BERORGANISASI UNTUK BERAMAL

SELAMAT DATANG

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Minggu, 10 Juli 2011

OTITIS EKSTERNA

A. ANATOMI TELINGA
Anatomi telinga terdiri dari :
 Telinga bagian luar
- Aurikula
- Meatus Akustikus Eksterna
Batas antara telinga luar dan telinga tengah adalah membran timpany

 Telinga bagian tengah
- Kavum Timpany
- Antrum Timpany
- Tuba Auditiva Eustaki

 Telinga bagian dalam
- Labirintus Osseus
- Labirintus Membranosus

B. KONSEP DASAR
 Definisi
Otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh bakteri, sulit dibedakan dengan radang yang disebabkan oleh jamur, alergi atau virus.

 Faktor predisposisi
- PH (PH yang basa akan menurunkan proteksi terhadap infeksi).
- Udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.
- Trauma ringan (ketika mengorek telinga) atau karena berenang yang menyebabkan perubahan kulit karena kena air.
 Jenis-jenisnya
Otitis eksterna dibagi 3 jenis :
- Otitis eksterna sirkumsripta
- Otitis eksterna difus
- Otomikosis

1. Otitis Eksterna Sirkumskripta
 Etiologi
Staphylococus aureus, staphylococus albus.

 Patofisiologi
Infeksi oleh kuman pada kulit disepertiga luar liang telinga yang mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen membentuk furunkel.

 Gejala
 Nyeri yang hebat, apalagi bila daun telinga disentuh, nyeri tidak sesuai dengan besarnya bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya.
 Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut.
 Gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.

 Penatalaksanaan
 Antibiotik dalam bentuk salep (neomisin, Polimiksin B atau Basitrasin).
 Antiseptik (asam asestat 2-5% dalam alkohol 2%) atau tampon iktiol dalam liang telinga selama 2 hari.
 Bila furunkel menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya.
 Insisi bila dinding furunkel tebal, kemudian kemudian dipasang drain untuk mengalirkan nanah.
 Obat simptomatik : analgetik, obat penenang.

2. Otitis Eeksterna Difus
 Etiologi
Pseudomonas, Staphylococus Albus, Eschericia coli dan Enterobacter Aerogenes. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.

 Gejala
 Sama dengan otitis eksterna sirkumsripta.

 Tampak 2/3 dalam kulit liang telinga sempit, hyperemesis dan edema tanpa batas.
 Tidak ditemukan furunkel.
 Kadang-kadang terdapat sekret yang bau (tidak mengandung lendir).
 Dapat disertai demam dan pembesaran kelenjar getah bening regional.

 Penatalaksanaan
 Tampon yang mengandung antibiotika (kompres rivanol 1/1000 selama 2 hari).
 Antibiotik dalam bentuk tetes telinga.
 Antibiotik sistemik

3. Otomikosis
 Etiologi
Jamur Aspergillus, Candida Albican dan jamur lainnya.

 Patofisiologi
Kelembaban yang tinggi di liang telinga menyebabkan pertumbuhan jamur di liang telinga. Diambang batas normal dan menyebabkan infeksi di liang telinga.

 Gejala
 Rasa gatal di liang telinga.
 Rasa penuh di liang telinga.
Tetapi sering pula tanpa keluhan.

 Penatalaksanaan
 Asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga.
 Bersihkan liang telinga.
 Salep anti fungi (Nistatin atau Klotrimazol).


C. OTITIS EKSTERNA JENIS LAIN
 Otitis Eksterna Maligna

 Infeksi Kronis Liang Telinga
1. Otitis Eksterna Maligna
 Etiologi
Pseudomonas.

 Faktor Predisposisi
Riwayat DM dalam keluarga khususnya orang tua.
 Patofisiologi
Peradangan yang meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan organ sekitar.

 Gejala
 Gatal di liang telinga, unilateral.
 Nyeri hebat, liang telinga tertutup jaringan granulasi yang subur.
 Sekret yang banyak.
 Pembengkakan liang telinga.

 Komplikasi
Osteomielitis tulang temporal dan basis kranii ------ kelumpuhan syaraf fasial serta syaraf otak lain ------ kematian.

 Penatalaksanaan
 Antibiotik dosis tinggi terhadap pseudomonas selama 6 minggu.
 Eksisi luas.
 Gula darah harus dikontrol.

2. Infeksi Kronis Liang Telinga
 Etiologi
 Infeksi bakteri atau jamur yang tidak diobati dengan baik.
 Trauma berulang.
 Benda asing.
 Gejala
 Adanya peradangan pada liang telinga.
 Terjadinya penyempitan liang telinga oleh pembentukan jaringan parut.


 Penatalaksanaan
Rekonstruksi liang telinga.


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN OTITIS EKSTERNA

A. PENGKAJIAN
 Identitas klien
 Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh adanya nyeri hebat, apalagi jika daun telinga disentuh. Adanya sekret yang keluar dari telinga, kadang-kadang disertai bau yang tidak sedap. Terjadi pembengkakan pada liang telinga. Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-kadang disertai demam. Telinga juga terasa gatal.

 Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.

 Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien dan keluarganya ; apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini ?, apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang ?, apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga terjadi trauma ?, apakah klien sering berenang ?, Apakah klien saat dilahirkan cukup bulan, BBLR, apakah ibu saat hamil mengalami infeksi, dll.

 Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.

B. PEMERIKSAAN FISIK
 Inspeksi
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.

Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.

 Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.

C. DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
 Data subjektif
 Klien mengeluh pendengarannya berkurang, sering keluar sekret yang berbau.
 Klien mengeluh telinganya sakit/nyeri atau terasa gatal.
 Klien mengatakan terjadi trauma pada telinganya (karena jatuh, berolahraga, dll).
 Klien sering berenang dan mengorek telinganya.

 Data objektif
 Klien berespons kesakitan saat daun telinganya disentuh.
 Klien tampak menggaruk-garuk telinganya atau meringis kesakitan.
 Klien sering mendekatkan telinganya kepada perawat saat perawat berbicara.
 Tampak sekret yang berbau.
 Adanya benjolan atau furunkel pada telinga atau filamen jamur yang berwarna keputih-putihan.
 Liang telinga tampak sempit, hyperemesis dan edema tanpa batas yang jelas.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
 Nyeri (akut/kronis) yang berhubungan dengan trauma, infeksi atau demam sekunder terhadap kecelakaan, infeksi oleh jamur / virus / bakteri , ditandai dengan :
 Klien mengeluh telinganya sakit / nyeri / gatal.
 Klien tampak menggaruk-garuk telinganya/meringis kesakitan.
 Klien berespon kesakitan saat telinganya disentuh.
 Terdapat benjolan/edema/furunkel/filamen jamur pada telinga.
 Klien demam ( pada OED ).

Intervensi Keperawatan :
 Kaji tingkat nyeri klien / demam klien.
 Lakukan pembersihan telinga secara teratur dan hati-hati.
 Beri penyuluhan kepada klien tentang penyebab nyeri dan penyakit yang dideritanya / demamnya.
 Lakukan aspirasi secara steril (bila terjadi abses) untuk mengeluarkan nanahnya, jika dinding furunkelnya tebal, dilakukan insisi kemudian dipasang drainage untuk mengalirkan nanah.
 Berikan kompres dingin bila demam.
 Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan antibiotik dosis tinggi (pada OEM).

 Gangguan pendengaran berhubungan dengan penyumbatan pada liang telinga sekunder terhadap pembesaranfurunkel, jaringan granulasi yang subur, penumpukkan sekret pada liang telinga, telinga rasa penuh/nyeri ditandai dengan :
 Klien mengeluh pendengarannya berkurang.
 Liang telinga tampak sempit, hyperemesis dan edema tanpa batas yang jelas.

Intervensi Keperawatan :
 Kaji kemampuan mendengar klien.
 Masukkan tampon yang mengandung antibiotik kedalam liang telinga (untuk OED).
 Berikan kompres rivanol 1/1000 selama 2 hari (OED).
 Lakukan irigasi telinga dan keluarkan serumen atau sekret.
 Lakukan aspirasi secara steril (bila terjadi abses) untuk mengeluarkan nanahnya. Jika dinding furunkelnya tebal lakukan insisi, kemudian dipasang drainage untuk mengeluarkan nanah.

 Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran memahami orang lain (kurangnya pendengaran), sekunder terhadap penumpukkan serumen/sekret pada liang telinga, jaringan granulasi yang subur, edema pada liang telinga, ditandai dengan :
 Klien mengeluh pendengarannya berkurang.


 Liang telinga tampak sempit, hyperemesis dan edema tanpa batas yang jelas.

Intervensi Keperawatan :
 Identifikasi metode alternatif dan efektif untuk berkomunikasi, menggunakan tulisan atau isyarat tangan dengan cara menunjuk (gerakan pantomin).
 Kurangi kebisingan lingkungan.
 Perawat atau keluarga berbicara lebih keras serta menggunakan gerak tubuh.
 Usahakan saat berbicara selalu berhadapan dengan klien.

 Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan terjadinya ketulian, pengeluaran sekret yang banyak dan berbau, sekunder terhadap tanda-tanda infeksi : jamur, bakteri, virus, alergi, penumpukkan serumen, penutupan liang telinga oleh jaringan granulasi yang subur atau furunkel yang membesar.

Intervensi Keperawatan :
 Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pandangan, pemikiran dan perasaan sesesorang.
 Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa kesehatan.
 Berikan informasi yang akurat kepada klien dan perkuat informasi yang sudah ada.
 Berikan dorongan untuk pilihan pemecahan masalah.
 Perjelas berbagai kesalahan konsep individu mengenai diri, perawatan atau pemberi perawatan.
 Hindari kritik negatif.
 Beri privacy dan suatu keamanan lingkungan.
 Bersihkan dan keluarkan serumen/sekret.
 Pasang tampon yang mengandung antibiotik.





DAFTAR PUSTAKA



Potter Patricia A.,1996, Pengkajian Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta
Cowan, L. David, 1997. Mengenal Penyakit Telinga, Arcan, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi VIII, EGC, Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyah, 1995, Buku Ajar Telinga hidung Tenggorok, FKUI, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar