BERORGANISASI UNTUK BERAMAL

SELAMAT DATANG

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Senin, 19 April 2010

KONSEP DASAR SIROSIS HEPATIS

A. PENGERTIAN.
Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati.

B. ETIOLOGI.
1. Malnutrisi.
2. Alkoholisme.
3. Hepatitis virus B, Non A
4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan pada vena hepatika, penyakit welson, hemokromatasis,zat toksik, dan lain – lain.

C. PATOFISIOLOGIS
Infeksi hepititis virus tipe B atau tipe non A dan non B menimbulkan peradagan sel hati. Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler) terjadi kolap lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan modul sel hati. Walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir sama. Septa bisa terbentuk dari sel retekulum penyangga yang kolaps dan berubah menjadi parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta yang satu dengan yang lainnya atau porta dengan sentral (bridging necrosis).
Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk modul dengan berbagai ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh darah hepatika dan gangguan aliran darah porta, dan menimbulkan hepertinsi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih lama. Tahap berikutnya terjadi peradangan dan nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikolo endotel, terjadi fibrogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari reversibel menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah porta dan perenkin hati.

Kolagin ada 4 tipe dengan lokasi sebagai berikut:
 Tipe I : Lokasi daerah sentral.
 Tipe II : Sinusoid.
 Tipe III : Jaringan retikulum (Sinusoid, porta ).
 Tipe III : Membran basal.
Dari uraian tersebut di atas terlihat bahwa mekanisme terjadinya serosis hati bisa secara:
 Mekanik.
 Imonologi.
 Campuran.

D. MANIFESTASI KLINIS.
1. Gangguan gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah, diare).
2. Demam, berat badan menurun, lekas lelah.
3. Asites, hidrotoraks, dan odem.
4. Ikterus, urine kecoklatan.
5. Hepatomegali,bila lanjut hati mengecil karena fibrosis.
6. Kelainan pembuluh darah: Koleteral dinding abdomen dan torak, kaput mendula, wasir, varises esofagus.
7. Kelainan endokrin ( hiperestrogenisme ):
a. Impojtensi, atropi testes, ginekomastia, hilangnya rambut aksial dan pubis.
b. Anoreksia, hiperpigmentasi areola mammae.
c. Spidernevi dan eritema.
d. Hiperpigmentasi.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
 Anemia, gangguan faal hati :
 Penurunan kadar albumen serum.
 Peningkatan globulin serum.
 Peningkatan bilirubin derik dan inderek.
 Penurunan enzem kolinestrasi.
 Peningkatan SGOT dan SGPT.

ASUHAN KEPERAWATAN
MASALAH YANG BEHUBUNGAN:
1. Alkoholisme.
2. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.
3. Aspek-aspek psikososial perawatan akut.
4. Dialisis ginjal.
5. Gagal ginjal akut.
6. Dokongan nutrisi total.
7. Perdarahan gasrtointestinal atas atau esofageal.

DATA DASAR PENGKAJIAN PASEIN:
1. Aktivitas / istirahat.
 Gejala : kelemahan, kelelahan, terlalu lelah.
 Tanda : letargi, penurunan massa otot/tonus.
2. Sirkulasi
 Gejala : riwayat gagal jantung kronis, perikarditis, penyakit jantung rematik, kanker ( malfungsi hati menimbulkan gagal hati ).
3. Eliminasi.
 Gejala : flatus.
 Tanda : distensi abdomen ( hepatomegali, slenomegali, asites), penurunan atau tidak adanya bising usus, feces warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat.
4. Makanan / cairan.
 Gejala : anoreksia, tidak toleren terhadap makanan / tidak dapat mencerna, mual / muntah.
 Tanda : Penurunan BB / peningkatan ( cairan ), penggunaan jaringan, odem omun pada jaringan, kulit kering, turgor buruk, ikterik : angioma spider, nafas berbau / fetor hepatikus, perdarahan gusi.
5. Neurosensori.
 Gejala : orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan mental.
 Tanda : Perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara lambat / tak jelas, asterik ( ensefalofati hepatik ).
6. Nyeri / kenyamanan.
 Gejala : Nyeri tekan abdomen / nyeri quadrant kanan atas, pruritus, neuritis perifer.
 Tanda : Perilaku berhati-hati / distraksi, fokus pada diri sendiri.
7. Pernafasan.
 Gejala : Dispnea.
 Tanda : takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, ekspansi paru terbatas ( asites ), hipoksia.
8. Keamanan.
 Gejala : Pruritus.
 Tanda : Demam ( lebih umum pada sirpis alkoholik ), ikterik, ekimosis, petekis, angioma sp[inder / teleangiektasi, eritema palmal.
9. Seksualitas.
 Gejala : ganguan mentruasi, impoten.
 Tanda : Atropi testis, ginekomastia, kehilangan rambut ( dada, bawah lengan, pubis ).

PRIORITAS KEPERAWATAN.
1. Mempertahankan nutrisi adekuat.
2. Mencegah komplikasi.
3. Meningkatkan konsep diri, penerimaan situasi.
4. Memberitahukan informasi tentang proses penyakit / proknosis, potensial komplikasi, dan kebutuhan pengobatan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Nutrisi ; perubahan ; kurang dari kebutuhan tubuh, b/d :
 Diet tidak adekuat.
 Anoreksia, mual/muntah, tidak mau makan, mudah kenyang (asites), abnormal fungsi hati.
Intervensi:
 Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.
 Bantu dan dorong pasien untuk makan.
 Dorong pasien untuk makan semua makanan / makanan tambahan.
 Beri makanan sedikit tapi sering.
 Berikan tambahan garam bila diizinkan.
 Batasi masukan caffeine, makanan yang menghasilkan gas / bumbu dan terlalu panas (terlalu dingin).
 Beri makan halus, hindari makan kasar sesuai indikasi.
 Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan, khususnya sebelum makan.
 Konsulkan dengan ahli gizi untuk pemberian makanan tinggi kalori dan rendah natrium.
 Beri obat sesuai indikasi.
2. Volume cairan, perubahan ; kelebihan, b/d :
 Gangguan regulasi ( penurunan protein plasma, malnutrisi )
 Kelebihan natrium / masukan cairan.
Intervensi:
 Timbang BB tiap hari dan catat peningkatan > 0,5 kg/ hari.
 Awasi TD.
 Auskultasi paru, catat penurunan / tidak adanya bunyi nafas dan terjadinya bunyi tambahan.
 Awasi disritmia jantung.
 Kaji derajat perifer.
 Ukur lingkar abdomen.
 Dorong torah baring bila terjadi asites.
 Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi.
 Berikan obat sesuai indikasi (diuretik).
3. Integritas kulit, resiko tinggi terhadap :
 Gangguan sirkulasi/status metabolik.
 Akumulasi garam empedu pada kulit.
 Turgor kulit buruk, penonjolan tulang, adanya oedema, asites.
Intervensi :
 Pijat penonjolan tulang terus menerus, gunakan lotion, batasi penggunaan sabun untuk mandi.
 Ubah posisi sesuai jadwal.
 Tinggikan ekstrimijtas bawah.
 Pertahankan seprei kering dan bebas lipatan.
 Gunakan kasur bertekanan tertentu sesuai indikasi.
4. Pola nafas, tidak efektif, resiko tinggi terhadap :
 Pengumpulan cairan intra abdomen (asites ).
 Penurunan ekspansi paru, akumulasi sekret.
 Penurunan energi, kelemahan.
Intervensi :
 Awasi frekuensi, kedalaman dan upaya pernafasan.
 Auskuttasi bunyi nafas.
 Selidiki perubahan kesadaran.
 Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, posisi miring.
 Dorong nafas dalam, latihan batuk.
 Awasi suhu ( menggigil, meningkatnya batuk, perubahan warna / karakter
sputum).
 Berikan tambahan O2 sesuai indikasi.
5. Cedera, resiko tinggi terhadap ( hemoragi ), berhubungan dengan :
 Hipertensi portal.
 Gangguan faktor pembekuan.
Intervensi :
 Kaji tanda / gejala perdarahan GI.
 Observasi adanya petekie, ekimosisi, perdarahan dari satu / lebih sumber.
 Awasi TD, nadi, CVP bila ada.
 Catat perubahan kesadaran.
 Hindari pengukuran suhu rektal.
 Gunakan jarum kecil untuk injeksi, tekan lebih lama pada daerah bekas suntikan.
 Hindari produk yang mengandung aspirin.
 Awasi Hb / Ht dan faktor pembekuan.
 Pelunak feces.
 Siapkan prosedur bedah contoh ligasi langsung.
6. Proses pikir, perubahan, resiko tinggi terhadap;
 Perubahan fisiologis: peningkatan kadar amoniak sesum, ketidakmampuan hati untuk ditoksikasi enzim tertentu.
Intervensi:
 Observasi perubahan perilaku dan mental.
 Oreintasikan kembali pada waktu, tempat orang sesuai kebutuhan.
 Pertahankan kenyamanan, lingkungan tenang dan pendekatan lambat.
 Kurangi rangsang provokatif, bertentangan.
 Pertahankan tirah baring, bantu aktivitas perawatan diri.
 Pasang pengaman tempat tidur.
 Hindari penggunaan narkotik.
 Berikan obat sesuai indikasi.

7. Harga diri / citra diri, gangguan berhubungan dengan :
 Gangguan penampilan fisik.
 Perubahan peran, proknosis yang meragukan.
 Perilaku merusak diri (penyakit yang disebabkan oleh alkohol).
Intervensi :
 Dorong untuk mendiskusikan masalah.
 Beri perawatan dengan positif, perilaku bersahabat.
 Dorong keluarga / orang terdekat untuk mengutarakan perasaan / partisifasi dalam perawatan.
8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, proknosis, dan kebutuhan pengobatan.
 Kurang mengingat, kesalahan interpretasi.
 Ketidakbiasaan terhadap sumber-sumber informasi.
Intervensi:
 Kaji kembali proknosis dan harapan yang akan datang.
 Tekankan pentingnya menghindari alkohol.
 Informasikan tentang penggunaan obat yang baik.
 Tekankan pentingnya nutrisi yang baik.
 Tekankan perlunya mengevaluasi kesehatan dan mentaati program terapeutik.
 Diskusikan pembatasan natrium dan garam.
 Tingkatkan aktivitas hiburan yang dapat diikuti pasien.
 Anjurkan pasien / orang terdekat melihat tanda / gejala yang lalu pemberitahuan pada pemberian perawatan.














DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Purnawan, J. (et al). 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jakarta: FKUI
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suparman, 1987. Ilmu Penyakit Dalam, jilid I Edisi II. Jakarta: Penerbit Balai FKUI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar