Pada saat klien yang berada di ruang icu bergulat dengan penyakitnya sebelum melepaskan ajal. Pada saat kritis semua perawat sibuk dengan selang infus, ECG, selang kateter, selang oksigen, selang transfusi dan selang lain yang memberanggus tubuhnya.
Ketika ajal telah dekat dan sakaratul maut hampir tiba perhatian dan ingatan perawat adalah pada Resusitator, atau Dopamin atau obat lainnya yang dianggap Dewa, karena disamping sudah terbiasa konon perawat itu sudah terlatih bertindak cekatan dalam keadaan kritis meskipun ia tahu bahwa akhirnya klien itu akan meninggal juga, yang terpenting bagi mereka adalah telah melaksanakan tugas sesuai advis dokter.
Saat klien menghadapi keadaan kritis atau menjelang sakaratul maut hampir tidak ada satupun perawat yang ingat pada kebutuhan spritual klien, padahaal mereka sendiri yakin bahwa Keperawatan meliputi aspek Bio-Psiko-Sosio dan Spiritual tetapi pada kenyataannya aspek spiritual ini jarang mendapat perhatian. Padahal klien yang dirawatnya harus meninggal dalam keadaan Husnul Khotimah (Suatu akhir penghidupan yang selamat), disamping hal tersebut kita tahu bahwa konsep keperawatn Virginia Henderson menyaatakan bahwa salah satu peran perawat adalah membantu agar klien siap meninggal dengan tenang.
Menurut hasil Riset Psycho Spiritual for AIDS Patient, Cancer Patient, and for Terminal IllnessPatient ; menyatakan bahwa “ orang yang mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapat perhatian khusus (Dadang Hawari. 1997 ;53)
Pentingnya upaya pemenuhan kebutuhan spritual bagi klien terminal adalah disamping untuk meningkatkan semangat hidup klien yang sudah didiagnosa harapan sembuh tipis, juga mempersiapkan diri klien untuk menghadapi alam kekal, karena berdasarkan penelitian Kubler and Ross bahwa klien terminal seringkali dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat ketidak berdayaan dan putus asa sedangkan klien senantiasa berada disamping perawat dalam menjalani siklus atau fase akhir dari kehidupannya. Menurut konsep agama Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik tidaknya kematian seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat sendiri kelak akan diminta pertanggung jawabannya di hadapan Allah SWT, sehingga upaya pemenuhan kebutuhan spiritual klien di RS mutlak diperlukan.
Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai ajaran agama yang dianutnya menjelang fase akhir dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut yang banyak digambarkan oleh Rasulullah tentang beratnya fase tersebut, sehingga Rasulullah senantiasa mengajarkan doa untuk diringankan dalam sakaratul maut, menurut Syaranie dalam bukunya Maut dan Dialog Suci memberikan beberapa gambaran tentang sakitnya sakaratul maut yang dapat terjadi pada klien terminal, sesuai dengan firman Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS ;
- Seperti panasnya besi dibakar pada kain sutera yang basah, lalu nyawapun ditarik.
- Selanjutnya Allah berfirman kepada Nabi Musa AS : Rasanya seperti burung hidup yang digoreng dalam wajan.
- Rasanya seperti domba yang hidup kemudian dikuliti oleh penjagal.
- Rasanya lebih pedih dibanding sayatan pedang, goretan gergaji dan tusukan benda tajam.
- Seringan ringannya kematian seperti duri dalam kain, dapatkah duri keluar dari sutera tersebut tanpa robekan.
- Seperti berada dalam selimut api panas dan seolah-olah bernafas dalam lubang jarum seakan-akan berada dalam satu pohon yang berduri lalu ditarik dari ujung kaki sampai keubun-ubun.
- Allah SWT memberikan gambaran khusus dalam Qur’ an Surat Al Qiyamah: Berbelit kepayahan demi kepayahan, tindih menindih, kesengsaraan demi kesengsaraan, penyesalan dengan penyesalan dan kesakitan demi kesakitan.
Adapun upaya yang dapat dilakukan perawat yaitu :
1. Membimbing klien agar berbaik sangka kepada Allah SWT.
Sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :” Jangan sampai seseorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka pada Allah SWT, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsinya : “Aku ada pada sangka-sangka hamba Ku, oleh karena itu bersangkalah kepada Ku dengan sangkaan yang baik. “Selanjutnya Ibnu Mas’ud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu.
2. Mentalkinkan dengan kalimat Laailahaillalloh
Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimat laailahaillalloh dapat dilakukan pada klien terminal menjelang ajalnya terutama saat akan melepaskan nafasnya yang terakhir. Wolf, Weitzel, Fuerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok klien terminal yang akan melepaskan nafasnya terakhir :
- Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya ujung kaki.
- Meskipun suhu tubuh pasien biasanya tinggi ia terasa dingin dan lembab mulai pada kaki tangandan ujung hidung, kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
- Nadi mulai tidak teratur, lemah dan pucat. Terdengar suara ngorok disertai gejala nafas Cyene Stokes.
- Dengan menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang.
- Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu.
- Otot rahang menjadi mengendur, wajah klien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.
Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual klien muslim agar diupayakan meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Perawat membimbing klien dengan mentalkinkan (membimbing dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam Hadist Riwayat Muslim :
“ Talkinkanlah oleh mu orang yang akan mati diantara kamu dengan kalimat Laailahaillalloh karena sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju surga, selanjutnya Umar bin Khatab berkata : “hadirillah orang yang mati diantara kamu dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillalloh, maka sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa kamu lihat “.
3. Berbicara yang baik dan do’a untuk jenazah ketika menutup matanya.
Disamping berupaya memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda :
“ Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kamu berbicara yang baik karena sesunngguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan. Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasullullah bersabda apabila kamu menghadiri orang yang meninggal dunia diantara kamu, maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat mengaminkan thp apa yg kamu ucapkan.
Peranan perawat yang komprehensif meliputi pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual klien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan klien di akhir hayatnya sesuai dengan sabda Rasullullah bahwa amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai fasilitator agar klien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. (NJPU)
Banjarmasin 8 Agustus 2001 ISWANTORO, SKp.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar