A. PENGERTIAN
Gonoroe adalah suatu penyakit menular seksual yang bersifat akut, disebabkan oleh Neisseria gonorrohoeae suatu kuman gram negative, berbentuk biji kopi, letaknya intra atau ekstra seluler.
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva).
B. TANDA DAN GEJALA
Penularan terjadi melaui kontak seksual dengan penderita gonoroe. Masa tunas penyakit berkisar antara 2-5 hari (1-14 hari).
Gejala yang didapatkan pada laki-laki :
1. Keluhan (sakit) waktu kencing.
2. Orifisium uretra yang oedem dan eritematus.
3. Secret uretra yang purulen.
Gonoroe pada wanita:
Sebagian besar wanita yang menderita gonoroe asimtomatik. Gonoroe pada wanita sering mengenai serviks sehingga terjadi servitis dengan gejala keputihan.
Pada pria gejala penyakit ini diawali dengan adanya gangguan ringan pada saluran kencing diikuti dengan rasa nyeri dalam berbagai tingkatan ketika kencing. Muara saluran kencing pada penis dapat berwarna merah dan mengalami pembengkakan. Pada awalnya wanita tidak memperlihatkan gejala-gejala. Biasanya gejala pada mereka malah timbul berbulan-bulan setelah terjadinya infeksi. Penyakit ini kemungkinan dapat ditemukan hanya pada satu pasangan walaupun sudah mengenai keduanya. Namun pada memperlihatkan gejala seperti: ingin buang air kecil, nyeri waktu kencing, keputihan dan demam. Gonore dapat menyebabkan infeksi pada indung telur, saluran telur dan saluran kencing dan menyebabkan nyeri hebat dalam panggul.
Jika cairan tubuh yang mengandung kuman ini mengenai mata seseorang dapat timbul konjuntivitis gonore (radang mata kencing nanah). Untuk mengetahui adanya penyakit ini biasanya dilakukan sebagian besar dilakukan dengan pemeriksaan analisa contoh cairan yang diambil dari saluran kencing. Walaupun tidak ada pemeriksaan darah spesifik untuk mendeteksi adanya kuman gonore namun demikian penting sekali untuk mengambil contoh darah karena ada kemungkinan saja seseorang sekaligus juga tertular dengan PMS lain seperti sifilis atau AIDS.
C. IMPLEMENTASI
PEMENUHAN PENGETAHUAN
Metode yang digunakan untuk melakukan kontak seksual dengan pasangan perlu didiskusikan. Pasien harus memahami bahwa meskipun pasangan telah diobati, terpajan pada hubungan seksual yang terus menerus pada individu yang sama dapat mengakibatkan terkena infeksi PMS lagi. Pasien mungkin membutuhkan bantuan dalam merencanakan diskusi dengan pasangannya. Jika pasien tamak takut atau kuatir tentang hal ini, maka pasien dapat dirijuk ke perkejaan social atau ahli lain yang tepat.
MENURUNKAN RISIKO KOMPLIKASI
Peran kolaboratif dilakuakn perawat utuk menurunkan respon anflamasi genital. Pada gonoroe tanpa komplikasi (cerviks, uretra, rectum) perlu mendapat antibiotic jenis a). Ciprofloxacin 500 mg oral single dose b). Ofloxacine 400 mg oral single dose c). Cefixime 40 mg oral single dose d). Ceftriaxon 125 mg im sigle dose.
MENINGKATAN KEPATUHAN
Dalam lingkungan kelompok (seperti pada lingkungan obsttrik rawat jalan), atau di fasilitas kesehatan pribadi secra terbuka tentang PMS memfasilitasi adanya pemahaman tentang penyakit ini. Rasa tidak nyaman secara social dapat diturunkan ketika penyebab, konsekuensi, penanganan, pencegahan dan tanggung jawab dapat dipenuhi. Karena masyarakat mempunyai sumber pencegahan PMS yang luas, rujukan pada tempat yang tepat dapat menjadikan di mana pertanyaan atau ketidaktentuan dapat dijawab oleh ahlinya.
Pasien yang terinfeksi harus diberitahu organisme apa yang menyebabkan dan harus menerima penjelasan tentang penyebab terjadnya infeksi (meliputi interval potensial menular pada orang lain) dan kemungkinan komplkasi. Perawat harus menekankan dan perlunya melaporkan efek samping terapeutik atau progresi gejala.
D. PENGOBATAN
1. FARMAKOLOGIS
a. Gonoroe tanpa komplikasi (cerviks, uretra, rectum dan faring)
• Ciprofloxacin 500 mg oral single dose
• Ofloxacine 400 mg oral sngle dose
• Cefixime 400 mg oral sngle dose
• Ceftriaxon 125 mg IM single dose
• Erytromicin 4x500 m oral selama 7 hari
• Doxycycline 2x400 mg/hari oral Selama 7 hari
b. Gonoroe dengan komplikasi sistemik
• Meningitis dan endocarditis
Ceftriaxon 1-2 g IV setiap 12 jam, untuk meningitis dilanjutkan 10-14 hari dan untuk endocarditis diteruskn paling sedikit 4 minggu.
• Artritis, tenosynovitis dan dermatitis
- Ceprofloksasin 500 mg IV setiap 12 jam
- Ofloxacine 400 mg setiap 12 jam
- Cefotaxime 1 g IV setiap 8 jam
- Ceftriaxon 1 g IM/IV tap 24 jam
c. Gonoroe pada bayi dan anak
• Sepsis, arthritis, meningitis atau abses kulit kepala pada bayi
- Ceftriaxon 25-50 mg/kg/hari im/iv 1 kali sehari selama 7 hari
- Cefotaxime 25 mg/kg iv/im setiap 12 jam selama 7 hati
Bila terbukti meningitis lama pengobatan menjadi 10-14 hari.
• Vulvovaginitis, cervicitis, uretritis, faringitis atau proctitis pada anak
Ceftriaxon 125 mg im ingle dose. (untuk anak denggan BB > 45 kg obat dan dosis obat sama seperti pada orang dewasa).
• Bakteriemi atau arthritis pada anak
Ceftriaxone 50 mg/kg (maks. 1 g untuk BB < 45 kg dan 2 g untuk BB > 45 kg) im/iv 1 kali sehari selama 7 hari atau 10-14 hari untuk BB > 45 kg.
d. Gonoroe pada wanita hamil
• Ceftriaxone 250 ml im single dose
• Amoksisilin 3 gr + probenesid 1 g.
2. NON FARMAKOLOGIS
a) Nama tumbuhan : Sisik Naga (Drymoglossi Folium)
b) Pemanfaatan : Bagian yang digunakan adalah daun dan seluruh herba segar atau yang telah dikeringkan.
c) Cara pemakaian :
- Untuk obat yang diminum, rebus 5-60 g daun, lalu air rebusannya diminum.
- Untuk pemakaian luar, gunakan air rebusan herba segar untuk mencuci daerah genetalia, kudis, koreng, atau berkumur bagi penderita sariawan dan radang gusi.
- Cara lain, giling herba segar sampai halus, lalu bubuhkan ketempat yang sakit pada penyakit-penyakit kulit seperti kudis, kurap, radang kulit bernanah, radang kuku, atau luka berdarah.
GAMBAR PENYAKIT GONOROE
PADA LAKI-LAKI PADA PEREMPUAN
PADA LAKI-LAKI PADA PEREMPUAN
GAMBAR BAKTERI Neisseria gonorrohoeae
GAMBAR TERAPI FARMAKOLOGIS
Antibiotic
GAMBAR TERAPI NON FARMAKOLOGIS
Sisik Naga (Drymoglossi Folium)
DAFTAR PUSTAKA
FK Unair/ RSU Dr. Soetomo. 2007. Penyakit kulit dan kelamin. Surabaya: Airlangga Univercity Press.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Saku Asuhan Keperawatan Klien Sistem Integumen. Banjarmasin.
http//:images.google.com (diakses tanggal 31 Juli 2009 jam 16.35 wita)
http://myunusw.wordpress.com (diakses tanggal 3 Agustus 2009 jm 19.15 wita)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar