ACUTE RESPIRATORY INSUFISIENSI
SESAK NAPAS DAN GAWAT NAPAS
DEFINISI
Sesak napas ialah sukar bernapas secara subyektif, yaitu keluhan pasien, sedangkan gawat napas ialah sukar bernapas yang dinilai secara obyektif oleh pemeriksa.
PENANGGULANGAN SEGERA PADA KEADAAN YANG MENGANCAM NYAWA
Pada keadaan yang mengancam nyawa, perlu dengan segera menilai derajat kegawatannya dan memberikan perawatan yang diperlukan.
Langkah pertama pada penilaian sesak napas atau gawat napas adalah dengan cepat menilai derajat kegawatan pasien dan keadaan jantung serta laju napas (Respiration Rate) dan terutama bila timbul dalam waktu singkat (beberapa menit sampai jam), maka dalam waktu bersamaan lakukan pemeriksaan penilaian kegawatan dan terapi dengan cepat.
A. INFORMASI DIAGNOSTIK
Setelah oksigen mulai diberikan dan keadaan yang mengancam nyawa teratasi, lakukan tindakan berikut untuk mencari data kardiopulmoner :
1. Riwayat Trauma
2. Riwayat Asma
3. Riwayat penyakit singkat yang mengarah ke penyakit kardiopulmoner, berdasarkan lamanya serangan sesak napas.
4. Catat obat-obat yang dipakai yang didapat dengan resep dokter atau tanpa resep serta dosis obat yang digunaka.
5. Pemeriksaan jantung, paru, abdomen dan lain-lain, sesuai dengan indikasi.
6. Pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, kreatinin serum dan ureum darah dan elektrolit serum, sesuai dengan indikasi.
7. Analisis gas darah serta pH darah, sesuai dengan indikasi.
8. Foto toraks dan EKG, sesuai dengan indikasi.
B. TINDAKAN YANG SEGERA DILAKUKAN
1. Bebaskan jalan napas (Airway & Breathing)
2. Berikan oksigen (Breathing)
3. Pasang Infus (Circulation)
4. Pantau EKG.
Dari keterangan data diagnostik, biasanya penyebab sesak napas dapat didiagnosa, dan terapi secara spesifik dapat diberikan.
SUMBATAN BERAT JALAN NAPAS ATAS
DIAGNOSIS
Perhatikan (Inspeksi) gerak dada dalam usaha inspirasi yang tidak efektif, adanya retraksi suprasternal, supraklavikular, intercostal atau epigastrial. Dengarkan (Auskultasi) suara stridor waktu inspirasi dan ekspirasi. Sering disertai dengan sianosis dan penderita tampak gelisah, yang menunjukkan adanya sumbatan berat jalan napas atas. Diagnosis dapat dipertegas dengan meminta pasien untuk berbicara, pasien dengan sumbatan berat jalan napas atas tidak mampu berbicara, walaupun berbisik.
PENGOBATAN
I. Di luar rumah sakit : Hilangkan kemungkinan benda asing yang menyumbat dengan memukul punggung pasien atau dengan melakukan kompresi dada dan abdomen menurut perasat dari Heimlich, atau masukkan jari ke hipofaring untuk mengeluarkan benda asing.
II. Di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
1. Segera dikerjakan laringoskopi langsung. Benda asing dapat dikeluarkan dengan memakai cunam pada laringoskopi. Sumbatan yang disebabkan oleh bekuan darah, jaringan lunak atau edema lokal dapat dihilangkan dengan pemasangan pipa endotrakea (Endotracheal Tube). Bila diduga terdapat epiglotitis, buat foto leher lateral, kalau tidak diperlukan intubasi endotrakea dengan segera. Pada edema laring oleh reaksi anafilaksis diberi pengobatan dengan adrenalin.
2. Terapi pembedahan dilakukan bila sumbatan jalan napas atas tidak dapat diatasi dengan intubasi endotrakea atau dengan mengeluarkan benda asing. Pada keadaan ini dilakukan tindakan krikotiroidetomi atau trakeostomi.
SIKAP
Segera dirawat untuk pengobatan dan observasi.
SUMBATAN JALAN NAPAS PADA STUPOR ATAU KOMA
DIAGNOSIS
Stupor atau koma pada pasien dengan gawat nafas berat biasanya disebabkan oleh retensi CO2, atau hipoksia berat.
Bila mungkin , sebelum diberikan napas atau oksigen , periksa dulu analisis gas darah.
PENGOBATAN
Bantuan ventilasi (sungkup ke balon atau mulut ke mulut) harus diberikan sampai dapat dilakukan intubasi endotrakea. Berikan oksigen 6 L/menit, melalui sungkup muka, kateter hidung atau dengan mengunakan balon Ambu (Ambu-bag) dengan oksigen 10-15 L.
Segera setelah oksigenisasi dan pertukaran CO2 sebagian terkoreksi dengan ventilasi buatan, pasien di intubasi. Tindakan ini akan melindungi jalan napas (dengan mencegah aspirasi) dan memungkinkan bantuan napas yang efektif.
SIKAP
Rawat untuk menegakkan diagnosis penyebab dan pengobatan lebih lanjut.
ASPIRASI MASIF
DIAGNOSIS
Aspirasi masif ditemukan pada pasien dengan muntah berat, dan pada pemeriksaan terdapat sisa-sisa makanan dimulutnya.
Bila pasien dalam gawat napas dan memerlukan tindakan dengan segera dalam keadaan yang mengancam nyawanya, diperiksa analisis gas darah sambil memberikan tindakan dan pengobatan.
Perlu diketahui tidak ada pemeriksan fisik yang dapat menggantikan penilaian analisis gas darah untuk menegakkan diaknosis pasti.
Keadaan agitasi dan meracau (delirium), walau bukan merupakan gejala yang khas, dapat sebagai akibat hipoksia. Penyebab dasar dari hipoksia ini harus diketahui untuk penanggulangannya.
PENGOBATAN
Setelah jalan nafas dibebaskan berikan oksigen 5 – 10 liter / menit melalui sungkup atau kateter hidung sambil menunggu hasil analisis gas darah. Umumnya pasien dengan sesak napas yang disebabkan penyakit organik akan mengalami hipoksia. Dalam hal yang demikian perlu diberikan oksigen, terutama bila PaO2 kurang dari 75 mmHg. Kecuali pasien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun), oksigen diberikan dengan aliran rendah (24% dengan ventimask, atau kateter hidung 1-2 liter / menit), untuk mencegah retensi CO2.
Bila keadaan sudah stabil dilakukan bronkoskopi untuk mengisap ke luar atau mengambil benda asing dari saluran napas. Akan tetapi pada sumbatan jalan napas oleh benda asing, bronkoskopi dilakukan terlebih dulu tanpa menunggu keadaan stabil.
SIKAP
Rawat segera untuk diagnosis dan pengobatan.
FLAIL CHEST
DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan dada tergirik pasca trauma, biasanya tampak gerakan paradoksal iga-iga atau sternum (tertekan ke dalam pada waktu inhalasi dan terdorong ke luar pada waktu ekshalasi).
PENGOBATAN
1. Berikan oksigen tambahan. Gunakan sungkup muka – balon untuk membantu ventilasi pada pasien dengan hipoventilasi berat.
2. Intubasi endotrakea untuk membantu respirasi tidak harus dilakukan, bila hasil pemeriksaan analisis gas darah cukup memuaskan (PO2 > 65 mmHg dan PCO2 < 44 mmHg). Berikan oksigen sesuai dengan indikasi.
3. Berikan obat analgesia dan awasi tanda depresi napas. Obat analgesia misalkan morfin 1 – 4 mg IV, obat ini jangan diberikan bila terdapat ancaman gagal napas.
SIKAP
Semua pasien trauma dengan dada tergirik (flail chest) memerlukan perawatan dengan segera dan dilakukan fiksasi iga.
KELEMAHAN OTOT PERNAPASAN
DIAGNOSIS
Pasien dengan sesak napas atau gawat napas yang berhubungan dengan penyakit neuromuskular progresif biasanya mengalami hipoventilasi (analisis gas darah menunjukkan hipoksia dan hiperkapnea) dan kadang-kadang secara obyektif terdapat pula kelemahan kelompok otot yang lain. Beberapa kemungkinan penyebab adalah Sindroma Guillain Barre, Miastenia Gravis, Paralisis Periodik, dan Botulismus.
PENGOBATAN DAN SIKAP
Keluhan sesak napas pasien diperhatikan dan evaluasi keadaan inspirasi dengan memeriksa analisis gas darah dan uji fungsi paru (misalnya pemeriksaan kapasitas vital dan usaha inspirasi maksimal). Intubasi tidak harus dilakukan bila hasil analisis gas darah cukup baik. Terapi spesifik harus difokuskan pada penyakit neuromuskular yang menyebabkan kelemahan otot pernapasan. Pasien harus segera dirawat.
PNEUMOTORAKS
DIAGNOSIS
Pasien dengan pneumotoraks, sering datang dengan nyeri dada dan gawat napas berat, pada perkusi terdengar nyaring (hipersonor atau timpani) di sisi paru yang terkena, dan pada auskultasi didapatkan suara napas melemah atau hilang sama sekali di sisi paru yang terkena. Tingkat sesak napas atau gawat napas tergantung pada besarnya kolaps paru dan besarnya tekanan (terutama pada tension pneumothorax). Pada foto toraks tampak jaringan paru kolaps dan didalam rongga pleura terdapat udara. Sejumlah kecil cairan mungkin juga terdapat dalam rongga pleura (Fluidopneumothorax). Tension Pneumothorax menunjukkan gejala yang sama dan pada foto toraks sering tampak rongga mediastinum yang terdorong dari sisi yang terkena.
PENGOBATAN
Pada pneumotoraks bilateral atau tension pneumothorax (pneumotoraks tekan) unilateral, merupakan indikasi untuk melakukan torakostomi dengan segera, walaupun pasien tampaknya stabil, karena selalu mungkin terjadi perburukan yang mendadak. Torakostomi dilakukan dengan cara menusukkan jarum 14 – 16 F di sela iga II di garis klavikula tengah (mid-claviculair).
Pada pasien dengan pneumotoraks simpel yang unilateral (bukan tension pneumothorax) lebih baik sebelum dirawat dipasang dulu pipa torakostomi (WSD) di IGD. Pasien dengan pneumotoraks ringan, pipa torakostomi/WSD dipasang secara elektif. Bila pneumotoraks tidak luas, resolusi dapat terjadi secara spontan.
SIKAP
I. Pasien yang mendapat pipa atau jarum torakostomi, termasuk pasien dengan tension pneumothoraks atau pneumotoraks bilateral segala jenis, perlu segera dirawat.
II. Pasien dengan pneumotoraks ringan, ukuran kecil sampai sedang, diobservasi untuk beberapa hari tanpa pipa torakostomi/WSD untuk melihat apakah keadaannya stabil atau telah mendapat perbaikan.
PNEUMOTORAKS TEKAN / PNEUMOTORAKS PENTIL / TENSION PNEUMOTHORAX.
DIAGNOSIS
Gawat napas berat yang berhubungan dengan pneumotoraks pentil, biasanya terjadi pada kecelakaan (trauma tumpul ataupun trauma tajam toraks). Pada keadaan ini terdapat hipersonor pada hemitoraks yang terkena, dengan suara napas yang melemah atau bahkan hilang sama sekali, hipotensi serta vena leher melebar. Bila waktu memungkinkan, diagnosis klinis dapat dipertegas dengan membuat foto toraks, tampak trakea terdorong dan jaringan paru yang kolaps. Dalam hal ini foto toraks sudah cukup untuk diagnosis.
PENGOBATAN
1. Berikan oksigen melalui sungkup muka atau kateter hidung.
2. Pasang pipa torakostomi / WSD. Untuk tindakan torakostomi segera, bila alat untuk memasang pipa torakostomi belum tersedia, gunakan jarum besar dengan ukuran No. 14 – 16. Resiko pemasangan pipa torakostomi tanpa pemeriksaan foto toraks haruslah dipertimbangkan terhadap beratnya gawat napas dan kepastian diagnosa klinis. Bila tindakan itu dilakukan dengan tepat, resiko pemasangan torakostomi sangat rendah, walaupun pada pasien tanpa pneumotoraks.
SIKAP
Pasien segera dirawat.
HIDROTORAKS DAN HEMATOTORAKS
DIAGNOSA
Cairan didalam rongga pleura mengakibatkan paru kolaps. Sejumlah kecil udara yang mungkin ada, dapat juga menyebabkan keadaan itu. Pasien mengeluh sesak napas atau pada pemeriksaan foto toraks tampak gawat napas, sedangkan pada perkusi terdengar pekak pada sisi yang terkena dan pada auskultasi terdengar suara napas melemah atau hilang. Dibuat foto toraks untuk menentukan diagnosis.
PENGOBATAN
I. Hidrotoraks : Bila sesak timbul mendadak dan diduga sebagai akibat hidrotoraks, segera lakukan drainase, dengan mempergunakan jarum atau kateter kecil, bila cairan serosa. Tetapi bila fusi kental (purulen) diperlukan pipa torakostomi. Pada satu kali pungsi, cairan yang dikeluarkan jangan lebih dari 1 – 2 liter, karena resiko terjadinya ekspansi paru. Cairan dikirim ke laboratorium untuk dilakukan analisis (pH, berat jenis, hitung sel, glukosa, protein, laktat dehidrogenase, dan amilase), kultur (untuk Mikrobakterium tuberkulosa dan kuman lain), serta pemeriksaan sitologik.
II. Hematotoraks : Pada hematotorak yang disebabkan oleh trauma sebaiknya dilakukan torakosentesis atau pemasangan torakostomi (atau keduanya) setelah pasien dirawat.
SIKAP
Perawatan diperlukan untuk semua pasien, kecuali yang dengan efusi pleura kronik yang diketahui penyebabnya.
EMBOLI PARU AKUT
DIAGNOSIS
Pasien dengan emboli paru akut dan infark, biasanya mengalami sesak napas, takipnea, nyeri dada, takikardia, hipoksia dan hipokapnia. Mungkin ada demam subfebril, batuk, hemoptisis dan mengi (wheezing). Pada foto toraks tampak infiltrat paru, dan kadang-kadang dengan efusi pluera.
Pasien dengan emboli paru harus dibedakan dengan infark jantung. Keduanya mempunyai gejala yang hampir sama, tetapi pada infark jantung sering tanpa infiltrat paru, demam dan hemoptisis. Pada emboli paru masif, lebih sering ditemukan nyeri dada anterior hebat, sesak napas, hipoksia berat, sinkope dan syok.
Pasien dengan endokarditis sisi kanan dan penyebab lain dari emboli paru septik, biasanya terdapat demam tinggi dan menggigil yang ada hubungannya dengan gejala emboli paru. Pada pemeriksaan foto toraks sering tampak infiltrat berbercak banyak (multipel) yang sering berkavitas setelah beberapa hari sakit.
Pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan terdapatnya pintasan paru (A - aDO2 = perbedaan isi oksigen dalam alveolus dan arteri) yang tinggi.
Pemeriksaan CT-scan paru (tomogram komputer paru) dengan ventilasi perfusi yang normal menyingkirkan diagnosis emboli paru, sedangkan angiografi paru yang dilakukan dalam waktu 24 jam setelah emboli dapat dipakai untuk menyingkirkan atau menegakkan diagnosis.
PENGOBATAN
1. Berikan Oksigen
2. Berikan analgesik untuk menghilangkan nyeri
3. Obati syok (bila ada)
4. Heparin harus mulai diberikan (kecuali bila ada kontra indikasi mutlak) pada emboli yang diduga kuat. Jangan berikan heparin pada kasus yang diduga emboli septik.
SIKAP
Pasien yang diduga atau jelas emboli paru, memerlukan perawatan.
ATELEKTASIS MASIF
DIAGNOSIS
Atelektasis paru adalah kolapsnya alveolus yang tidak disebabkan oleh pneumotoraks atau hidrotoraks. Pada sisi yang terkena gerakan dada berkurang, perkusi pekak, dan suara napas melemah atau hilang. Sesak napas, takikardia dan sianosis mungkin ada. Secara radiologik kelainan tampak berupa peningkatan densitas pada paru yang kolaps dengan volume berkurang dari hemitoraks yang terkena, penyempitan sela iga, hemidiafragma meninggi, dan mediastinum tertarik ke sisi yang terkena.
PENGOBATAN
Pada kasus atelektasis masif jarang terjadi gagal napas. Bila tidak ada gagal napas, tidak diberikan oksigen sampai ada hasil analisis gas darah. Bila terdapat gagal napas maka diperlukan pemberian oksigen yang biasanya juga dengan bantuan ventilasi. Tindakan ini harus sudah mulai diberikan di IGD.
SIKAP
Perawatan diperlukan, kecuali bila diketahui bahwa proses penyakit adalah kronik atau nonprogresif.
EDEMA PARU
DIAGNOSIS
Pasien dengan edema paru mengalami sesak napas, yang pada kasus berat sering terdapat batuk dengan sputum berbusa berwarna merah muda. Pada pemeriksaan auskultasi terdapat ronki, dan selalu terdapat infiltrat bilateral pada foto toraks. Jarang sekali demam. Pada edema paru kardiak, gejala lain dari dari gagal jantung biasanya ada, yaitu ortopnea, takikardia, vena leher melebar (peningkatan JVP), reflek hepatojugular, edema perifer, kardiomegali, atau gallop ventrikuler. Mengi (wheezing) mungkin ada, menandakan adanya asma kardial.
Edema paru non kardiak dapat disebabkan oleh overdosis obat (terutama heroin), inhalasi asap atau gas beracun, bakterimia, syok dan uremia.
PENGOBATAN
1. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan
2. Pengobatan lain (kausatif) tergantung pada diagnosisnya, edema paru kardiak atau non kardiak. Pengobatan untuk mengurangi edema paru biasanya dengan menggunakan diuretik.
SIKAP
Pasien dengan sesak napas oleh karena edema paru akut memerlukan perawatan. Pasien dengan edema paru kronik, ringan dan rekuren (biasanya kardiak) dapat diobati dengan cara rawat jalan.
PNEUMONIA
DIAGNOSIS
Pasien dengan pneumonia umumnya dengan riwayat demam dan batuk. Sesak napas merupakan gejala sekunder atau lanjut. Biasanya terdapat sputum purulen dan nyeri dada pleuristik. Pada anak, demam dan batuk merupakan gejala yang tetap.
Pada pemeriksaan fisik, terdapat pasien panas dengan pemeriksaan paru didapatkan perkusi pekak dan ronki terlokalisasi. Tanda ini ada hubungannya dengan tanda konsolidasi.
Pada foto toraks terdapat satu atau lebih infiltrat paru, kecuali pada pasien dengan pneumonia pada stadium dini. Pada pemeriksaan darah rutin dapat ditemukan leukopenia.
PENGOBATAN
Berikan antibiotik yang sesuai dengan keadaan klinik dan hasil pemeriksaan mikrobiologik sputum dengan pewarnaan gram. Antipiretik dan mucolitik dapat diberikan sesuai kebutuhan.
SIKAP
Rawat semua pasien yang sakit berat, yaitu pasien yang berusia sangat muda atau sangat tua, pasien yang menderita juga penyakit berat lainnya dan pasien dengan pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya.
Pasien remaja dan dewasa muda dengan penyakit virus ringan, mikoplasma atau pneumonia pneumokokus dapat diobati dengan rawat jalan.
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF MENAHUN (PPOM) DAN FIBROSIS KISTIK
DIAGNOSIS
Pada kelainan ini, aliran udara ekspirasi cenderung berkurang lebih dari aliran inspirasi. Pasien dengan sesak napas yang disebabkan oleh penyakit jalan napas ini biasanya mempunyai riwayat sesak napas dan mengetahui keadaan penyakitnya.
DIAGNOSIS
Batuk adalah gejala yang tersering, walaupun produksi sputum bervariasi. Umumnya terdengar mengi pada auskultasi, yang jelas sekali pada ekspirasi paksa.
Pasien dengan penyakit jalan napas kronik, terutama pada fibrosis kistik, mempunyai dada yang menonjol (hiperinflasi). Kadang-kadang pasien dengan penyakit jalan napas obstruktif berat, mungkin mempunyai paru dengan volume pasang surut (tidal volume) yang tidak cukup untuk menimbulkan suara mengi (wheezing). Pada kasus yang demikian ini, hasil pemeriksaan yang utama adalah hiperekspansi dada dan suara napas sangat melemah.
PENGOBATAN
Tindakan berikut dapat digunakan dengan aman di IGD, walaupun diagnosis kurang tepat :
1. Berikan oksigen (hati-hati pada PPOM, harus dengan aliran yang rendah)
2. Rehidrasi dengan cairan peroral atau parenteral
3. Bronkodilator
4. Fisioterapi untuk mengeluarkan mukus.
SIKAP
Pasien dengan sesak napas berat, atau berubah menjadi lebih berat dengan cepat dan pasien yang tidak ada perbaikan pada pengobatan selama di IGD, harus dirawat.
ASMA BRONKIAL
Pada Asma bronkial terdapat periode spasme bronkus dan hipersekresi mukus dengan diselingi oleh masa bebas serangan. Pada masa bebas serangan pasien merasa sehat kembali.
Selama serangan, spasme bronkus dan hipersekresi mukus terjadi bersama-sama, sehingga menyebabkan sumbatan jalan napas dan udara terperangkap didalam paru.
Berbagai keadaan dapat merupakan faktor penyebab serangan asma, seperti adanya infeksi saluran napas, obat-obatan(aspirin, antiinflamasi nonsteroid), makanan, kegiatan fisik yang berlebihan, stres emosi, terhirup zat yang merangsang, pekerjaan yang menyebabkan polusi (debu), gas dan lain-lain.
DIAGNOSIS
Gejala yang biasa ditemukan ialah sesak napas dan batuk. Bila sudah sering terjadi serangan asma. Terdapat bunyi mengi (wheezing) ketika bernafas.
Berdasarkan beratnya serangan, asma bronkial dibagi atas asma ringan, sedang dan berat.
Pasien sesak nafas dan gelisah. Pada asma berat terdapat juga takikardi dengan denyut jantung lebih dari 120 per menit. Pada keadaan yang lebih berat lagi terdapat juga pulsus paradoksus yang lebih dari 10 mm Hg. Hal ini menunjukan adanya uasah yang intensif.
Biasanya terdengar ekspirasi yang memanjang serta mengi, meskipun tanfa stetoskope. Bila terdapat hiperkapnia yang berat akan terdapat sianosis.
PENGOBATAN
Pengobatan sama dengan penyakit obtruksi jalan napas lain:
1. Pemberian Oksigen
2. Obat simpatomimetik : epinefrin. Pada pemberian epinefrin harus berhati-hatipada orang tua yang umurnya lebih dari 50 tahun, pasien dengan penyakit jantung koroner dan pada pasien dengan takikardi. Epinfrin diberikan pada asma ringan dan sedang.
3. Aminopilin, biasanya diberikan pada asma sedang dan berat. Obat ini diberikan dalam bonlus 5-6 mg/kg BB IV dalam 100 ml dekstrose 5 % . diberikan perlahan-lahan selama 30 menit, bila pasien tidak meminum obat teofilin atau derivatenya selama 1-2 hari terakhir. Kemudian diberikan secara kontinyu :
a. Pada dewasa muda yang perokok diteruskan 1 mg/kgbb/jam selama 12 jam, dan seterusnya 0,8 mg/kg BB/jam.
b. Pada dewas muda yang tidak perokok diberikan 0,7 mg/kgBB per jam selama 12 jam, dan seterusnya 0,5 mg/kgBB/jam.
c. Pada orang tua diteruskan dengan 0.5 mg/kg BB/jam selama 12 jam, kemudian diteruskan diteruskan dengan 0,3 mg/kgBB/jam.
d. Pada pasien dngan gagl jantung atau gagal hati diberikan 0,5 mg/kg BB/jam.
Untuk pasien yang sebelumnya telah mendapat teopolin, dosis aminofilin dikurangi. Pada pengobatan jangka panjang perlu dilakukan pemeriksaan kadar teopilin dalam darah.
4. Kortikostiroid.
Mekanisme kostikostiroid pada asma bronkial belum diketahui dengan jelas. Diduga bersipat bronkodilator. Kostikostiroid diberikan bila serangan asma berat, atau sebelum nya telah mendapat obat kostikostiroid. Cara memeberikannya :
a. Metilprednisolon 20-50 mg IV dengan cepat, kemudian 20 mg IV tiap 4-6 jam.
b. Prednison oral dengan dosis yang seimbang, juga efektif seperti mtil prednisolon.
Refrensi :
1. Isnandar N. Pertolongan pertama pada penanggulangan benda asing. Dalam Tjoronegoro A. ed. Kedauratan dan kegawatan medik II FKUI 1982:59
2. Iskandar N, Hermani B, Oka IB. Cedera pada laring dan trakea dalam : Tjokronegoro A, ed Kedaruratan dan kegawatan Medik II FKUI 1982 : 51.
3. Milis J. Dyspnea & Respiratory Distress. In: Mills J, Ho MT, Trunkey DD Curren Emergency Diagnosis & treatment. USA: Lange Medical Publications:1983 :45.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar