BERORGANISASI UNTUK BERAMAL

SELAMAT DATANG

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Minggu, 11 April 2010

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan katarak

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola piker model perkembangan yang bersifat holistic. Untuk itu dalam mewujudkan paradigma sehat tersebut di tetapkan suatu visi, yaitu gambaran, prediksi atau harapan tentang keadaan masyarakat Indonesia yang akan dating yaitu menuju Indonesia sehat 2010. Untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010 ditentukan misi pembangunan kesehatan. Diantaranya menggerakan perubahan nasional berwawasan kesehatan yang akan mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan lingkungannya.
Diperkirakan 5-10 juta indifidu mengalami kerusakan penglihatan akibat katarak setiap tahun (newell, 1986). Di USA sendiri 300. 000 – 400.000 ekstraksi mata tiap tahunnya. Insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi yang lebih tua.
B. Tujuan
1. Menjelaskan tentang pengertian katarak, klasifikasi katarak, Patofisiologi dan diagnosa yang berhubungan dengan katarak
2. Menjelaskan tentang proses asuhan keperawatan dengan penyakit katarak
3. Menyimpulkan isi makalah
4. Memberikan saran
C. Manfaat
1. Memberikan penjelasan tentang pengertian katarak, klasifikasi katarak, Patofisiologi dan diagnosa yang berhubungan dengan katarak
2. Memberikan penjelasan tentang proses asuhan keperawatan dengan penyakit katarak
3. Memberikan kesimpulan
4. Memberikan saran dan kritik
5. Sebagai bahan diskusi dan bisa menjadi materi penelitian




BAB II
LANDASAN TEORI



A. Definisi Katarak
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara). Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998). Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
B. Etiologi
Penyebab dari penyakit katarak antara lain :
o Ketuaan, biasanya dijumpai katarak senilis
o Trauma, terjadi karena pukulan benda tumpul /tajam terpapar oleh sinar X atau benda-benda radioaktif.
o Penyakit mata seperti Uveitis
o Penyakit sistemik seperti DM.
o Faktor keturunan.
o Cacat bawaan sejak lahir.
o Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
o Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
o Operasi mata sebelumnya.

C. Patofisiologi
Dalam keadaan normal transfaransi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran sesemi permeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, mengakibatkan jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa transparan ataubbintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan katarak.
Terjadinya penumpukan cairan / degenasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahayanya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.

D. Klasifikasi Katarak
1. Katarak kongenital
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak meluas mengenai seluruh lensa. Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa: Katarak kongenital yang terjadi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi IahIr sampai berusia 1 tahun. Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan, dan gangguan metabolisme oksigen.
Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi dengan leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis bandingnya seperti retinoblastorrma, endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik vitreus primer, dan miopia tinggi di samping katarak sendiri.
Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel atau serat lensa masih muda dah berkonsistensi cair. Umumnya tindakan bedah dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi linear. Tindakan bedah biasanya dilakukan pada usia 2 bulah untuk mencegah ambliopia eks-anopsia. Pasca ¬bedah pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya yang telah menjadi afakia.

2. Katarak juvenil
Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena lanjutan katarak kongenital yang makin nyata, penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat penyakit lokal pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior. glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi, ftisis bulbi, yang mengenai satu mata, penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan miotowa distrofi,'yang mengenai kedua mata dan akibat trauma tumpul.
Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.

3. Katarak senil
Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai dengan penyakit lainnya seperti diabetes melitus yang akan terjadi lebih cepat. Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama ataupun berbeda. Proses degenerasi pada lensa dapat terlihat pada beberapa stadium katarak senil.
Tabel Perbedaan stadium katarak senil
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Besar Iensa Normal Lebih besar Normal Kecil
Cairan lensa Normal 8ertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air + masa
Lensa ke luar)
Iris Normal Terdarong Normal Trcmulans
Bilik mata depan depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Penyulit -- Glaukoma - ' Uveitis
' Glaukoma


Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan. Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur. Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa karena proses penuaan.
Katarak senil dapat dibagi dalarn 4 stadium, yaitu :
a. Stadium insipien, di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalarn lensa sehingga akan terlihat biiik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalarn posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
b. Stadium imatur, di mana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalarn lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini, terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. Pada stadium ini dapat terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung, sehingga pasien menyatakan tidak perlu kacamata sewaktu membaca dekat. Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan, biiik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau tertutup. Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa. Uji bayangan iris positif.
c. Stadium matur, merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium terjadi kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata depan terbuka normal, uji bayangan iris negatif. Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif.
d. Stadium hipermatur, di mana pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni). Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan. Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka. Pada uji bayangan iris tertihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif. Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan tirnbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis. Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul glaukoma fakolitik.

4. Katarak traumatik
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam yang menembus kapsul anterior. Tindakan bedah pada katarak traumatik dilakukan setelah mata tenang akibat trauma tersebut. Bila pecahnya kapsul mengakibatkan gejala radang berat, maka dilakukan aspirasi secepatnya.
5. Katarak komplikata
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa oleh faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi, ablasio retina, dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata.

6. Katarak sekunder
Pada tindakan bedah lensa dimana terjadi reaksi radang yang berakhir dengan terbentuknya jaringan fibrosis sisa lensa yang tertinggal maka keadaan ini disebut sebagai katarak sekunder. Tindakan bedah yang dapat menimbulkan katarak sekunder adalah sisa disisio lentis, ekstraksi linear dan ekstraksi lensa ekstrakpsular. Pada katarak sekunder yang menghambat masuknya sinar ke dalam bola mata atau mengakibatkan turunnya tajam penglihatan maka dilakukan disisio lentis sekunder atau kapsulotomi pada katarak sekunder tersebut.

E. Pemeriksaan
1. Visus menurun bergantung pada :
2. Tak ada tanda-tanda radang (hyperemia tak ada)
3. Iluminasi oblik tampak kekeruhan yang keabu-abuan atau putih dengan bayangan hitam disebut iris shadow.
4. Pemeriksaan dengan optalmoskop tampak warna hitam diatas dasar orange disebut fundus reflek.
5. Pada katarak yang lebih lanjut, kekeruhan bertambah sehingga iris shadow menghilang dan fundus reflek menjadi hitam saja (negative)

F. Manifestasi Klinik
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menja di negatif (-).
Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
• Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
• Peka terhadap sinar atau cahaya.
• Dapat melihat dobel pada satu mata.
• Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
• Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

G. Pengobatan Katarak
Apabila penderita masih dapat dikoreksi kacamata, maka diberikan dahulu kacamata. Akan tetapi ukuran kacamata penderita biasanya sangat mudah / cepat berubah. Pengobatan yang paling baik dan tepat saat ini adalah operasi. Indikasi operasi yaitu :
1. Visus yang menurun yang tak dapat dikoreksi dengan kacamata dan mengganggu aktifitas.
2. Dahulu penderita dioperasi bila visusnya 1/300 s/d tak terhingga (LP+). Akan tetapi dengan kemajuan tehnologi saat ini katarak dapat dioperasi pada stadium apapun, bila penderita sudah terganggu aktivitasnya

H. Pencegahan
Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering terjadi. Penggunaan tindakan keselamatan ditempat kerja dapat mengurangi insiden terjadinya katarak traumatic yang disebabkan oleh radiasi, panas, paparan x-ray. Penggunaan pelindung mata ketika memotong rumput, membersihkan semak dan kandang, bekerja dengan logam atau berpartisipasi dalam olah raga dapat menurunkan insiden terjadinya katarak traumatic dengan pencegahan terhadap cedera, perawatan secara teratur pada DM, hipoparatiroid, dan edermatitis atopik dapat mengurangi insiden terjadinya katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik ini.


























BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN



A. Pengkajian
1. Riwayat
Usia, karena penyakit ini umumnya pada usia tua.
2. Faktor – faktor predisposisi :
Trauma pada mata baik pada masa lalu maupun yang baru terjadi, radiasi bahan radoaktif atau x-ray, penyakit sistemik seoerti DM, hipoparatiroid, Down syndrome dan dermatitis atopik, penggunaan obat – obatan seperti kortikosteroid, chlorpromazine, atau obat – obatan miotik, penyakit intraokuler seperti uveitis yang berulang.
3. Aktivitas/istirahat
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
4. Neuro sensori
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Perubahan kaca mata atau pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Pupil nampak kecoklatan atau putih susu dan peningkatan air mata.
5. Pengetahuan
Pemahaman tentang katarak, kecemasan.
6. Pemeriksaan diagnostik
Optotip Snellen, Oftalmoskopi, Slitlamp biomikroskopi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operatif
o Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda
o Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali
2. Post Operatif
o Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur invasive.
o Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah pengangkatan).
o Gangguan sensori – perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan secara terapeutik dibatasi
o Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, ditandai dengan klien kurang mengikuti instruksi, sering bertanya terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

C. Rencana Tindakan
1. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi.
Kriteria hasil :
o Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat lingkungan semaksimal mungkin.
o Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif
o Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Orientasikan pasien terhadap lingkungan aktifitas.


2. Bedakan kemampuan lapang pandang diantara kedua mata
3. Observasi tanda disorientasi dengan tetap berada di sisi pasien.
4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sederhana seperti menonton TV, radio, dll
5. Anjurkan pasien menggunakan kacamata katarak, cegah lapang pandang perifer dan catat terjadinya bintik buta.
6. Posisi pintu harus tertutup terbuka, jauhkan rintangan.  Memperkenalkan pada pasien tentang lingkungan dam aktifitas sehingga dapat meninggalkan stimulus penglihatan.
 Menentukan kemampuan lapang pandang tiap mata

 Mengurangi ketakutan pasien dan meningkatkan stimulus.

 Meningkatkan input sensori, dan mempertahankan perasaan normal, tanpa meningkatkan stress.
 Menurunkan penglihatan perifer dan gerakan.
 Menurunkan penglihatan perifer dan gerakan.


2. Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.
Tujuan : kecemasan teratasi
Kriteria hasil :
o Mengungkapkan kekhawatirannya dan ketakutan mengenai pembedahan yang akan dijalani.
o Mengungkapkan pemahaman tindakan rutin perioperasi dan perawatan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan relaks, berikan dorongan untuk verbalisasi dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
2. Yakinkan klien bahwa ansietas mempunyai respon normal dan diperkirakan terjadi pada pembedahan katarak yang akan dijalani.
3. Tunjukkan kesalahpahaman yang diekspresikan klien, berikan informasi yang akurat.
4. Sajikan informasi menggunakan metode dan media instruksional.

5. Jelaskan kepada klien aktivitas premedikasi yang diperlukan.

6. Diskusikan tindakan keperawatan pra operatif yang diharapkan.
7. Berikan informasi tentang aktivitas penglihatan dan suara yang berkaitan dengan periode intra operatif  Membantu mengidentifikasi sumber ansietas.



 Meningkatkan keyakinan klien



 Meningkatkan keyakinan klien

 Meningkatkan proses belajar dan informasi tertulis mempunyai sumber rujukan setelah pulang.
 Pengetahuan yang meningkat akan menambah kooperatif klien dan menurunkan kecemasan.
 S d a
 Menjelaskan pilihan memungkinkan klien membuat keputusan secara benar.

3. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur invasive.
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil : klien melaporkan penurunan nyeri secara progresif dan nyeri terkontrol setelah intervensi.

INTERVENSI RASIONAL
1. Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif.

2. Jelaskan bahwa nyeri dapat terjadi sampai beberapa jam setelah pembedahan.




3. Lakukan tindakan mengurangi nyeri dengan cara:
- Posisi : tinggikan bagian kepala tempat tidur, ganti posisi dan tidur, ganti posisi dan tidur pada sisi yang tidak dioperasi
- Distraksi
- Latihan relaksasi
4. Berikan obat analgetik sesuai program
5. Lapor dokter jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian obat, jika nyeri disertai mual. 1. Membantu pasien menemukan tindakan yang dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri yang efektif.
2. Nyeri dapat terjadi sampai anestesi local habis, memahami hal ini dapat membantu mengurangi kecemasan yang berhubungan dengan yang tidak diperkirakan.
3. Latihan nyeri dengan menggunakan tindakan yang non farmakologi memungkinkan klien untuk memperoleh rasa kontrol terhadap nyeri.


4. Analgesik dapat menghambat reseptor nyeri.
5. Tanda ini menunjukkan peningkatan tekanan intra ocular atau komplikasi lain.

4. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah pengangkatan).
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
 Tanda-tanda infeksi tidak terjadi
 Penyembuhan luka tepat waktu
 Bebas drainase purulen , eritema, dan demam

INTERVENSI RASIONAL
1. Tingkatkan penyembuhan luka dengan :
- Beri dorongan untuk mengikuti diet seimbang dan asupan cairan yang adekuat
- Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama setelah operasi atau sampai diberitahukan.
2. Gunakan tehnik aseptic untuk meneteskan tetes mata :
- Cuci tangan sebelum memulai
- Pegang alat penetes agak jauh dari mata.
- Ketika meneteskan hindari kontk antara mata dengan tetesan dan alat penetes.
3. Gunakan tehnik aseptic untuk membersihkan mata dari dalam ke luar dengan tisu basah / bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan memasukkan lensa bila menggunakan.
4. Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi.
5. Observasi tanda dan gejala infeksi seperti : kemerahan, kelopak mata bengkak, drainase purulen, injeksi konjunctiva (pembuluh darah menonjol), peningkatan suhu.
6. Anjurkan untuk mencegah ketegangan pada jahitan dengan cara : menggunakan kacamata protektif dan pelindung mata pada malam hari.
7. Kolaborasi obat sesuai indikasi :
- Antibiotika (topical, parental atau sub conjunctiva)
- Steroid  Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, meningkatkan penyembuhan luka pembedahan.
 Memakai pelindung mata meingkatkan penyembuhan dan menurunkan kekuatan iritasi kelopak mata terhadap jahitan luka.
 Tehnik aseptic menimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi infeksi.




 Tehnik aseptic menurunkan resiko penyebaran infeksi/.bakteri dan kontaminasi silang.



 Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.

 Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.

 Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan interupsi, menciptakan jala masuk untuk mirkoorganisme

 Sediaan topical digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi
 Menurunkan inflamasi

5. Gangguan sensori – perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan secara terapeutik dibatasi, ditandai dengan :
 Menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan.
 Perubahan respo biasanya terhadap rangsang.
Hasilnya yang diharapkan :
 Meningkatkan ketajaman penglihatn dalam batas situasi individu
 Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan
INTERVENSI RASIONAL
1. tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat
2. orientasi pasien terhadap lingkungan, staf/ orang lain di area
3. observasi tanda-tanda dan gejala-gejala disorientasi, pertahankan pengamanan tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari anesthesia.
4. ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar ± 25%, penglihatan perifer hilang. • Kebutuhan individu dan pilihan intervensi dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif.
• Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi.
• Terbangun dalam lingkungan yang tak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orangtua.
• Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung / meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.

6. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, ditandai dengan klien kurang mengikuti instruksi, sering bertanya terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan berupa HE diharapkan klien mengerti dengan kondisi, prognosis,dan pengobatan.
Kriteria hasil :
 Dapat melakukan perawatan dengan prosedur yang benar
 Dapat menyembuhkan kembali apa yang telah dijelasakan

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji informasi tentang kondisi individu prognosis tipe prosedur, tipe prosedur lensa.
2. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan. Beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan.
3. Informasikan kepada klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
4. Dorong pemasukan cairan yang adekuat, makan terserat.
5. Anjurkan klien untuk menghindari membaca, berkedip, mengangkat yang berat, mengejar saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung penggunaan spray, bedak bubuk, merokok. • Meningkatkan pemahaman dan kerjasama dengan program pasca operasi
• Pengawasan periodic menurun kan resiko komplikasi serius.
• Dapat bereaksi silang / campur dengan obat yang diberikan.
• Memertahankan konsistensi faeces untuk menghindari mengejan
• Aktifitas yang menyebabkan mata lelah tegang, manuver valsava atau meningkatkan TID dapat mempengaruhi hasil operasi dan mencetuskan perdarahan.
• Catatan : iritasi pernapasan yang menyebabkan batuk / bersih dapat meningkatkan TID.

D. Evaluasi
1. Klien mampu melihat lingkungan semaksimal mungkin.
2. Klien mampu mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif
3. Klien mampu mengidentifikasi kebiasaan lingkungan
4. Penurunan nyeri klien secara progresif dan nyeri terkontrol setelah intervensi
5. Kecemasan klien dapat turun
6. Tidak terdapat infeksi yang terjadi pada klien
7. Ketajaman penglihatan klien meningkat

BAB IV
PENUTUP


A. Kesimpulan
o Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara).
o Penyebab katarak antara lain Ketuaan, biasanya dijumpai katarak senilis,trauma, terjadi karena pukulan benda tumpul /tajam terpapar oleh sinar X atau benda-benda radioaktif, Penyakit mata seperti Uveitis, Penyakit sistemik seperti DM., Faktor keturunan dan lain – lain
o Klasifikasi katarak antara lain: katarak kongenital, katarak juvenil, katarak senil, ( katara insipiens, katarak matur, katarak imatur, katarak hipermatur), katarak komplikasi, katarak tarumatik
o Diagnosa keperawatan salah satunya adalah Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda
o Pengkajian: riwayat, faktor – faktor predisposisi, aktivitas dan istirahat, neuro sensori, pengetahua, dan pemeriksaaan diagnostik.
B. Saran
o Cegahlah penyakit sebelum mengenai kita
o Tingkatkan higine pribadi.
o Konsultasi ke rumah sakit bila menemui masalah atau gangguan pada mata.
o Gunakan kaca mata saat berkendaraan.

DAFTAR PUSTAKA



Tamim Radjamin RK, Dkk, (1993), Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University Press, Surabaya

Sidarta Ilyas, (1997), Katarak, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Doengoes, Mariyln E., (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.

http://www.shoutmix.com/
http://www.jakarta-eye-center.com
http://www.geocities.com/infokeben/katarak.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar