emosi yang tak terkendalikan, misalnya ia berkata mengapa saya ?
- Pasien mungkin akan mencela setiap orang dalam segala hal.
- Mudah marah dengan petugas kesehatan.
- Tahap ini bagi pasien merupakan hikmah dari pada kutukan.
TAHAP III. Bergaining (Tahap Tawar Menawar). Misalnya Ya. Benar aku, tapi.
- Kemarahan mereda kesan pasien sudah menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya.
- Sering kali ia berjanji pada tuhan, ia akan memohon agar diberi lebih banyak waktu.
- Cenderung untuk membereskan urusan rumah tangga seperti membuat surat wasiat.
- Mempunyai keinginan atau permohonan terakhir (ingin melihat cucunya).
TAHAP IV. Tahap Depresi (Kemorongan).
Contoh : ia berkata yang benar.
- Pasien dalam suasana sedih / berkabung.
- Cenderung pasien tidak banyak bicara
- Sering menangis.
TAHAP V. Seif Acceptance.
Di tandai oleh sikap menerim kematian.
- Klien telah membereskan urusan – urusannya yang belum selesai.
- Tidak ingin bicara karena segala sesuatunya telah di sampaikan
- Kedamaian dan ketenangan
- Adapula klien yang mengatakan, biarlah maut cepat-cepat mengambilnya karena ia sudah siap. Padahal sesungguhnya mereka mengatakan bahwa mereka sudah kalah.
MEMBANTU MEMENUHI KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL
Orang-orang yang sedang menghadapi maut benar-benar ingin dan mampu berbicara mengenai kematian mereka dan juga mampu berkomunikasi tentang kapan mereka ingin mati. Tidak memberikan kesempatan berbicara kepada mereka dan tidak mau mendengarkan dan menyimak apa yang sedang mereka katakan akan menyebabkan orang-orang yang sedang menyongsong maut itu merasa terpencil dan kesepian.
Komunikasi merupakan sarana yang esensial bagi orang-orang untuk menemukan identitas diri sendiri, kebutuhan akan identitas diri sendiri di rasakan seumur hidup, malah sampai kepada saat maut akan tiba, untuk dapat mengembangkan komunikasi yang bermakna dengan klien, perawat harus mempunyai hubungan saling percaya.
Satu cara yang penting untuk berkomunikasi dengan klien yang menjelang kematian adalah sentuhan tangan.sentuhan tangan sering kali dapat mengkomunikasikan jauh lebih banyak hal daripada kata-kata apapun juga.
Kenalilah kebutuhan klien dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Biarkan dan dorong klien untuk berbicara dan mengungkapkan emosinya dengan bebas dalam suasana dimana ia tidak merasa sedang dinilai.
Biarkan prognosis secara terbuka dan terus terang, perawat mempersiapkan dorongan moril.
Berikan bantuan moril yang dan keyakinan agama mereka.
MEMBANTU KEBUTUHAN FISIK
1. Memenuhi Kebutuhan Akan Makan Dan Minum.
Memelihara keadaan nutrisi penting artinya bagi memelihara energi dan mencegah bertambahnya rasa tidak nyaman. Apabila tidak dapat makan dan minum dengan mulutnya dapat diberikan terapi intrvena atau cara lain untuk mempertahankan nutrisi.
2. Merawat Mulut, Hidung, Mata Dan Kulit.
Perawatan mulut sama diberikan pada lansia yang dapat makan dan minum tanpa mengalami kesulitan. Akan tetapi menjelang kematian, mulut pasien biasanya memerlukan perawatan tambahan. Lendir yang tidak dapat ditelan atau berakomulasi di mulut dan tenggorokan harus disedut keluar, atau mulut dibersihkan dengan kasa. Baringkan klien kesamping kiri. Melumas mulut dan bibir bermanfaat dan menyamankan baginya.
Cairan mata yang berakomulasi dapat dibersihkan dengan kapas yang sudah dibasahi dengan larutan garam normal.
Klien sering kali banyak mengeluarkan keringat maka penting untuk menjaga linen dan pakaian tidur klien tetap kering dengan jalan memandikan klien dan mengganti linen menurut keperluan. Menyeka klien dengan spon dan menjaga badannya tetap kering dapat menambah ketenangan sehingga ia dapat tidur dengan nyenyak.
3. Memperlancar Buang Air.
Penggunaan anema mungkin perlu untuk mengurangi konstipasi dan penyembuhan.
Kateterisasi mungkin perlu bagi klien.
Apabila klien tidak bisa mengendalikan diri dalam hal bab dan bak maka perawatan kulit perlu untuk mencegah timbulnya bau dan ulver decubetus.
Bantalan tempat tidur yang kedap air lebih mudah menggantinya dari linen, sehingga memperingan pekerjaan memelihara tempat tidur tetap bersih dan kering.
4. Mengatur Cara Berbaring Dan Melindungi Dari Cedera.
Apabila ada dyspnea baringkan klien dalam posisi fowler
Baringkan klien pada salah satu sisinya bila klien mendengkur dan bernapas dengan bunyi yang keras.
Gunakan palang-palang samping, manyokong klien mungkin perlu pada kasus-kasus ekstrim
5. Merawat Lingkungan
Klien akan mudah merasa lebih nyaman dan aman apabila ia melihat disekelilingnya benda-benda yang sudah dikenalnya. Dorong keluarga klien untuk menciptakan lingkungan yang mencerminkan kesukaan-kesukaannya.
Dalam kamar hendaknya digunakan penerangan yang normal.
Kamar harus mempunyai peredaran udara yang baik. Dan klien harus terlindung dari dingin.
Bercakap-cakap dilakukan sebaiknya dengan nada suara yang normal, dan jangan berbisik-bisik.
6. Membuat Klien Tetap Merasa Nyaman.
Upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik klien yang sedang sakit gawat / terminal mungkin masih belum cukup untuk membuatnya merasa nyaman, sehingga perlu pertimbangan penggunaan obat-obatan yang dapat mengurangi rasa nyeri, kegelisahan dan rasa cemas.
HAK–HAK ASASI LANSIA MENJELANG AJAL.
1. Berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai mati.
2. Berhak untuk tetap merasa punya harapan.
3. Berhak untuk di rawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan itu.
4. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai perawatannya.
5. Berhak untuk merasakan perasaan emosi mengenai kematian yang sudah mendekat dengan caranya sendiri.
6. Berhak untuk mengharapkan akan terus mendapat perhatian medis dan perawatan, walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan memberikan rasa nyaman.
7. Berhak untuk tidak mati dalam kesepian.
8. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri.
9. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan – pertanyaan.
10. Berhak untuk tidak ditipu
11. Berhak untuk mendapatkan bantuan dari dan untuk keluarganya dalam menerima kematian.
12. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat
13. Berhak untuk mempertahankan individualitas dan tidak di hakimi untuk keputusan-keputusan yang mungkin saja bertentangan dengan orang lain.
14. Membicarakan dan memperluas pengalaman-pengalaman keagamaan dan kerohanian.
15. Berhak untuk mengharapkan kesucian tubuh manusia akan dihormati sesudah mati.
DAFTAR PUSTAKA.
1. Wahydi Nugroho. 2000. Keperawatan Gerantik. Edisi II, Buku Kedokteran, Jakarta EGC.
2. Luverne Wolff, Merlene H, Weitzal, Elinor V. Furrst. 1984. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan , Edisi II, Jakarta , PT Gunung Agung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar