BERORGANISASI UNTUK BERAMAL

SELAMAT DATANG

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Senin, 19 April 2010

KARSINOMA REKTI

Nama lain adalah Adenokarsinoma Rektum, Kanker Kolorectum, Tumor Rektum.

A. DESKRIPSI.
Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang biasanya berasal dari kelenjar sekretorik lapisan mukosa sebagian besar kanker kolostomy berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya.

B. FAKTOR RESIKO.
o Mengkonsumsi diet tinggi lemak dan rendah serat.
o Menahan tinja / defekasi yang sering.
o Faktor genetik.

C. LOKALISASI DAN JENIS KARSINOMA.
Lokalisasi karsinoma rekti :
o 90 % karsinoma rekti berada dalam jangkauan jari bila dilakukan colok dubur. Kira-kira tidak lebih dari 7-8 cm dari linea dentata.
o 10 % terletak lebih tinggi.
Jenis karsinoma rekti :
Jenis karsinoma rekti sama seperti jenis-jenis karsinoma kolon, yaitu :
o Jenis mukoid.
o Jenis skirus.
o Jenis medulare.

D. MORFOLOGIS KARSINOMA REKTI.
1. Tumbuh ke arah lumen menyerupai bunga kol disebut eksofitik (paling sering ditemui).
2. Tumbuh ke dalam dinding membentuk seperti kawah.


E. TANDA DAN GEJALA.
 Perubahan kebiasaan buang air besar yang menimbulkan diare atau konstipasi.
 Adanya lendir / darah dalam feses.
 Timbul gejala tenesmus (ingin defekasi tetapi tidak ada yang keluar) disebut “sensation of pulness”. Ini disebabkan rangsangan spincter ani oleh tumor.
 Terdapat anemia yang mencolok.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
o Pada pemeriksaan dengan jari (colok dubur) mungkin terdapat adanya massa.
o Pemeriksan darah samar untuk tinja dapat mengindikasikan adanya kanker.
o Identifikasi dini polip dengan pemeriksaan jari, proktosiq noidoscopy (pemeriksaan rektum dan colon sigmoid dengan memasukkan sebuah selang berlampu melalui rektum atau kolonoskopi) atau pemeriksaan rektum dan colon dengan sebuah lensa serat optis.
o Pemeriksaan darah untuk antigen spesifik yang berkaitan dengan kanker ini, terutama antigen karsinoembrionik (CEA).

G. PENATALAKSANAAN.
☼ Tindakan dan pencegahan perlu dilakukan dan pencakupan mengenai pendidikan diet agar individu meningkatkan asupan buah, sayur, makanan kasar dan padi-padian. Untuk meningkatkan massa makanan, mengurangi lemak dan menyediakan antioksidan.
☼ Dengan tindakan bedah dengan atau tanpa kemoterapi selanjutnya.
☼ Untuk tumor yang letaknya pada rektum bagian bawah sekali dilakukan tindakan reseksi abdomino perineal dengan kolostomi perineal.
H. PROGNOSIS.
Jumlah kematian akibat operasi sekitar 2 – 6 %. Persentasi jangka hidup 5 tahun. Sesudah reseksi tergantung dan stadium lesi.
o Duke A (terbatas pada dinding usus) 80 %
o Duke B (melalui seluruh dinding) 65 %
o Duke C (metastase ke kelenjar getah bening) 30 %
o Duke D (metastase ke tempat yang jauh / penyebaran lokal tidak di reseksi lagi) 5 %



KOLOSTOMI

A. DEFINISI.
Kolostomi adalah pengalihan isi kolon yang dapat permanen atau sementar. Kolostomi asenden, transfersum dan sigmoid dapat dilakukan. Kolostomi sigmoid paling sering untuk stoma permanen, biasanya dilakukan pada kanker.

B. DATA DASAR PENGKAJIAN.
 Aktivitas / Istirahat.
Gejala : Kelemahan, keletihan
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari. Adanya faktor yang mempengaruhi tidur misal nyeri, ansietas, keringat malam, keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan.
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, lingkungan tingkat stress tinggi.
 Sirkulasi.
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Kebiasaan : Perubahan pada tekanan darah.
 Integritas Ego.
Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi sterss (misal : merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius / spritual). Masalah tentang perubahan dalam penampilan, misal : alopesia, lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
 Eliminasi.
Gejala : Perubahan pada pola defekasi, misal : darah pada feses, nyeri pada defekasi.
Tanda : Perubahan pada bising usus.
 Makanan dan Cairan.
Gejala : Kebiasaaan diet buruk (misal : rendah serat, tinggi lemak, adiflik, bahan pengawet). Anoreksia, mual / muntah, intoleransi makanan, perubahan pada berat badan, penurunan berat badan hebat, kakeksia, berkurangnya massa otot.
 Neuro sensori.
Gejala : Pusing, sinkope.
 Nyeri dan Kenyamanan.
Gejala : Tidak ada nyeri / derajat bervariasi, misal : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
 Pernafasan.
Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan merokok, pemajanan abses).
 Keamanan.
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama/ berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit ulserasi.
 Seksualitas.
Gejala : Masalah seksual, misal dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan. Nuligravida, lebih besar dari usia 30 tahun. Multigravida, pasanmgan sex multiple, aktivitas seksual diri.
 Interaksi Sosial.
Gejala : Ketidakadekuatan / kelemahan sistem pendukung.
 Penyuluhan / Pembelajaran.
Lama di rawat rata-rata 9,4 hari.
Rencana Pemulangan :
Bantuan dalam masalah diet, manajemen ostomi dan tambahan suplai mungkin dibutuhkan.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL.
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan faktor fisik (kerusakan kulit / jaringan / insisi / drain); biologis (aktivitas proses penyakit : kanker, trauma); faktor psikologis (takut, ansietas).
Intervensi :
 Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10).
 Dorong pasien untuk mengatakan masalah, dengarkan secara aktif.
 Berikan tindakan kenyamanan, misal : perawatan mulut, pijatan punggung, ubah posisi, yakinkan pasien bahwa oerubahan posisi tidak akan mencederai stoma.
 Dorong penggunaan teknik relaksasi, bimbingan imajinasi visualisasi.
 Bantu melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dalam, hindari duduk lama.
 Laporkan adanya kekakuan otot abdominal. Kehati-hatian yang tidak disengaja dan nyeri tekan.
 Beri obat sesuai indikasi, misal : narkotik, analgetik.
 Berikan rendam duduk.

2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan Biofisikal : adanya stoma, kehilangan kontrol usus eliminasi; Psikososial : gangguan struktur tubuh, proses penyakit berhubungan dengan program pengobatan , misal kanker.
Intervensi :
 Pastikan apakah konseling dilakukan bila mungkin atau ostomi perlu didiskusikan.
 Dorong pasien / orang terdekat untuk menyatakan perasaan tentang ostomi.
 Kaji ulang alasan untuk pembedahan dan harapan masa datang.
 Catat perilaku menarik diri, peningkatan ketergantungan.
 Berikan kesempatan pada pasien untuk menerima ostomi melalui partisipasi perawatan diri.
 Rencanakan / jadwalkan aktivitas perawatan dengan pasien.
 Pertahankan pendekatan positif selamam aktivitas perawatan, hindari ekspresi menghina, rekasi berubah mendadak, Jangan perlihatkan rasa marah secara pribadi.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dari kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber informasi.
Intervensi :
 Evaluasi kemampuan emosi dan fisik pasien.
 Tinjau ulang anfis dan implikasi intervensi bedah. Diskusikan harapan masa datang termasuk perubahan yang di antisipasi dalam kakarakter keluaran feses.
 Diskusikan kemungkinan kebutuhan untuk menurunkan masukan garam.
 Tekankan pentingnya mengunyah makanan dengan baik, masukan cairan adekuat dengan diet tinggi serat, sedang hindari selulosa.
 Tinjau ulang sumber makanan yang menyebabkan flatus (misal : minuman karbonat, bir, buncis, kol, bawang putih, ikan dan bumbu tinggi).
 Diskusikan tentang kemungkinan gangguan tidur, anoreksia, kehilangan minat pada aktivitas umum.
 Tekankan perlunya pemantauan tepat tentang kondisi kesehatan kronis yang memerlukan obat oral secara rutin.

4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tidak adanya spincter stoma, karakter / aliran feses dan flatus dan stoma.

5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan melalui jalan normal (muntah pre operasi dan diare).

6. Resiko tinggi konstipasi / diare berhubungan dengan penempatan ostomi pada colon sigmoid atau desenden, ketidak adekuatan masukan diet / cairan.

7. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, status hipermetabolik, diare, gangguan absorbsi.

8. Resiko tinggi terhadap disfungsi sexual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh, masalah fisiologis tentang respon dari orang terdekat, gangguan pola respon sexual.




DAFTAR PUSTAKA


Schrock, Theodore R. MD. 1999. Ilmu Bedah ( Hand Book of Surgery ) Edisi 7. Penerbit : EGC, Jakarta.

Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan . Edisi 3. Penerbit : EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar