BERORGANISASI UNTUK BERAMAL

SELAMAT DATANG

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Senin, 04 Juli 2011

Benarkah senyum perawat itu obat ?

Apabila kita masuk ke ruang-ruang perawatan di RSUD Ulin Banjarmasin terpampang gambar perawat dan dokter dengan muka tersenyum, dengan tulisan senyum 96 . Apakah senyum 96 itu masih manis dengan senyum tahun 2001 ini.
Menurut riset pakar komunikasi negara barat terutama Amerika yang dikutip oleh La Rose dalam bukunya Pengembangan Pesona pribadi menunjukkan bahwa dalam melakukan komunikasi kemampuan kalimat hanya 7 %, kemampuan nada 38 %, sedangkan ekspresi wajah 55 %. Hal ini menunjukkan bahwa wajah merupakan gambaran kepribadian seseorang yang sanggup menyampaikan pesan-pesannya secara efektif dan memegang peranan yang sangat menntukan dalam menjalin komunikasi yang bersifat didaktik (dua arah) dan terapeutik (mendukung proses penyembuhan).
Peranan ekspresi wajah telah dibuktikan oleh Thomas Gordon dalam serangkaian riset mengenai Parent Effectiveness Training yang menyimpulkan bahwa anak-anak sangat peka terhadap sikap-sikap dan ekspresi wajah orang tua mereka. Mereka amat peka menangkap perasaan sejati orng tuanya karena orang tuanya menyampaikan pesan-pesannya “tanpa kata” kepada anak-anak mereka. Orang tua yang sikap bathinnya terganggu atau marah pasti akan menyampaikan isyarat-isyarat halus melalui wajahnya meskipun ia berusaha menyembunyikannya.
Isyarat-isyarat itu tergambar dalam kerutan kening, alis yang terangkat, nada bicara yang khusus, sikap tubuh tertentu, ketegangan otot-otot wajah. Anak kecil pun dapat menangkap isyarat tersebut yang dipelajari dari pengalaman bahwa isyarat-isyarat seperti itu biasanya berarti ibunya tidak sungguh-sungguh dapat menerima apa yang mereka lakukan atau tidak tulus menyampaikan pesannya. Bagi orang dewasa hal tersebut sangat bermakna sekali, dimana kita dapat menampilkan bagaimana suasana hati sekaligus kepribadian kita yang sesungguhnya lewat mimik wajah.
Isyarat yang ditampilkan perawat saat melakukan interaksi dengan klien, rekan sejawat, atasan dan bawahan akan jelas terekam mimik wajahnya. Apakah pesan-pesan yang disampaikannya kasar, berpura-pura, tergesa-gesa, sombong atau senyum yang tulus dan ikhlas. Senyum yang tulus ikhlas merupakan ungkapan suasana happy yang akan membawa kebahagiaan bagi orang lain.



Bagi perawat yang akan mengabdi kepada masyarakat untuk senantiasa membekali diri dengan 5 S, yaitu Salam, Senyum, Sabar, Sopan dan Sholat/Sembahyang. Selama bertahun-tahun ternyata problematika yang ada dalam dunia keperawatan justru karena mahalnya para perawat dalam memberikan terapi yang sangat murah dan mudah yaitu senyuman. Sehingga klien sering menjulukinya dengan perawat judes. Hal inilah yang mendasari suatu motto rumah sakit yang menyatakan bahwa Nurse Smile is guard of Hospital, Nurse smile is medicine.
Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa bersedekah itu tidak harus dengan uang tetapi yang terpenting dengan cara bermuka manis (tersenyum) kepada orang lain merupakan amal ibadah yang sangat besar.
Perawat yang tidak mampu untuk tersenyum sebaiknya berhenti menjadi perawat, karena ada beberapa kerugian bagi perawat yang tidak membiasakan diri menampilkan suasana hatinya dengan ceria dan tersenyum. Pertama, ia akan kehilangan 55 % daya dukungan mimik wajahnya dalam penyembuhan klien. Kedua, makin sempitnya lahan amal (sedekah). Ketiga, menciptakan suasana tegang bagi orang lain yang sangat merugikan. Keempat ia sendiri akan lekas menjadi tua, Kelima, memperkecil peluang untuk terjadinya gangguan jiwa karena banyaknya kecemasan, ketegangan dan kurangnya senyum bahagia merupakan faktor predisposisi gangguan jiwa (NJPU)




BANJARMASIN, 05 PEBRUARI 2001
ISWANTORO, SKP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar