BERORGANISASI UNTUK BERAMAL

SELAMAT DATANG

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Minggu, 25 April 2010

Psoriasis

1. Pengertian
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutup oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat (Siregar, 2004 : 94)
Berbeda dengan pergantian kulit pada manusia normal yang biasanya berlangsung selama tiga sampai empat minggu, proses pergantian kulit pada penderita psoriasis berlangsung secara cepat yaitu sekitar 2–4 hari, (bahkan bisa terjadi lebih cepat) pergantian sel kulit yang banyak dan menebal.

Sampai saat ini penyakit Psoriasis belum diketahui penyebabnya secara pasti, sehingga belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan secara total penyakit Psoriasis.
1. Eritrodermis Psoriasis


Tipe psoriasis ini sangat berbahaya, seluruh kulit penderita menjadi merah matang dan bersisik, fungsi perlindungan kulit hilang, sehingga penderita mudah terkena infeksi.
2. Psoriatik Arthritis


Timbul dengan peradangan sendi, sehingga sendi terasa nyeri, membengkak dan kaku, sama persis seperti gejala rematik. Pada tahap ini, penderita harus segera ditolong agar sendi-sendinya tidak sampai terjadi kropos
3. Psoriasis Guttate


Psoriasis Guttate (GUH-tate) adalah salah satu bentuk dari psoriasis yang mulai timbul sejak waktu anak-anak atau remaja. kata guttate berasal dari bahasa Latin yang berarti “jatuh”.(drop). Bentuk psoriasis ini menyerupai bintik-bintik merah kecil di kulit. bercak (lesions) guttate biasanya timbul pada badan dan kaki. Bintik-bintik ini biasanya tidak setebal atau bersisik seperti bercak-bercak (lesions) pada psoriasis plak.





4. Psoriasis Inverse

Inverse psoriasis ditemukan pada ketiak, pangkal paha, dibawah payudara, dan di lipatan-lipatan kulit di sekitar kemaluan dan panggul Tipe psoriasis ini pertama kali tampak sebagai bercak (lesions) yang sangat merah dan biasanya lack the scale associated dengan psoriasis plak. Bercak itu bisa tampak licin dan bersinar. Psoriasis Inverse sangat (particularly irritating) menganggu karena iritasi yang disebabkan gosokan/garukan dan keringat karena lokasinya di lipatan-lipatan kulit dan daerah sensitif tender). terutama sangat mengganggu bagi penderita yang gemuk dan yang mempunyai lipatan kulit yang dalam.

5. Psoriasis Kuku

menyerang dan merusak kuku dibagian bawah kuku tumbuh banyak sisik seperti serbuk, jenis ini termasuk yang sulit/bandel untuk disembuhkan bagi penderita.
6. Psoriasis Plak

Hampir 80% dari penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis plak yang secara ilmiah sisebut juga psoriasis vulgaris (yang berarti umum). Tipe plak ini bersifat meradang pada kulit menimbulkan bercah merah yang dilapisi dengan kulit yang tumbuh berwarna keperakan yang umum nya akan terlihat pada sekitar alis,lutut, kepala (seperti ketombe), siku juga bagian belakang tubuh sekitar panggul serta akan meluas kebagian-bagian kulit lainnya.
7. Psoriasis Pustular

Kasus Psoriasis Pustular (PUHS-choo-ler) terutama banyak ditemui pada orang dewasa. Karakteristik dari penderita PUHS-choo-ler ini adalah timbulnya Pustules putih (blisters of noninfectious pus) yang dikelilingi oleh kulit merah. Pus ini meliputi kumpulan dari sel darah putih yang bukan merupakan suatu infeksi dan juga tidak menular. Bentuk psioriasis yang pada umumnya tidak biasa ini mempengaruhi lebih sedikit dari 5 % dari seluruh penderita psoriasis. Psoriasis ini, bisa terkumpul dalam daerah tertentu pada tubuh, contohnya, pada tangan dan kaki. Psoriasis Pustular juga dapat ditemukan menutupi hampir seluruh tubuh, dengan kecenderungan membentuk suatu siklus - reddening (membuat kulit merah??) yang diikuti oleh pembentukan pustules dan scaling.


8. Psoriasis Scalp
Psoriasis tipe ini tampak pada batas rambut, kepala (seperti ketombe), kening, sekitar leher juga dibelakang telinga, berupa seperti sisik kulit atau serbuk
2. Etiologi
Menurut Harahap, Marwati (2000 : 116-117), penyebab psoriasis yang pasti belum diketahui. Ada beberapa faktor predisposisi dan pencetus yang dapat menimbulkan penyakit ini.
Faktor-faktor predisposisi, yaitu :
a. Faktor berediter bersifat dominan otosomal dengan penetrasi tidak lengkap.
b. Faktor-faktor psikis
c. Infeksi fokal
d. Penyakit metabolik seperti diabetes mellitus yang laten
e. Gangguan pencernaan seperti obstipasi
f. Faktor cuaca
Faktor-faktor provokatif yang dapat mencetuskan atau menyebabkan penyakit ini tambah hebat adalah :
a. Faktor trauma
b. Faktor infeksi
c. Obat-obatan
d. Sinar ultraviolet
e. Stress psikologis
f. Kehamilan

3. Patofisiologi
Psoriasis merupaan penyakit kronik yang dapat terjadi pada setiap usia. Perjalanan alamiah penyakit ini sangat berfluktuasi. Pada psoriosis ditunjukan adanay penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel yang epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna perak). Peningkatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosine monofosfat (AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) siklik. Prostaglandin dan polamin juga abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi plak psoriatic belum dapat dimengerti secara jelas.

4. Tanda dan Gejala
Menurut Harahap, Marwati (2000 : 117-118), penderita psiriosis umumnya tidak menunjukkan perubahan keadaan umum, kecuali bila stadium penyakitnya sudah sampai pada eritrodermia. Ada penderita yang mengeluh rasa gatal, merasa kaku atau merasa sakit bila bergerak.
Gejala pertama psoriasis berupa macula dan papula eritem yang timbul tiba-tiba. Selanjutnya, papula membesar secara sentrifugal sampai sebesar lentikuler dan numuler. Beberapa macula ini dapat bergabung membentuk lesi-lesi yang lebar. Macula eritemini berbatas tegas dan diatasnya didapati skuama yang mempunyai sifat-sifat khas. Warnanya putih seperti perak atau mika, transparan, kering, kasar dan berlapis-lapis. Terdapat fenomena tetesan lilies, tanda Auspitz dan fenomena Koebner.
Psoriasis yang menyerang kuku jari tangan dan kaki memberi gambaran berupa lubang kucil pada kuku yang disebut pits.
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Harahap, Marwati (2000 : 119), pemeriksaan penunjang pada penyakit prosiasis adalah pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong diagnosis psoriasis tidak banyak. Pemerik,saan yang bertujuan mencari penyakit yang menyertai psoriasis perlu dilaksanakan, seperti pemeriskaan darah rutin, mencari penyakit infeksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol untuk penyakit diabetes mellitus.

6. Penatalaksanaan Penunjang
Menurut Djuanda, Adhi (1999 : 175-178) pengobatan sempurna pada penyakit psoriasis belum ada karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan, sebagian hanya berdasarkan empirik. Psoriasis sebaiknya diobati secara topical, jika hasilnya tidak memuaskan baru dipertimbangkan pengobatan sistemik karena efek samping pengobatan sistemik lebih banyak.
a. Pengobatan Topikal
1) Preparat ter ( ter kayu, fosil atau batubara) dengan konsentrasi 2-5%.
2) Kortikosteroid : jika lesi hanya beberapa dapat pula disuntikkan triamsinolon asetonid intralesi seminggu sekali.
3) Distranol (antralin) 0,2 – 0,8 % dalam pasta atau salep, kesembuhan tampak sesudah 3 minggu dan dapat bertahan beberapa bulan.
4) Pengobatan dengan penyinaran (PUVA) yaitu kombinasi psoralen dan sinar ultraviolet 0,6 mg/kg berat badan. Diberikan oral 2 jam sebelum disinar degan sinar ultraviolet. Pengobatan dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi setelah 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan pengobatan rumatan (maintainance) tiap 2 bulan.
b. Pengobatan Sistemik
1) Kortikosteroid : hanya digunakan pada eritroderma psoriasis eritrodermik dan psoriasis pustulosa generalisata. Dosis permulaan 40-60 mg prednisone sehari.
2) Obat sitostatik : obat yang biasanya digunakan ialah metotreksat.
3) Levodopa : Desisnya antara 2 x 250 mg – 3 x 500 mg
4) DDS (Diaminodifenilsulfon) : dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa tipe barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari.
5) Etretinat (tegison, tigason) : dosisnya pada bulan pertama diberikan 1 mg / kg BB jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1½ mg / kg BB.
6) Siklosporin : dosisnya 6 mg / kg BB sehari.

7. Prognosis
Menurut Siregar (2004 : 95), prognosis dari psoriasis adalah tidak menyebabkan kematian tetapi bersifat kronik residif.

8. Komplikasi
Menurut Siregar (2004 : 95), komplikasi psoriasis adalah sebagai berikut :
a) Dapat menyerang sendi, menimbulkan arthritis psoriasis
b) Psoriasis pustulosa : pada eritema timbul pustule miliar. Jika menyerang telapak tangan dan kaki serta ujung jari disebut psoriasis pustule tipe barber. Namun, jika pustule timbul pada lesi psoriasis dna juga kulit diluar lesi, dan disertai gejala sistemik berupa panas / rasa terbakar disebut tipe zumbusch.
c) Psoriasis eritrodermia : jika lesi psoriasis terdapat diseluruh tubuh dengan skuama halus dan gejala konstitusi berupa badan terasa panas dingin.



1. Pengkajian
a. Pola Persepsi Kesehatan
• Adanya infeksi sebelumnya
• Pengobatan sebelumnya tidak berhasil
• Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu, missal : vitamin, jamu
• Adakah berkonsultasi rutin ke Dokter
• Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan
b. Pola Nutrisi Metabolik
• Pola makan sehari-hari : jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan.
• Kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu, berminyak, pedas.
• Jenis makanan yang disukai
• Nafsu makan menurun
• Muntah-muntah
• Penurunan berat badan
• Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan
• Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih.
c. Pola Eliminasi
• Sering berkeringat
• Tanyakan pola berkemih dan bowel
d. Pola Aktivitas dan Latihan
• Pemenuhan sehari-hari terganggu
• Kelemahan umum, malaise
• Toleransi terhadap aktivitas rendah
• Mudah berkeringan saat melakukan aktivitas ringan
• Perubahan pola nafas saat melakukan aktivitas
e. Pola Tidur
• Kesulitan tidur pada malam hari karena stress
• Mimpi buruk
f. Pola Persepsi Kognitif
• Perubahan dalam konsentrasio dan daya ingat
• Pengetahuan akan penyakitnya
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
• Perasaan tidak percaya diri atau minder
• Perasaan terisolasi
h. Pola Hubungan dengan Sesama
• Hidup sendiri atau berkeluarga
• Frekuensi interaksi berkurang
• Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
i. Pola Reproduksi Seksualitas
• Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan
• Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
• Emosi tak stabil
• Ansietas, takut akan penyakitnya
• Disorientasi, gelisah
k. Pola Sistem Kepercayaan
• Perubahan dalam diri klien melakukan ibadah
• Agama yang dianut

Diagnosa dan Rencana Keperawatan
DP1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal sekunder akibat psoriasis
Tujuan : Kerusakan integritas kulit dapat teratasi dalam 3 x 24 jam.
Kriteria Hasil :
1. Area terbebas dari infeksi lanjut.
2. Kulit bersih, kering, dan lembab
Intervensi :
1. Kaji keadaan kulit
R/ : Mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk melakukan intervensi yang tepat.
2. Kaji keadaan umum dan observasi TTV.
R/ : Mengetahui perubahan status kesehatan pasien.
3. Kaji perubahan warna kulit.
R/ : Megetahui keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
4. Pertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering.
R/ : Membantu mempercepat proses penyembuhan.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.
R/ : Untuk mempercepat penyembuhan.
DP2 Ketakutan berhubungan dengan perubahan penampilan
Tujuan : Ketakutan teratasi setelah 3 x 24 jam.
Kriteria Hasil :
1. Klien menyatakan peningkatan kenyamanan psikologis dan fisiologis.
2. Dapat menjelaskan pola koping yang efektif dan tidak efektif.
3. Mengidentifikasi respons kopingnya sendiri.
Intervensi :
1. Kaji ulang perubahan biologis dan fisiologis.
R/ : Reaksi fisik kronis terhadap stresor-stresor menunjukkan adanya penyakit kronis dan ketahanan rendah.
2. Gunakan sentuhan sebagai toleransi.
R/ : Kadang-kadang dengan memegang secara hangat akan menolongnya mempertahankan kontrol.
3. Dukung jenis koping yang disukai ketika mekanisme adaftif digunakan.
R/ : Marah merupakan respon yang adaptif yang menyertai rasa takut.
4. Anjurkan untuk mengekspresikan perasaannya.
R/ : Dapat mengurangi stres pada pasien.
5. Anjurkan untuk menggunakan mekanisme koping yang normal.
R/ : Ketepatan dalam menggunakan koping merupakan salah satu cara mengurangi ketakutan.
6. Anjurkan klien untuk mencari stresor dan menghadapi rasa takutnya.
R/ : Kesadaran akan faktor penyebabkan ketakutan akan memperkuat kontrol dan mencegah perasaan takut yang makin memuncak.




DP3 : Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis
Tujuan : Ansietas dapat diminimalkan sampai dengan diatasi setelah 3 x 24 jam
Kriteria Hasil :
1. Pasien tampak rileks
2. Pasien mendemonstrasikan/menunjukan kemampuan mengatasi masalah dan menggunakan sumber-sumber secara efektif
3. Tanda-tanda vital normal
4. Pasien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi :
1. Kaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebab bila mungkin
R/ : Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapinya dengan lebih realistis
2. Kaji ulang keadaan umum pasien dan TTV
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
3. Berikan waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya dan dorongan ekspresi yang bebas, misalnya rasa marah, takut, ragu
R/ : Agar pasien merasa diterima
4. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
R/ : Ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman dapat menyebabkan timbulnya ansietas
5. Diskusikan perilaku koping alternatif dan tehnik pemecahan masalah
R/ : Mengurangi kecemasan pasien
DP4 Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri
Tujuan : Gangguan konsep diri teratasi dalam 3 x 24 jam
Kriteria Hasil :
1. Dapat berinteraksi seperti biasa.
2. Rasa percaya diri timbul kembali.


Intervensi :
1. Kaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan dengan orang lain.
R/ : Mengetahui tingkat ketidakpercayaan diri pasien dalam menentukan intervensi selanjutnya.
2. Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan pasien.
R/ : Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara perawat-pasien.
3. Beri harapan dalam parameter situasi individu.
R/ : Meningkatkan perilaku positif
4. Berikan penguatan positif terhadap kemajuan.
R/ : Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif.
5. Dorong interaksi keluarga.
R/ : Mempertahankan garis komunikasi dan memberikan dukungan terus-menerus pada pasien.
DP5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah
Kriteria Hasil :
1. Pasien menunjukkan pemahaman akan penyakitnya.
2. Pasien menunjukkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Intervensi :
1. Kaji ulang pengobatan.
R/ : Pengulangan memungkinkan kesempatan untuk bertanya dan meyakinkan pemahaman yang akurat.
2. Ajar tanda dan gejala serta kemungkinan yang dapat menimbulkan inflamasi.
R/ : Agar pasien memahami dan mencegah faktor resiko inflamasi serta dapat mengantisipasi secara dini kelanjutan keadaan tersebut.
3. Diskusikan jadwal pengobatan.
R/ : Agar pasien dapat menentukan waktu yang tepat untuk terapi sehingga memahami fungsi terapi yang diikuti.
4. Diskusikan tentang peningkatan jadwal kunjungan ke Dokter.
R/ : Agar pasien lebih mengerti akan kondisinya

Daftar Pustaka
Ajunadi, Purnawan dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.
Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.
Harahap,Marwali.2000.Ilmu Penyakit Kulit .Hipokrates: Jakarta
Suddart,Brunner.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC: Jakarta

Gonoroe

A. PENGERTIAN

Gonoroe adalah suatu penyakit menular seksual yang bersifat akut, disebabkan oleh Neisseria gonorrohoeae suatu kuman gram negative, berbentuk biji kopi, letaknya intra atau ekstra seluler.
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva).

B. TANDA DAN GEJALA

Penularan terjadi melaui kontak seksual dengan penderita gonoroe. Masa tunas penyakit berkisar antara 2-5 hari (1-14 hari).
Gejala yang didapatkan pada laki-laki :
1. Keluhan (sakit) waktu kencing.
2. Orifisium uretra yang oedem dan eritematus.
3. Secret uretra yang purulen.

Gonoroe pada wanita:
Sebagian besar wanita yang menderita gonoroe asimtomatik. Gonoroe pada wanita sering mengenai serviks sehingga terjadi servitis dengan gejala keputihan.
Pada pria gejala penyakit ini diawali dengan adanya gangguan ringan pada saluran kencing diikuti dengan rasa nyeri dalam berbagai tingkatan ketika kencing. Muara saluran kencing pada penis dapat berwarna merah dan mengalami pembengkakan. Pada awalnya wanita tidak memperlihatkan gejala-gejala. Biasanya gejala pada mereka malah timbul berbulan-bulan setelah terjadinya infeksi. Penyakit ini kemungkinan dapat ditemukan hanya pada satu pasangan walaupun sudah mengenai keduanya. Namun pada memperlihatkan gejala seperti: ingin buang air kecil, nyeri waktu kencing, keputihan dan demam. Gonore dapat menyebabkan infeksi pada indung telur, saluran telur dan saluran kencing dan menyebabkan nyeri hebat dalam panggul.
Jika cairan tubuh yang mengandung kuman ini mengenai mata seseorang dapat timbul konjuntivitis gonore (radang mata kencing nanah). Untuk mengetahui adanya penyakit ini biasanya dilakukan sebagian besar dilakukan dengan pemeriksaan analisa contoh cairan yang diambil dari saluran kencing. Walaupun tidak ada pemeriksaan darah spesifik untuk mendeteksi adanya kuman gonore namun demikian penting sekali untuk mengambil contoh darah karena ada kemungkinan saja seseorang sekaligus juga tertular dengan PMS lain seperti sifilis atau AIDS.

C. IMPLEMENTASI
PEMENUHAN PENGETAHUAN
Metode yang digunakan untuk melakukan kontak seksual dengan pasangan perlu didiskusikan. Pasien harus memahami bahwa meskipun pasangan telah diobati, terpajan pada hubungan seksual yang terus menerus pada individu yang sama dapat mengakibatkan terkena infeksi PMS lagi. Pasien mungkin membutuhkan bantuan dalam merencanakan diskusi dengan pasangannya. Jika pasien tamak takut atau kuatir tentang hal ini, maka pasien dapat dirijuk ke perkejaan social atau ahli lain yang tepat.
MENURUNKAN RISIKO KOMPLIKASI
Peran kolaboratif dilakuakn perawat utuk menurunkan respon anflamasi genital. Pada gonoroe tanpa komplikasi (cerviks, uretra, rectum) perlu mendapat antibiotic jenis a). Ciprofloxacin 500 mg oral single dose b). Ofloxacine 400 mg oral single dose c). Cefixime 40 mg oral single dose d). Ceftriaxon 125 mg im sigle dose.
MENINGKATAN KEPATUHAN
Dalam lingkungan kelompok (seperti pada lingkungan obsttrik rawat jalan), atau di fasilitas kesehatan pribadi secra terbuka tentang PMS memfasilitasi adanya pemahaman tentang penyakit ini. Rasa tidak nyaman secara social dapat diturunkan ketika penyebab, konsekuensi, penanganan, pencegahan dan tanggung jawab dapat dipenuhi. Karena masyarakat mempunyai sumber pencegahan PMS yang luas, rujukan pada tempat yang tepat dapat menjadikan di mana pertanyaan atau ketidaktentuan dapat dijawab oleh ahlinya.
Pasien yang terinfeksi harus diberitahu organisme apa yang menyebabkan dan harus menerima penjelasan tentang penyebab terjadnya infeksi (meliputi interval potensial menular pada orang lain) dan kemungkinan komplkasi. Perawat harus menekankan dan perlunya melaporkan efek samping terapeutik atau progresi gejala.

D. PENGOBATAN
1. FARMAKOLOGIS
a. Gonoroe tanpa komplikasi (cerviks, uretra, rectum dan faring)
• Ciprofloxacin 500 mg oral single dose
• Ofloxacine 400 mg oral sngle dose
• Cefixime 400 mg oral sngle dose
• Ceftriaxon 125 mg IM single dose
• Erytromicin 4x500 m oral selama 7 hari
• Doxycycline 2x400 mg/hari oral Selama 7 hari

b. Gonoroe dengan komplikasi sistemik
• Meningitis dan endocarditis
Ceftriaxon 1-2 g IV setiap 12 jam, untuk meningitis dilanjutkan 10-14 hari dan untuk endocarditis diteruskn paling sedikit 4 minggu.
• Artritis, tenosynovitis dan dermatitis
- Ceprofloksasin 500 mg IV setiap 12 jam
- Ofloxacine 400 mg setiap 12 jam
- Cefotaxime 1 g IV setiap 8 jam
- Ceftriaxon 1 g IM/IV tap 24 jam
c. Gonoroe pada bayi dan anak
• Sepsis, arthritis, meningitis atau abses kulit kepala pada bayi
- Ceftriaxon 25-50 mg/kg/hari im/iv 1 kali sehari selama 7 hari
- Cefotaxime 25 mg/kg iv/im setiap 12 jam selama 7 hati
Bila terbukti meningitis lama pengobatan menjadi 10-14 hari.
• Vulvovaginitis, cervicitis, uretritis, faringitis atau proctitis pada anak
Ceftriaxon 125 mg im ingle dose. (untuk anak denggan BB > 45 kg obat dan dosis obat sama seperti pada orang dewasa).
• Bakteriemi atau arthritis pada anak
Ceftriaxone 50 mg/kg (maks. 1 g untuk BB < 45 kg dan 2 g untuk BB > 45 kg) im/iv 1 kali sehari selama 7 hari atau 10-14 hari untuk BB > 45 kg.

d. Gonoroe pada wanita hamil
• Ceftriaxone 250 ml im single dose
• Amoksisilin 3 gr + probenesid 1 g.






2. NON FARMAKOLOGIS
a) Nama tumbuhan : Sisik Naga (Drymoglossi Folium)
b) Pemanfaatan : Bagian yang digunakan adalah daun dan seluruh herba segar atau yang telah dikeringkan.
c) Cara pemakaian :
- Untuk obat yang diminum, rebus 5-60 g daun, lalu air rebusannya diminum.
- Untuk pemakaian luar, gunakan air rebusan herba segar untuk mencuci daerah genetalia, kudis, koreng, atau berkumur bagi penderita sariawan dan radang gusi.
- Cara lain, giling herba segar sampai halus, lalu bubuhkan ketempat yang sakit pada penyakit-penyakit kulit seperti kudis, kurap, radang kulit bernanah, radang kuku, atau luka berdarah.













GAMBAR PENYAKIT GONOROE


PADA LAKI-LAKI PADA PEREMPUAN








PADA LAKI-LAKI PADA PEREMPUAN


GAMBAR BAKTERI Neisseria gonorrohoeae





GAMBAR TERAPI FARMAKOLOGIS
Antibiotic


GAMBAR TERAPI NON FARMAKOLOGIS
Sisik Naga (Drymoglossi Folium)



DAFTAR PUSTAKA

FK Unair/ RSU Dr. Soetomo. 2007. Penyakit kulit dan kelamin. Surabaya: Airlangga Univercity Press.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Saku Asuhan Keperawatan Klien Sistem Integumen. Banjarmasin.
http//:images.google.com (diakses tanggal 31 Juli 2009 jam 16.35 wita)
http://myunusw.wordpress.com (diakses tanggal 3 Agustus 2009 jm 19.15 wita)

SLE ( SYTEMIC LUPUS ERITEMATOSUS )

SLE ( SYTEMIC LUPUS ERITHEMATOSUS )
A. Pengertian SLE
Lupus adalah suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan akut dan kronis bermacam-macam jaringan tubuh. Kelainan ini merupakan kelainan multisystem yang dapat menyerang kulit, persendian, jantung, pericardium, paru – paru, ginjal, otak, dan system homopoitek.

SLE tidak menular, Kelainan ini dikelompokkan ke dalam penyakit autoimun, penyebab dan mekanisme terjadinya masih belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini diduga muncul karena faktor genetik diduga munculnya kelainan juga dipengaruhi lingkungan. Misalnya pajanan sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat, kehamilan dan trauma psikis maupun fisik.

Penyakit Lupus merupakan penyakit kelebihan kekebalan tubuh. Penyakit Lupus terjadi akibat produksi antibodi berlebihan, sehingga tidak berfungsi menyerang virus, kuman atau bakteri yang ada di tubuh, melainkan justru menyerang sistem kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri.

B. Tanda dan Gejala
Pada awal perjalanannya, penyakit ini ditandai dengan gejala klinis yang tak spesifik, antara lain lemah, lesu, panas, mual, nafsu makan menurun, dan berat badan turun. Gejala awal yang tidak khas ini mirip dengan beberapa penyakit yang lain.
Oleh karena gejala penyakit ini sangat luas dan tidak khas pada awalnya, maka tidak sembarangan untuk mengatakan seseorang terkena penyakit lupus.
Akibat gejalanya mirip dengan gejala penyakit lainnya, maka lupus dijuluki sebagai penyakit peniru. Julukan lainnya adalah si penyakit seribu wajah.
Menurut American College Of Rheumatology 1997, diagnosis SLE harus memenuhi 4 dari 11 kriteria yang ditetapkan yaitu sebagai berikut:
• Ruam kemerahan pada kedua pipi melalui hidung sehingga seperti ada bentukan kupu-kupu, istilah kedokterannya Malar Rash/Butterfly Rash.
• Bercak kemerahan berbentuk bulat pada bagian kulit yang ditandai adanya jaringan parut yang lebih tinggi dari permukaan kulit sekitarnya.
• Fotosensitive, yaitu timbulnya ruam pada kulit oleh karena sengatan sinar matahari
• Luka di mulut dan lidah seperti sariawan (oral ulcers).
• Nyeri pada sendi-sendi. Sendi berwarna kemerahan dan bengkak. Gejala ini dijumpai pada 90 % odapus.
• Gejala pada paru-paru dan jantung berupa selaput pembungkusnya terisi cairan.
• Gangguan pada ginjal yaitu terdapatnya protein di dalam urine. Protein dalam air kencing melebihi 500mg/ 24 jam
• Gangguan pada otak/sistem saraf mulai dari depresi, kejang, stroke, dan lain-lain.
• Kelainan pada sistem darah di mana jumlah sel darah putih dan trombosit berkurang. Dan biasanya terjadi juga anemia
• Tes ANA (antinuclear Antibody) positif. ANA tes adalah suatu pemeriksaan darah yang menghitung antibodi yang terbentuk yang secara langsung melawan berbagai komponen dari nucleus (inti sel).
• Gangguan sistem kekebalan tubuh.

C. Beberapa gambar SLE

Pada regio kapitis, fasialis dan ekstrimitas superior terdapat macula eritematus berbatas jelas dengan sumbatan keratin pada folikel rambut, di beberapa bagian terdapat skauma tipis, sikatrik atrofi, hipertropik.



D. Implementasi keperawatan
• Pasien dengan SLE memerlukan lebih banyak istirahat selama periode aktif penyakitnya.
Yang harus diperhatikan kualitas tidur dan pengaruh yang dilatarbelakangi depresi, kurangnya olahraga, dan strategi mengatasi perawatan diri pada kesehatan secara keseluruhan.
• Selama periode penyakit, penentuan latihan secara hati - hati masih tetap penting untuk memelihara kekuatan otot dan rentang gerakan sendi. Obat-obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) sangat membantu mengurangi peradangan dan nyeri pada otot, sendi dan jaringan2 lain. Contoh dari NSAID adalah aspirin, ibuprofen, Naproxen dan sulindac.
• Pasien dengan systemic lupus sebaiknya menghindari paparan sinar matahari. Sunscreen dan kain penutup ekstremitas (tangan dan kaki) dapat sangat membantu.
• Bicara secara terbuka dengan keluarga dan teman sering dapat membantu.
• Kendali kondisi tubuh dari waktu ke waktu. Bila kondisi sedang berat, pasien biasanya akan dirawat inap. Tetapi bila kondisi sudah memungkinkan, tidak ada salahnya bila pasien beraktivitas sesuai kemampuan.
• Cukup istirahat, olahraga ringan, diet gizi seimbang, dan hindari rokok.
• Karena pasien mendapat terapi yang pada dasarnya akan menekan kekebalan tubuh, maka pasien akan lebih mudah mengalami infeksi.
E. Pengobatan
Tidak ada penyembuhan permanen untuk SLE. Tujuan pengobatan hanyalah menghilangkan gejala dan melindungi organ tubuh dengan menurunkan peradangan dan atau tingkat aktifitas autoimun tubuh.
1. Pengobatan non tradisional
Banyak pasien dengan gejala ringan dapat memerlukan pengobatan atau hanya diberi obat2 anti peradangan rutin terus-menerus. Mereka yang mengalami gejala yang lebih berat dengan melibatkan kerusakan organ2 dalam memerlukan dosis yang lebih tinggi kortikosteroid dengan dikombinasi obat2 lain yang menekan sistem imun tubuh.
Titik berat perawatan lupus adalah mengurangi peradangan. Ada 4 besar obat-obatan yang digunakan:
• Obat-obatan non-steroidal anti inflammatory, seperti ibuprofen (advil & motrin), naproxen, naprosyn (aleve), clinoril, feldene, voltaren.
• Obat-obatan corticosteroid, seperti prednison, prednisolone, medrol, deltasone, cortison, dll.
• Obat-obatan anti malaria sangat efektif untuk persendian yang sakit, luka kulit dan borok di dalam hidung atau mulut. Obat anti malaria yang sering diberikan adalah plaquonil (hydroxichloroquine).
• Immunosuppressants/ chemotherapy, umumnya digunakan pada mereka yang mengalami kambuh yang parah(organ tubuh terkena), atau untuk menurunkan penggunaan dosis steroid. Obat ini untuk menyetop over aktifitas sistem kekebalan dan juga membantu membatasi kerusakan yang terjadi dan mengembalikan fungsi organ.
Mayoritas pasien lupus dirawat dengan menggunakan ketiga obat-obatan pertama. Digunakan sekaligus atau sendiri-sendiri. Karena reaksi tiap orang terhadap suatu obat berbeda-beda, biasanya perlu beberapa waktu untuk mengetes kecocokan atau ketidakcocokan seseorang pada obat-obatan tertentu.


2. Pengobatan tradisional
a. Gamat membantu mengatasi keluhan seperti menyembuhkan luka, meredakan rasa sakit di persendian, memperlancar sirkulasi darah dan secara umum dikonsumsi sebagai hidangan spesial untuk menjaga kesehatan karena dinilai sebagai ginseng laut.
Gamat merupakan hewan yang hidup di dasar laut, biasa dikenal Stichopus Hermanii sebagai Teripang, Sea cucumber atau hoi som. Terdapat kurang lebih 1000 species gamat, namun yang dapat dijadikan bahan makanan tidak lebih dari 40 species saja. Satu diantara Gamat yang dapat kita konsumsi dan memiliki nilai pengobatan tradisonal yang istimewa adalah gamat species Stichopus hermanii (gamat Emas).
Gamat emas mengandung banyak zat gizi seperti protein, mineral, omega 3 dan Bio Active Element. Dalam sejarah tradisional China, Gamat telah digunakan sejak lebih dari 1000 tahun yang lalu untuk membantu mengatasi keluhan seperti menyembuhkan luka, meredakan rasa sakit di persendian, memperlancar sirkulasi darah dan secara umum dikonsumsi sebagai hidangan spesial untuk menjaga kesehatan karena dinilai sebagai ginseng laut.

Jelly Gamat mengandung:
• Protein 86,8 %
• 80% kolagen
• Mucopolysacarida
• Condroitin Sulfat dan Glukosami
• Omega 3
• Mineral
• Bio Active Element


Manfaat Jelly Gamat Luxor
• Mempercepat penutupan luka pada penderita Diabetes serta menghilangkan bau pada luka gangren
• Meredakan gangguan sakit lambung
• Meringankan sakit pada persendian / arthritis
• Menghentikan pendarahan pada wasir
• Mempercepat penyembuhan pasca operasi maupun bersalin
• Memperbaiki tekstur kulit menjadi lebih licin dan kenyal
• Menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida
• Meringankan penderita asma
b. spirulina salah satu pilihan untuk pengobatan penyakit maut. Sebetulnya spirulina bukan barang baru di dunia pengobatan. Sejak 400 tahun lampau, herbal itu merupakan makanan tradisional suku Aztek dan Maya di semenanjung Yucatan, Meksiko.
Spirulina merupakan tumbuhan air mikroalga (Cyanobacteria) berbentuk spiral, bersel satu yang telah ada sejak 3.5 milyar tahun yang lalu dan telah dikonsumsi oleh suku Aztec kuno di Mexico sejak 5 abad yang lalu. Terdapat ± 2000 jenis Spirulina di dunia, dari berbagai penelitian diketahui bahwa spirulina dari species platensis merupakan spirulina yang aman untuk dikonsumsi dan memiliki nilai gizi yang tinggi.

Manfaat Spirulina Pacifica
1. Superfood
Spirulina pacifica kaya akan zat gizi, mengandung 60% protein nabati, Vitamin B kompleks, Asam lemak esensial, Vitamin, mineral dan pigmen alami. Zat gizi dalam spirulina berguna untuk melengkapi kecukupan gizi yang diperlukan oleh manusia setiap hari.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh
Spirulina pacifica mengandung phycocianin, klorofil dan polysacarida yang membantu meningkatkan aktifitas unsur-unsur antibodi untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, maupun parasit, sehingga tubuh memiliki daya tahan yang lebih kuat.
3. Menyehatkan darah
Spirulina pacifica mengandung klorofil, Vitamin B 12, Asam folat dan zat besi yang duperlukan untuk pembentukan darah merah. Konsumsi Spirulina pacifica secara teratur akan mencegah terjadinya anemia (kurang darah).
4. Antioksidan alami & Anti kanker
Polusi, stress, sinar matahari, bahan-bahan kimia dll merupakan sumber radikal bebas. Di dalam tubuh radikal bebas yang berlebih dapat menyebabkan berbagai kerusakan fungsi organ. Spirulina pacifica mengandung Antioksidan seperti Selenium, Vitamin E, enzyme SOD yang dapat memperkecil resiko kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Phytonutrien dalam Spirulina (betakaroten,klorofil, xanthofil, phyocianin) merupakan anti kaner alami.
5. Detoksifikasi
Klorofil di dalam Spirulina pacifica akan bekerja untuk membersihkan dan membuang toksin (racun) yang berasal dari bahan pengawet makanan, obat-obatan, cemaran air dan bahan-bahan kimiawi yang menumpuk di dalam darah. Klorofil juga berguna untuk mengurangi aroma tubuh yang tidak sedap.
6. Memperbaiki sistem pencernaan
Spirulina pacifica memiliki Protein Efficiency Ratio yang sangat tinggi, sehingga lebih cepat diserap tubuh. Dinding sel nya terbuat dari protein, polysacarida dan enzyme serta tidak memiliki selulosa sehingga lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh.

c. Alfalfa kaya akan berbagai zat gizi. Kandungan klorofilnya sangat tinggi, sehingga tumbuhan yang banyak dimanfaatkan daunnya ini dipercaya bisa menyembuhkan bermacam penyakit, mulai dari perut kembung sampai kanker.

Kata alfalfa mungkin masih terasa asing di telinga orang Indonesia. Tanaman alfalfa memang belum banyak dibudidayakan di sini, meski berbagai produknya banyak dijual di pasaran. Salah satunya dalam bentuk suplemen.
Alfalfa merupakan tanaman kacang-kacangan yang tumbuh di berbagai kondisi iklim, dengan kemampuan adaptasi cukup baik, sehingga tersebar di berbagai belahan dunia. Amerika Serikat merupakan produsen alfalfa terbesar hingga saat ini.
Meskipun alfalfa mempunyai khasiat yang cukup baik, konsumsi alfalfa oleh manusia harus dibatasi karena kandungan serat yang sangat tinggi. Daun alfalfa yang sudah dikeringkan digunakan sebagai suplemen dalam bentuk tablet, bubuk, dan teh.

Selain daun, biji tanaman ini juga dapat dikonsumsi, tetapi tidak dianjurkan bagi penderita lupus (systemic lupus erythematosus) karena mengandung asam amino beracun L-canavanine yang diduga dapat mengakibatkan lupus-like syndrome.










DAFTAR PUSTAKA
The Arthritis Foundation http://www.arthritis.org).
http://www.tokonita.com/kesehatan-dan-kecantikan/makanan-kesehatan/jelly-gamat-1000-ml.html
http://www.tokonita.com/kesehatan-dan-kecantikan/makanan-kesehatan/jelly-gamat-1000-ml.html
http://jarumsuntik.com/sle-systemic-lupus-erythemathosis/
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.indosiar.com/images/v09/ragam/a_060321_lupus03.jpg&imgrefurl=http://www.indosiar.com/ragam/51522/odapus-orang-dengan-penderita-lupus&usg=__8sHqo9tGLhs9tsEG9kRhGFvUSz0=&h=134&w=133&sz=7&hl=id&start=29&um=1&tbnid=8ltN2NIKDrtiMM:&tbnh=92&tbnw=91&prev=/images%3Fq%3DSystemic%2BLupus%2BErythematosis%26ndsp%3D20%26hl%3Did%26cr%3DcountryID%26sa%3DN%26start%3D20%26um%3D1
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://cybermed.cbn.net.id/UserFiles/Image/cybermed/Natural%2520Healing/Okt2008/Alfaalfa1.JPG&imgrefurl=http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx%3Fx%3DNatural%2BHealing%26y%3Dcybermed%257C13%257C0%257C3%257C163&usg=__KUGSTXVMhDWa6ATKtET9NmUfHbE=&h=390&w=423&sz=37&hl=id&start=69&um=1&tbnid=YMV-rFgALdZqvM:&tbnh=116&tbnw=126&prev=/images%3Fq%3DSystemic%2BLupus%2BErythematosis%26ndsp%3D20%26hl%3Did%26cr%3DcountryID%26sa%3DN%26start%3D60%26um%3D1
http://esqmagazine.com/2009/06/20/186/lupus-penyakit-seribu-wajah.html
http://www.syamsidhuhafoundation.org/careforlupus_comments.php?id=111_0_9_0_
Tanggal 30 juli 2009 jam 19.30

KONDILOMA AKUMINATA

KONDILOMA AKUMINATA
1. Pengertian
Kondiloma Akuminata adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus Virus Papiloma Humanus (VPH) dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. Sinonim penyakit ini disebut jengger ayam, kutil kelamin, dan genital warts.
Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai dengan permukaan berjenjot yang disebabkan oleh virus.
Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Keterangan Gambar








2. Etiologi
Kutil kelamin disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) karena berganti-ganti pasangan seksual tanpa menggunakan pengaman.
Virus Papiloma Humanus [VPH/ HPV], virus DNA yang tergolong dalam family Papova. Tipe yang pernah ditemui adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51, 52 dan 56. Tipe 6 dan 11 tersering dijumpai pada Kondiloma Akuminatum dan Neoplasia Intraepitelial Serviks ringan. Tipe 16 dan 18 mempunyai potensi keganasan yang tinggi dan sering dijumpai pada kanker serviks. Sampai saat ini sudah dapat diidentifikasikan 80 tipe virus papiloma humanus.

3. Tanda dan Gejala
Gejala awal
• Benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin.
• Gatal atau sakit di sekitar alat kelamin.
• Bengkak atau merah di sekitar alat kelamin.
• Rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil.
• Buang air kecil lebih sering dari biasanya.
• Demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh.
• Kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari.
• Pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dan lain-lain.
• PMS kadang tidak memiliki gejala.
• Keluar cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau kemerah mudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir.
• Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
• Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat terasa sakit atau tidak.
• Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelarnin .
• Kemerahan di sekitar alat kelamin.
• Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar.
• Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan menstruasi.
Pada pria tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan batang penis, sedang pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum.
Untuk kepentingan klinis maka Kondiloma Akuminata dibagi dalam 3 bentuk, yaitu:
1. Bentuk akuminata.
2. Bentuk papul.
3. Bentuk datar (flat).
Meskipun demikian perlu diingat bahwa tidak ada batasan yang jelas antara ke tiga bentuk tadi dan sering pula dijumpai bentuk-bentuk peralihan.

1. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada. daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan yang berjonjot-jonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.

2. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.



3. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang (infeksi subklinis), dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.
Selain ketiga bentuk klinis di atas, dijumpai pula bentuk klinis lain yang telah diketahui berhubungan dengan keganasan pada genitalia, yaitu:
1. Giant condyloma Buschke-Lowenstein
Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa dengan keganasan derajat rendah. Hubungan antara KA dengan giant condyloma diketahui dengan ditemukannya VPH tipe 6 dan tipe 11. Lokasi lesi yang paling sering adalah pada penis dan kadang-kadang vulva dan anus. Klinis tampak sebagai kondiloma yang besar, bersifat invasif lokal dan tidak bermetastasis. Secara histologis giant condyloma tidak berbeda dengan kondilomata akuminata. Giant condyloma ini umumnya refrakter terhadap pengobatan.

2. Papulosis Bowenoid
Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan dan dapat berkonfluens menjadi plakat. Ada pula lesi yang berbentuk makula eritematosa dan lesi yang mirip leukoplakia atau lesi subklinis. Umumnya lesi multipel dan kadang-kadang berpigmentasi. Berbeda dengan KA, permukaan lesi papulosis Bowenoid biasanya halus atau hanya sedikit papilomatosa. Gambaran histopatologik mirip penyakit Bowen dengan inti yang berkelompok, sel raksasa diskeratorik dan sebagian mitotik atipik. Dalam perjalanan penyakitnya, papulosis Bowenoid jarang menjadi ganas dan cenderung untuk regresi spontan.

Kutil genitalis paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab. Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat). Pada wanita, kutil timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur
Masa tunas penyakit ini adalah 4-7 hari. Disebut sebagai penyakit jengger ayam, karena timbul bintil- bintil/ kutil bertangkai dan bergerombol di daerah kemaluan, menyerupai jengger ayam.
Masa inkubasi seringkali sukar ditentukan secara tepat dan dapat bervariasi antara 3 minggu -8 bulan (rata-rata 3 bulan). Gambaran klinik sangat bervariasi, berupa suatu vegetasi bertangkai dengan pertumbuhan yang berjonjot-jonjot (eksofitik) dan beberapa bergabung membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol atau berupa papula dengan permukaan yang halus dan licin dengan diameter 1-2 mm yang bergabung menjadi plakat lebar.


4. Pengobatan
• Farmakologis
1. Kemoterapi
• Tingtura Podofilin 25 %
Daerah sekitarnya lebih dulu dilindungi dengan vaselin, untuk menghindari iritasi. Podofilin dicuci 6 jam kemudian. Pada lesi-lesi yang luas dan pada wanita hamil, jangan diberikan podofilin, karena obat ini bersifat toksik dan dapat menyebabkan keguguran. Juga jangan dipakai untuk pengobatan lesi dalam vagina dan serviks karena obai ini dapat diabsorbsi sehingga bersifat toksik dan dapat menyebabkan karsinoma.
• Podofilotoksin 0.5 %
Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat di dalam podofilin. Setelah pemakaian podofiloks, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan KA. Reaksi iritasi pada pemakaian podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan podofilin dan reaksi sistemik belum pernah dilaporkan. Obat ini dapat dioleskan sendiri oleh penderita sebanyak dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut.
• Asam Trikloroasetat 25-50 %
Pemberiannya adalah seminggu sekali dan harus hati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Dapat diberikan kepada wanita hamil.
• Krim 5-Fuorourasil 1-5 %
Obat ini terutama untuk KA yang terletak di atas meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya penderita tidak miksi selama dua jam setelah pengobatan.
2. Tindakan Bedah
• Bedah Skalpel (eksisi)
• Bedah listrik (elektrokauterisasi)
Biasanya efektif tetapi membutuhkan anestesi local
• Bedah beku (N2 N2O dan sebagainya)
Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma akuminata pada wanita hamil dengan lesi yang banyak dan basah.
3. Laser karbondioksida

Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau racun yang dimurnikan atau asam trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil. Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa melukai kulit di sekelilingnya dan sering gagal.
Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau florourasil.
Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan endoskopik.
Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan.

• Non Farmakologis
Obat Kutil pada kelamin (Kutil Kondiloma pada pria / Kutil Jengger Ayam pada wanita). Penggunaan: Bubuk WARTS POWDER dicampur dengan air hangat dan dioleskan pada bagian yang sakit, secara teratur 2x sehari. Tidak pedih, ampuh dan aman karena terbuat dari bahan-bahan alami.
Keterangan Gambar

Agar penyakit tidak muncul lagi setelah tindakan pengobatan, yaitu menghilangkan faktor yang menyebabkan penyakit mudah muncul (predisposisi) serta menjaga agar stamina tubuh tetap prima.

5. Implementasi Keperawatan
* Menghindari kontak fisik dengan pasangan seksual yang terinfeksi
* Anjurkan penggunaan kondom
* Menghentikan aktivitas seksual selama pengobatan
* Hubungan seksual monogamy dengan individu yang sehat
* Memeriksakan diri secara teratur termasuk pula memeriksakan pasangan seksualnya
* Pap smear secara teratur pada wanita usia lebih dari 18 tahun (* Pap smear, untuk deteksi dini perubahan tingkat seluler meliputi papillomatosis, akantosis, abnormalitas koilosistik serta kelainan nukleus)
* Pemeriksaan HIV-AIDS
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Kedokteran Dorlan. 1996. Ed. 26. EGC : Jakarta

Siregar, R.S. Prof. Dr, Sp. KK (K). 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed. 2. EGC : Jakarta

Infeksi Menular Seksual. 2005. Ed. 3. FKUI : Jakarta

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Cara+Asyik+Mengetahui+Kondiloma+Akuminata&dn=20090227232104

http://oncrotte.blog.friendster.com/2008/03/

http://medicastore.com/penyakit/245/Kutil_Genitalis_Kondiloma_Akuminata.html

LIPOMA


LIPOMA

1.      Pengertian
Lipoma adalah tumor jinak subkutis yang berisi jaringan lemak. ((Siregar. 2002 : 268)
Lipoma merupakan tumor mesenkim jinak (benign mesenchymal tumors) yang berasal dari jaringan lemak (adipocytes). (http://blog.asuhankeperawatan.com/materilengkap/ pukul 12:10 tgl 2-8-09)
Variant Lipoma :
a.       Adenolipoma, variasi lipoma di payudara. Seringkali memiliki komponen marked fibrotic. Biasanya dianggap sebagai hamartoma.
b.      Angiolipoma mengandung banyak pembuluh darah kecil.
c.       Lipoma jantung (cardiac lipomas) dapat mengapur mengikuti nekrosis lemak.

2.      Etiologi
Penyebab : tidak diketahui
Umur : biasanya menyerang anak dan dewasa
Jenis Kelamin : lebih sering pada pria
3.  Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak (soft tissue tumors [STTs]) adalah proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh, tidak termasuk visera, selaput otak, dan sistem limforetikuler. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan dan retroperitoneum. Parameter-parameter yang penting untuk menentukan penatalaksanaan klinisnya adalah:
a.       Ukuran makin besar massa tumor, makin buruk hasil akhirnya.
b.      Klasifikasi histologi dan penentuan stadium (grading) yang akurat (terutama di dasarkan pada derajat diferensiasinya), dan perkiraan laju pertumbuhan yang didasarkan pada mitosis dan perluasaan nekrosis.
c.       Staging.
d.      Lokasi tumor. Makin superfisial, prognosis makin baik.

4.      Manifestasi klinis
Lipoma seringkali tidak memberikan gejala (asymptomatic). Gejala yang muncul tergantung dari lokasi, misalnya:
a.       Pasien dengan lipoma kerongkongan (esophageal lipoma) dapat disertai obstruction, nyeri saat menelan (dysphagia), regurgitation, muntah (vomiting), dan reflux. Esophageal lipomas dapat berhubungan dengan aspiration dan infeksi saluran pernapasan yang berturutan (consecutive respiratory infections).
b.      Lipoma di saluran napas utama (major airways) dapat menyebabkan gagal napas (respiratory distress) yang berhubungan dengan gangguan bronkus (bronchial obstruction). Pasien datang dengan lesi parenkim (parenchymal lesions) atau endobronchial.
c.       Lipoma juga sering terjadi pada payudara, namun tak sesering yang diharapkan mengingat luasnya jaringan lemak.
d.      Lipoma di usus (intestines), misalnya: duodenum, jejunum, colon dapat menyebabkan nyeri perut (abdominal pain) dari obstruksi atau intussusception, atau dapat menjadi jelas melalui perdarahan (hemorrhage).
e.       Lipoma jantung (cardiac lipomas) terutama berlokasi di subendocardial, jarang intramural, dan normalnya tidak berkapsul (unencapsulated). Terlihat sebagai suatu massa kuning di kamar/bilik jantung (cardiac chamber).
f.       Lipoma juga dapat muncul di jaringan subkutan vulva. Biasanya pedunculated dan dependent.

5.      Indikasi
Lipoma dihilangkan dengan alasan sebagai berikut:
a.       kosmetika (jenis subcutaneous lipomas).
b.      untuk evaluasi jaringan (histology).
c.       bila disertai gejala.
d.      saat tumbuh, membesar, lebih dari 5 cm

6.      Terapi Medis
Terapi medis termasuk eksisi endoskopik tumor di traktus gastrointestinal bagian atas (misalnya: esophagus, perut (stomach), dan duodenum) atau colon.

7.      Terapi Pembedahan
Pembedahan (complete surgical excision) dengan kapsul sangatlah penting untuk mencegah kekambuhan setempat (local recurrence). Terapi tergantung lokasi tumor. Pada lokasi yang tidak biasanya, pemindahan lipoma menyesuaikan tempatnya.
a.       Pemindahan setempat diindikasikan pada lipoma di dekat saluran nafas utama (major airways). Lipoma paru-paru memerlukan resection parenkim paru-paru atau saluran pernafasan yang terlibat (the involved airway).
b.      Pemindahan setempat (Local removal) diindikasikan pada lipoma usus (intestinal lipomas) yang menyebabkan obstruction.
c.       Jika lipoma esophagus tidak dapat dipindahkan dengan endoskopi, maka diperlukan pembedahan (surgical excision).
d.      Lipoma pada payudara (breast lipomas) dihilangkan jika pada dasarnya meragukan.
e.       Lipoma usus, khususnya duodenum, sebaiknya dihilangkan baik secara endoskopi maupun pembedahan karena dapat menyebabkan obstruction, jaundice, atau perdarahan (hemorrhage).
f.       Lipoma pada vulva dapat dihilangkan di tempat (locally excised).

8.      Catatan
a.       Lipoma terjadi pada 1% populasi.
b.      Lipoma merupakan tumor jaringan lunak (soft tissue tumor) yang paling umum dijumpai.
c.       Liposuction dapat dikerjakan pada lipoma kecil di wajah (small facial lipomas) karena alasan estetika.
d.      Liposuction diindikasikan untuk perawatan lipoma sedang atau medium (misalnya, 4-10 cm) dan besar (large) (misalnya, >10 cm). Pada lipoma yang kecil, tidak ada keuntungan yang dilaporkan karena tumor dapat diekstraksi (extracted) melalui irisan kecil (small incisions).

















DAFTAR PUSTAKA

Siregar. 2002. Saripati Penyakit Kulit, Edisi 2. Jakarta : EGC.
http://blog.asuhankeperawatan.com/materilengkap/ pukul 12:10 tgl 2-8-09

Jumat, 23 April 2010

Foto-FotoKegiatan UKM Sosial Kemasyarakatan STIKES MB bersama Rumah Zakat

Foto-FotoKegiatan UKM Sosial Kemasyarakatan STIKES MB bersama Rumah Zakat
 
A. Pengobatan dan pemeriksaan kesehatan di Sungai Lulut.
                                         




B. Pengobatan Massal dan Pemeriksaan Fisik Di Daerah BAsirih (teluk tiram darat) Kartini day













C. Khitanan massal bersama Rumah zakat, FIF Motor Honda dan Relawan Rumah Zakat dariStikes MB


D. Pengobatan Massal di kampung melayu