BERORGANISASI UNTUK BERAMAL

SELAMAT DATANG

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Jumat, 21 Mei 2010

Langka, Mahasiswi STIKES Muhammadiyah Banjarmasin Menensi Wakil Gubernur Kalsel


Bagaimana kalau seorang mahasiswa STIKES MB menensi seorang wakil gubernur/calon gubernur kalsel….? ??

Mungkin hal ini tidak terpernah terpikirkan dan termimpikan oleh fauziah atau lebih dikenal  zie-zie, mahasiswi Stikes Muhammadiyah Banjarmasin yang mendapatakan keberutungan serta kesempatan langka bisa menensi Wakil Gubernur Kalimantan Selatan H. M Rosehan NB SH.
Kesempatan langka ini di dapatkannya pada saat menjadi relawan aksi Rumah zakat dan yang fundamentalnya dia adalah anggota dari UKM Sosial Kemasyarakatan.  Kegiatan aksi itu dilaksanakan pada hari minggu tanggal 2 mei kemaren bertempat di pegunungan mandi angin. Kegiatan tersebut di sponsori oleh Indosat dan rumah zakat serta bersamaan dengan kegiatan Fun Bike kemudian H.M Rosehan NB hadir untuk membuka kegiatan tersebut .
Saat itu beliau melihat dan berbicara kepada lima tim relawan pengobatan massal dari rumah zakat, diantaranya adalah 5 orang mahasiswa STIKES Muhammdiyah Banjarmasin, yaitu:
1.       Muhammad Fithri Rahmani ( S1 keperawatan Sem. 6)
2.       I Gede Ariwinata (S1 Keperawatan Sem 4)
3.       Fauziah (D3 keperawatan Internationa Sem 4)l
4.       Nazmie (D3 keperawatan Internationa Sem 4)
5.       Aviv agustina (D3 Kebidanan  Sem 2)

Beliau pun mengeluhkan berbicara kepada kami dan mengeluhkan pusing dan kadang-kadang sering tidur terlambat, lalu ingin mengetahui tekanan darahnya. Terus fauziah dengan tanggapnya langsung mengambil peralatan spignomanometernya dan langsung memeriksa kondisi tekanan darah bapak H.M Rosehan NB. Alhamdulillah, ternyata beliau dalam kondisi tekanan darah yang normal saja, yaitu 120/80 MmHg. Berarti kemungkinan beliau Cuma kelelahan saja.
” Alhamdulillah, jarang-jarang lo mahasiswa, bisa memegang tangan dan memeriksa saya, terimakasih ya de. ” kata Pa Rosehan sambil tersenyum dan menatap kami semua.

Saat Fauziah menensi pak Rosehan,begitu banyak kamera yang menuju kegiatan itu, merekam,mengambil foto aktivitas tersebut dari berbagai arah.
Setelah itu pun kami, tidak melewatkan kesempatan untuk berfoto bersama beliau.
”tidak sia-sia ka , saya ikut dan menjadi anggota organisasi UKM Sosial Kemasyarakatan”. Ujar Fauziah berkata kepada M. Fithri rahmani (raka) ketua UKM Sosial Kemasyarakatan. 

 Prestasi besar dari UKM sosial Kemasyarakatan, bisa membimbing anggotanya dan membuat senyum anggotanya di organisasi ini.

Tunggu hal-hal baru Di UKM Sosial Kemasyarakatan.

Rabu, 12 Mei 2010

Seluruh kampus keperawatan di Banjamasin dan Banjarbaru memperingati hari Keperawatan Sedunia

Seluruh kampus keperawatan di Banjamasin dan Banjarbaru memperingati hari Keperawatan Sedunia
Kegiatan aksi hari keperawatan sedunia (International Nursing Day) hari ini suskses dan ramai sekali. Banyak sekali mahasiswa yang menjadi peserta dari kegiatan ini. Peserta dari kegiatan hari ini adalAh dari beberapa akademi dan sekolah keperawatan di Banjarmasin, seperti :
1. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMAMDIYAH BANJRMASIN
2. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
3. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
4. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CAHAYA BANGSA
5. AKADEMI KEPERAWATAN PANDAN ARUM
6. AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM


Meskipun kegiatan ini di guyur hujan pada pagi harinya, namun kegiatan ini dapat berlangsung dengan semangat untuk menyemangati dan memberikan penghargaan kepada perawat- perawat yang ada di Rumah sakit berupa karangan bunga dan juga sepucuk bunga.


Aksi kegiatan di Banjarmasin di mulai dari jam 9 pagi karena hujan yang lebat. Kegiatan ini di bagi menjadi 2 kelompok dimana kelompok 1 di mulai dari depan GOR Hasanudin berjalan (long mass) sambil membawa karangan bunga ke Rumah sakit ULIN Banjarmasin. Kelompok Ke 2 memulai kegiatannya depan lapangan kayutangi Banjarmasin dan sampai ke Rumah sakit Ansari saleh, sambil membawa sepanduk dan juga karangan bunga untuk para perawat di sana.




Kegiatan yang di lakukan apda kegiatan ini antara lain
1. Membagikan karangangan bunga dan bunga kepada pasien dan juga perawat yang ada di rumah sakit Ulin Banjarmasin dan dr. Ansari Saleh
2. Membagikan bunga dan masker di lampu merah di jalan colonel sugiono dan juga pangeran antasari
3. Tensi massal di daerah pasar Sudimampir dan juga pasar kuripan







 
Sambutan warga sangat antusias terhadap kegiatan ini, dan juga sangat mendukung. Terbukti dengan tensi massal hari ini di 2 tempat yang berbeda berjumlah hampir lebih dari 200 orang.
Kegiatan aksi ini juga berlangsung di kota banjarbaru yanag di ikuti oleh PSIK UNLAM dan juga Poltekes Banjarbaru. Hampir sama dengan banjarmasin seluruh kegiatan yang di laklukan, tetapi yang menarik mereka melaksanakan kegiatan diskusi di Rumah sakit umum daerah Banjarbaru
Alhamdulillah, semoga kegiatan ini dapt berlangsung dan terus menerus setiap tahunnya..
Hidup mahasiswa !!!!
Hidup Perawat !!!!
SELAMAT HARI PERAWAT SEDUNIA

Kamis, 06 Mei 2010

Sakit dalam Pandangan Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Sakit dalam Pandangan Islam
Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan umat manusia secara beramai-ramai memburu kemewahan hidup, disisi lain masih banyak manusia yang terkungkung dengan penderitaan hidup. Akibat ketidak mampuan mengatasi kesulitan hidup banyak manusia yang mengalami kegoncangan jiwa karena tertekan oleh suatu kondisi. Kondisi yang menekan ini membuat jiwanya goncang lalu menimbulkan penderitaan bathin atau muncul bermacam-macam penyakit pada fisik.
Dalam perjalanan hidupnya didunia, manusia menjalani tiga keadaan penting: sehat, sakit atau mati. Kehidupan itu sendiri selalu diwarnai oleh hal-hal yang saling bertentangan, yang saling berganti mengisi hidup ini tanpa pernah kosong sedikit pun. Sehat dan sakit merupakan warna dan rona abadi yang selalu melekat dalam diri manusia selama dia masih hidup. Tetapi kebanyakan manusia memperlakukan sehat dan sakit secara tidak adil. Kebanyakan mereka menganggap sehat itu saja yang mempunyai makna. Sebaliknya sakit hanya dianggap sebagai beban dan penderitaan, yang tidak ada maknanya sama sekali. Orang yang beranggapan demikian jelas melakukan kesalahan besar, sebab Allah SWT selalu menciptakan sesuatu atau memberikan suatu ujian kepada hambanya pasti ada hikmah / pelajaran dibalik itu semua. (Q.S. Shaad : 27).
Walaupun demikian tidak seorang pun menginginkan dirinya sakit, namun kalau dia datang manusia tidak kuasa untuk menolaknya. Dalam keadaan sakit seseorang selain mengeluhkan penderitaan fisiknya juga biasanya disertai gangguan/guncangan jiwa dengan gejala ringan seperti stes sampai tingkat yang lebih berat. Hal ini wajar karena secara fisik seseorang yang sedang sakit akan dihadapkan kepada tiga alternatif kemungkinan yang akan dialaminya, yaitu : sembuh sempurna, sembuh disertai cacat sehingga terdapat kemunduran menetap pada fungsi-fungsi organ tubuhnya, atau meninggal dunia. Alternatif meninggal umumnya cukup menakutkan bagi mereka yang sedang sakit, karena mereka seperti juga kebanyakan diantara kita belum siap menghadapi panggilan malakul maut. Kecemasan atau ketakutan pada penderita ini, dapat menyebabkan timbulnya stess psikis yang justru akan melemahkan respons imonologi (daya tahan tubuh) dan mempersulit proses penyembuhan diri bagi mereka yang sakit. Menghadapi kondisi seperti ini bimbingan ruhani sangat diperlukan agar jiwa manusia tidak terguncang dan menjadi lebih kuat, yang pada akhirnya akan membantu proses kesembuhan.
Gangguan psikis lainnya yang sering dialami oleh orang sakit adalah rasa putus asa, terutama bagi penderita yang kronis dan susah sembuh. Karena tipisnya aqidah (keimanan) kemudian muncul keinginan pada diri orang sakit untuk mengakhiri hidup dengan jalan yang tidak diridhai Allah SWT. Semua ini diakibatkan oleh hilangnya keyakinan kepada rahmat Allah SWT, sehingga kadang kala ada pasien yang sengaja meninggalkan ibadah sehari-hari, seperti doa, dzikir, atau sholat. Akibatnya semakin gersanglah nurani orang sakit tersebut dari sibghah ilahi rabbi.
Sakit sebagai salah satu ciptaan Allah SWT yang ditimpakan kepada manusia juga pasti ada maksudnya. Salah satu hikmah Allah SWT kepada hamba-Nya adalah sebagai ujian dan cobaan untuk membuktikan siapa-siapa saja yang benar-benar beriman. Firman Allah SWT :



Artinya : 214- Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Q.S. Al Baqarah : 214).




Demikianlah Allah SWT akan menguji hamba-hamba-Nya dengan kebaikan dan keburukan. Dia menguji manusia berupa kesehatan, agar mereka bersyukur dan mengetahui keutamaan Allah SWT serta kebaikan-Nya kepada mereka. Kemudian Allah SWT juga akan menguji manusia dengan keburukan seperti sakit dan miskin, agar mereka bersabar dan memohon perlindungan serta berdo'a kepada-Nya.
Amat banyak orang yang tidak memahami kenapa ia harus sakit, sehingga secara tidak sadar ia menganggap bahwa penyakit yang dideritanya tersebut sebagai malapetaka atau kutukan Allah yang dijatuhkan kepadanya. Tidak sedikitpun orang yang tatkala ditimpa penyakit menjadi putus asa, kehilangan pegangan, bahkan berburuk sangka kepada Allah SWT. Lalu timbul rasa tidak puas kepada Allah SWT, merasa bahwa dengan sakitnya itu Allah bersikap tidak adil, sehingga ia tidak lagi menjalankan kewajiban-kewajiban-Nya sebagai hamba Allah. Padahal di waktu sehat, ia selalu mengucapkan dalam salatnya :



Artinya : "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam" (Q.S. Al An'am : 162)

Dalam pandangan Islam, penyakit merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Ketika seseorang sakit disana terkandung pahala, ampunan dan akan mengingatkan orang sakit kepada Allah SWT. Aisyah pernah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : 'Tidak ada musibah yang menimpa diri seorang muslim, kecuali Allah mengampuni dosa-dosanya, sampai-sampai sakitnya karena tertusuk duri sekalipun" (H.R. Buchari).
Allah SWT menciptakan cobaan antara lain untuk mengingatkan manusia terhadap rahmat-rahmat yang telah diberikan-Nya. Allah SWT memberikan penyakit agar setiap insan dapat menyadari bahwa selama ini dia telah diberi rahmat sehat yang begitu banyak. Namun kesehatan yang dimilikinya itu sering kali di abaikan, bahkan mungkin disia-siakan. Padahal ia mempunyai harga yang sangat bernilai tiada tolak ukur dan bandingannya.

Disamping itu, sakit juga digunakan oleh Allah SWT untuk memperingatkan manusia atas segala dosa-dosa dan perbuatan jahatnya selama hidup di dunia. Kalau dahulu seorang insan yang banyak berbuat kesalahan tidak berfikir tentang dosa dan pahala, maka disaat sakit biasanya manusia teringat akan dosa-dosanya sehingga ia berusaha untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT.

B. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana cara mendampingi atau menghadapi orang yang sakit, sakaratul maut dan meninggal dunia dalam pandangan agama islam.






















BAB II
ISI

A. Cara Beribadah Orang Sakit

Orang yang sakit tetap dapat melaksanakan ibadah semampunya. Seperti berzikir, bershalawat, membaca doa-doa, maupun melaksanakan shalat sekalipun. Jika masih maupun dan sanggup, wajib dalam melaksanakan shalat fardhu dengan berdiri sekalipun bersandar ke dinding atau ke tiang atau tongkat. Berikut cara-cara shalatnya :
 Jika tidak sanggup shalat berdiri hendaklah ia shalat dengan duduk. Lalu pada waktu berdiri dan ruku’ sebaiknya duduk bersila sedangkan pada waktu sujud sebaiknya dia duduk iftirasy.
 Jika tidak sanggup shalat sambil duduk boleh shalat sambil berbaring bertumpu pada sisi badan menghadap kiblat. Dan bertumpu pada sisi kanan lebih utama daripada sisi kiri. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat boleh menghadap ke mana saja dan tidak perlu megulangi shalatnya.
 Jika tidak sanggup shalat berbaring boleh shalat sambil terlentang dengan menghadapkan kedua kaki ke kiblat. Dan yang lebih utama yaitu dengan mengangkat kepala untuk menghadap kiblat.
 Jika tidak bisa menghadapkan kedua kakinya ke kiblat dibolehkan shalat menghadap ke mana saja.
Orang sakit wajib melaksanakan ruku’ dan sujud jika tidak sanggup cukup dengan membungkukkan badan pada ruku’ dan sujud dan ketika sujud hendaknya lebih rendah dari ruku’. Dan jika sanggup ruku’ saja dan tidak sanggup sujud dia boleh ruku’saja dan menundukkan kepala saat sujud. Demikian pula sebaliknya jika dia sanggup sujud saja dan tidak sanggup ruku’ dia boleh sujud saja dan ketika ruku’ dia menundukkan kepala. Isyarat dengan mata ketika ruku’ dan dengan memejamkan lebih kuat ketika sujud. Jika tidak sanggup juga shalat dengan menggerakkan kepala dan isyarat mata hendaknya ia shalat dengan hatinya dia berniat ruku’ sujud dan berdiri serta duduk. Masing-masing orang akan diganjar sesuai dengan niatnya.
Orang yang sakit wajib melaksanakan semua kewajiban shalat tepat pada waktunya menurut kemampuannya. Jika termasuk orang yang kesulitan berwudhu dia boleh menjamak shalatnya seperti layaknya seorang musafir. Jika dia sulit untuk shalat pada waktunya boleh menjamak antara dzuhur dengan ashar dan antara magrib dan isya baik jamak taqdim maupun jamak takhir sesuai dengan kemampuannya. Kalau dia mau dia boleh memajukan shalat asharnya di gabung dengan dzuhur atau mengakhirkan dzuhurnya digabung dengan ashar di waktu shalat ashar. Jika mau boleh juga dia memajukan shalat isya untuk digabung engan shalat maghrib diwaktu maghrib atau sebaliknya. Adapun shalat subuh maka tidak boleh dijamak dengan shalat yang sebelumnya atau sesudahnya karena waktunya terpisah dari waktu shalat sebelumnya dan shalat sesudahnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya “ Dan dirikanlah salah dari sesudah tergelincirnya matahari sampai gelap malam dan shalat shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu di saksikan”.
B. Pendampingan Terhadap Orang Sakit
Orang sakit biasanya mengalami krisis psikologis dalam dirinya, oleh karena itu hendaknya didampingi dan diberi perhatian lebih, serta dorongan motivasi untuk kesembuhannya. Doa-doa serta dzikir dirasa mampu mengurangi rasa sakit orang yang merasakannya. Karena dalam doa dan dzikir tersebut terdapat ilmu ikhlas sebagai hamba Allah swt yang tidak mempunyai daya dan upaya dihadapan-nya. Kita dapat mendampinginya sebagai wujud bertawaqal dan menyerahkan diri kepada Allah swt dan menyadari segalanya kembali atas kehendaknya.




C. Bimbingan Terhadap Pasien Yang Sakaratul Maut
Mati adalah kata yang tidak disukai oleh kebanyakan orang. Banyak yang menghindar darinya. Kematian itu sendiri tentunya lebih ditakuti dari sekadar kata mati. Tidak hanya oleh manusia, binatang pun takut mati. Seakan tidak ada yang sudi mati.
Hal ini wajar bagi makhluk yang bernyawa, karena mati merupakan sebab berpisahnya seorang dari hal yang ia senangi, berpisah dari dunia dan segala isinya. Sementara manusia memang mencintai dunia dan seisinya. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu Wata'ala, yang artinya;
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Al-Imran: 14)
Di sisi lain, ada yang menyangka bahwa kematian menjanjikan ketenangan. Karenanya, kita sering mendengar kasus bunuh diri. Orang itu mengira kematian merupakan solusi ampuh untuk mengatasi semua masalah.
Ada juga golongan manusia yang sepanjang harinya bermaksiat, seakan-akan maut tidak akan menjemputnya.

a. Hidup tak kekal
Perumpamaan hidup di dunia, sebagaimana yang dikatakan Al-Hafizh Ibnu Hajar—rahimahullah, ia bagaikan budak yang diperintahkan tuannya untuk ke kota lain agar menunaikan tugasnya. Setelah selesai, tentu ia harus segera kembali, bukannya berlama-lama di kota itu. Jika budak itu berusaha melarikan diri dari tuannya dan bersembunyi di kota tersebut, tentu ia akan dicari dan dipaksa pulang kembali.
Begitu pun kehidupan ini. Setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian. Manusia yang asalnya dari tanah maka kepada tanahlah juga akan dikembalikan.
“Dari bumi (tanah) itulah kami menjadikan kamu dan kepadanya kami akan mengembalikan kamu dan dari padanya kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (QS. Thaha: 55).

Kematian pasti akan menemui setiap orang, tiada yang mampu menghindar darinya. Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman, artinya, “Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian.” (QS. Ali Imran: 180).
Ayat di atas mestinya bisa mejadi peringatan bagi seluruh makhluk akan adanya kematian. Dan ini sekaligus pembuktian bahwasanya dunia ini tak abadi. Di sinilah perlunya peringatan, dan Allah Subhaanahu Wata'ala begitu banyak memberikan peringatan kepada manusia. Namun terkadang manusia tidak menyadari peringatan itu. Atau pura-pura tidak tahu? Di antara peringatan Allah Subhaanahu Wata'ala itu ialah umur yang semakin bertambah, munculnya uban, penglihatan mulai rabun, kurangnya pendengaran, dan sakit. Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman, artinya:
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat. Kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Mahamengetahui lagi Mahakuasa. (QS. Ar-Rum: 54)
Seperti bayi yang tak bisa apa-apa, tua renta dan kematian pun adalah kondisi yang kental dengan kelemahan. Terutama kelemahan saat menghadapi sakaratul maut. Sakaratul maut yang menjadi gerbang keluar dari kehidupan dunia begitu dahsyat hingga tidak sekadar melemahkan fisik tapi juga akal.
Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyadarkan bahwasanya ia bukanlah jasad semata, melainkan jiwa yang 'dibungkus' dalam jasad. Manusia harus paham akan kematian jasadnya—yang ia coba untuk miliki seakan-akan mau hidup selamanya di dunia yang sementara ini. Tubuh yang dianggap sangat penting ini akan membusuk serta menjadi kerangka.
b. Tercabutnya ruh dari jasad
Ummul Mukminin Aisyah—radiallahu anha, istri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah berkata:
"Aku belum pernah melihat seorang yang mengalami derita sebarat yang dialami oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam." (HR. Bukhari dan Muslim)



Hadis di atas menggambarkan, sebelum semua orang sampai ke sana, ada prahara besar menjelang kematian. Ada derita luar biasa. Iya, dia tidak lain adalah sakaratul maut. Semua itu dapat disaksikan dan dirasakan oleh orang yang menjelang ajal. Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman, artinya:
"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya". (QS. Qaaf: 19)
Hadits ini juga menyampaikan kepada kita bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pun mengalaminya.
Al-Hafifzh Ibnu Hajar—rahimahullah—berkata, "Berdasarkan hadits Aisyah tentang kondisi wafatnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, menunjukkan bahwa sengsaranya seseorang ketika sakaratul maut tidak menunjukkan rendahnya kedudukan di hadapan Allah Subhaanahu Wata'ala, justru menunjukkan tambahan kebahagian baginya atau sebagai penebus atas dosa-dosanya."
Pernyataan Ibnu Hajar, diperkuat oleh sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang artinya, Kebanyakan dalil yang menunjukkan bahwa kepayahan sekarat yang dialami oleh orang shalih hanya pada awal pencabutan ruh. Ketika ruh akan diangkat, para malaikat datang memberikan ketenagan dan kabar yang menyenangkan. Pada saat itulah seorang mukmin merasakan kegembiraan yang luar biasa hingga lenyap pula derita yang dirasakannya. Kemudian ruhnya keluar dengan tenang dan mudah. Inilah kondisi kaum muslimin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu Wata'ala yang artinya,
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (QS. Fushshilat: 30).
Menjelang kematian, seseorang menjadi dan keluarganya. Di saat itu, malaikat datang dan memberikan kabar gembira kepada seorang mukmin. Yaitu dimintanya untuk keluar dengan tenang dan kembali kepada ridha-Nya serta ia dimasukkan ke dalam surga Allah. Allah Subhaanahu Wata'ala firman, artinya:
"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku." (QS. Al-Fajr: 28-30).

Hal ini pun pernah dikabarkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Dari Barra' bin Azib berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
"Seorang mukmin ketika hendak meninggalkan dunia menuju akhirat, turunlah para malaikat kepadanya dari langit, wajahnya putih bersih laksana sinar matahari. Para malaikat duduk di depannya sejauh mata memandang. Kemudian datang malaikat maut duduk di dekatnya seraya berkata. "Wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah." Lalu ruh tersebut keluar dari tubuhnya laksana mengalirnya tetesan air dari mulut kendi. Kemudian malaikat maut membawa ruh tersebut." (HR. Abu Daud & Al-Hakim, dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani).

Nah, itu kondisi kaum mukminin. Lalu bagaimana kondisi orang kafir? Allah Subhaanahu Wata'ala menggambarkan kondisi itu dalam firman-Nya:
"Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata), "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri)." (QS. Al-Anfal: 50).
Ibnu Katsir—rahimahullah—berkata tentang tafsir ayat ini, "Jika engkau, wahai Muhammad, melihat saat dicabutnya ruh orang kafir, nicaya engkau akan menyaksikan pemandangan dahsyat dan mengerikan. Para malaikat memukul wajah dan bagian belakang mereka seraya berkata, “Rasakanlah adzab neraka yang membakar."
Barra' bin Azib juga pernah berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabbda,
"Adapun hamba yang kafir—dalam riwayat lain ‘fajir’, apabila hendak menuju akhirat meninggalkan dunia maka akan turun malaikat dari langit. Sifat mereka kasar dan keras bermuka hitam. Mereka membawa pakaian yang kasar dari neraka, kemudian duduk di depannya sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut duduk di dekat kepalanya seraya berkata, "Wahai ruh yang buruk, keluarlah menuju kemungkaran dan marah Allah Subhaanahu Wata'ala. lalu ruh itu memancar dalam tubuh (tidak ingin keluar) sehingga malaikat mencabutnya dengan paksa dan kasar, sebagaimana besi yang banyak kaitnya lalu dipakai mencabut bulu domba yang dibasahi sehinga tercabut pula kulit dan uratnya." (HR. Bukhari).
Itulah sakaratul maut. Baik atau buruknya akhir kehidupan seseorang adalah akibat dari perbuatannya selama hidup. Orang yang tidak ikhlas dalam beramal, atau orang yang jahil terhadap agama Allah maka akan terancam su’ul khatimah. Sementara yang benar-benar beriman, dan ikhlas beramal, maka insya Allah terhindar dari su’ul khatimah.
Bimbingan terhadap pasien yang sakaratul maut yaitu hendaknya kita tetap menjalankan tugas kita sabagai seorang muslim, yakni :
 Mendampinginya dengan tegar
 Apabila diperkenankan, membisikkan kalimat atau bacaan Tauhid ditelinga pasien di doakan
 Pasrah dan ikhlas atas segala yang terjadi, serta menyadari bahwa semua takdir yang terjadi merupakan kehendak-NYA.
Adapun bimbingan bagi keluarga pasien yang sakaratul maut :
 Mengajak keluarga untuk tetap berusaha member yang terbaik untuk pasien sakaratul maut dengan ridho dan ikhlas atas apa yang terjadi
 Menghimbau untuk menciptakan suasana yang tenang
 Ajak untuk berdoa bersama serta pasrah dengan apa yang akan terjadi dan menyadari bahwa semata-mata atas kehendak-NYA.

D. Perawatan Jenazah Menurut Pandangan Agama Islam
Firman Allah swt :
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada kami kamu dikembalikan. ( QS. Al’ Ankabuut : 57 )
Ayat tersebut mempertegas bahwa kita yang hidup di dunia ini pasti akan merasakan mati. Namun kenyatannya banyak manusia yang terbuai dengan kehidupan dunia sehingga hamper melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, hal ini juga membuat manusia tidak banyak yang mengingat tentang kematian.
Yang jadi permasalahan sekarang adalah, tidak ada manusia satupun yang apabila mati kemudian berangkat sendiri menuju liang kuburnya. Tentu saja hal ini adalah menjadi kewajiban bagi orang yang masih hidup, terutama keluarga yang ditinggalkan untuk mengurusnya sampai menguburnya.
Merawat jenazah adalah hukumnya wajib kifayah, namun setiap orang tentunya wajib mengetahui tatacara bagaimana merawat jenazah yang sesuai dengan tuntunan agama islam. Karena kewajiban merawat jenazah yang pertama adalah keluarga terdekat, apalagi kalau yang meninggal adalah orang tua atau anak kita. Kalau kita tidak bisa merawatnya sampai menguburkannya berarti kita tidak (birrul walidaini) berbakti kepada kedua orang tua kita.
Rasulullah saw telah bersabda :
“ apabila telah mati anak Adam, maka terputuslah amalnya. Kecuali tiga perkara, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mau mendo’akan kedua orang tuanya.
Disini lah kita harus menunjukkan bakti kita yang terakhir apabila orangtua kita meninggal, yaitu dengan merawat sampai menguburkan serta mendo’akannya.
Permasalahan yang lain dan mungkin bisa saja terjadi adalah, karena ajal bila sudah tiba saatnya, pastilah tidak bisa ditunda kapanpun dan dimanapun. Bagaimana kalau kita seandainya sementara kita ditengah hutan belantara jauh dari permukiman dan kita punya teman Cuma beberapa orang saja, sementara kita tidak tahu mayat ini harus diapakan, pastilah kita akan berdosa.
Fenomena lain yang banyak terjadi sekarang, terutama di kota-kota besar. Pengurusan jenazah kebanyakan tidak dilakukan oleh keluarga dekat, bahkan keluarga tinggal terima bersih karena sudah membayar orang untuk merawatnya, bahkan sampai mendo’akannya juga orang lain yang mendoa’kan.
Inilah yang perlu kita pikirkan sepertinya di millist ini belum pernah ada yang memberikan pencerahan. Mungkin diantara kita masih banyak yang belum tahu tentang tatacara merawat jenazah dan kalaupun sudah tahu, semoga bisa mengingatkannya kembali. Dan ini harus kita tanamkan pada diri kita masing-masing dan juga anak-anak kita untuk jadi anak yang sholeh dan sholehah, bila kita mengkehendaki kalau kita mati nanti anak kita dan keluarga dekat kita yang merawatnya.
Jadi yang jelas pengurusan jenazah adalah menjadi kewajiban keluarga terdekat si mayat, kalau keluarga yang terdekat tidak ada, barulah orang muslim yang lainnya berkewajiban untuk merawatnya.
a) Hukum Merawat Jenazah
Hukum merawat jenazah adalah wajib kifayah artinya cukup dikerjakan oleh sebagian masyarakat, bila seluruh masyarakat tidak ada yang merawat maka seluruh masyarakat akan dituntut dihadapan Allah swt. Sedang bagi orang yang mengerjakannya, mendapat pahala yang banyak disisi Allah swt.
b) Orang Yang Berhak Merawat Jenazah
Keluarga terdekat (Ayah, Ibu, suami/istrinya, Anak putra/putrinya, kakak/adiknya dst ) namun sebaiknya yang sejenis pria oleh pria wanita oleh wanita kecuali suami/istrinya atau ayah dan ibunya. Bila urutan tersebut di atas tidak ada baru beralih kepada yang lain.
c) Waktu Penyelenggaraan
Sesegera mungkin, tidak ada keharusan menunggu berkumpulnya seluruh kerabat. Sabda Rasulullah : “ada 3 hal Hai Ali jangan ditunda, dilarang ditangguhkannya yaitu sholat bila telah dating waktunya, jenazah bila telah nyata kematiannya., dan wanita yang tidak ada suami bila telah menemukan jodohnya”(Al-Hadist)
Percepatan penyelenggaraan jenazah, bila ia seorang yang baik, perdekatkanlah kebaikannya dan bila tidak demikian, maka kamu akan lepas kejelekannya tersebut dari bebanmu.

1) Kaifiat (cara perawatan jenazah)
Bila telah terang,nyata, jelas ajalnya seseorang, maka segerakanlah perawatannya, adapun yang perlu dilakukan adalah :
 Pejamkan matanya
 Lemaskan terutama tangan, dan kakinya diluruskan
 Dikatupkan mulutnya, dengan ikatkan kain, dan lingkarkan dagu, pelipis sampai ubun-ubun.
 Diutamakan ditelentangkan membujur menghadap kiblat dengan kepala di sebelah kanan kiblat (untuk daerah sidangoli berarti kepala di sebelah utara)
 Ditutup muka wajahnya, serta seluruh tubuhnya
 Mengucapkan kalimat tarji’ untuk istirja’ (pasrah dengan ikhlas dan ingat bahwa kita bersama akhirnya juga akan mengalami kematian (Innalillahi Wainna ilaihi rooji’uun (Al-baqaroh Ayat 156)
 Mendoakannya (Allahumma ighfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu anhu) artinya : ya Allah semoga Allah mengampuni, melimpahkan kasih sayangnya, memaafkannya serta memulyakannya, Al Hadist
 Menyebarluaskan berita kematiannya kepada keluarga/ ahli waris, kerabat dan masyarakat lingkungannya
 Mempersiapkan keperluan/perlengkapan perawatan mayat/jenazah
 Keluarga / ahli waris segera menyelesaikan hak insane/Adam, utang piutang, mengambil alih tanggung jawab hingga bagi yang telah wafat tiada lagi memiliki kewajiban. Kecuali mempertanggung jawabkan amal perbuatnnya.
2) Hak Dan Kewajiban terhadap Jenazah
1) Memandikannya/ mensucikannya
2) Mengkafaninya/ membungkus seluruh tubuhnya
3) Menshalatkannya
4) Menguburkannya
3) Jenazah Yang Tidak Mendapat Perlakuan seperti Biasa
1) Mati sahid dalam peperangan tidak perlu dimandikan dan dikafani cukup dimakamkan dengan pakaiannya yang melekat
2) Mati di atas perjalanan laut, tak perlu dibawa ke darat untuk dimakamkan apabila untuk mencapai daratan perlu waktu lama
3) Mati saat ihrom, maka kain kafannya cukup pakaian ihromnya dan tidak boleh diberi parfum sebagaimana jenazah biasa.











BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Orang yang sakit tetap dapat melaksanakan ibadah semampunya. Seperti berzikir, bershalawat, membaca doa-doa, maupun melaksanakan shalat sekalipun. Jika masih maupun dan sanggup, wajib dalam melaksanakan shalat fardhu dengan berdiri sekalipun bersandar ke dinding atau ke tiang atau tongkat.
Orang yang sakit wajib melaksanakan semua kewajiban shalat tepat pada waktunya menurut kemampuannya. Jika termasuk orang yang kesulitan berwudhu dia boleh menjamak shalatnya seperti layaknya seorang musafir. Jika dia sulit untuk shalat pada waktunya boleh menjamak antara dzuhur dengan ashar dan antara magrib dan isya baik jamak taqdim maupun jamak takhir sesuai dengan kemampuannya. Kalau dia mau dia boleh memajukan shalat asharnya di gabung dengan dzuhur atau mengakhirkan dzuhurnya digabung dengan ashar di waktu shalat ashar. Jika mau boleh juga dia memajukan shalat isya untuk digabung engan shalat maghrib diwaktu maghrib atau sebaliknya. Adapun shalat subuh maka tidak boleh dijamak dengan shalat yang sebelumnya atau sesudahnya karena waktunya terpisah dari waktu shalat sebelumnya dan shalat sesudahnya.







DAFTAR PUSTAKA

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090831023126AAvDsWF
http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Kematian2.html

KAIDAH AGAMA TERHADAP TUGAS DAN PERAN MANUSIA

BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar Belakang
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling sempurna dibandingkan dengan machluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dllnya. Tetapi kita sendiri sebagai manusia tidak tahu atau tidak kenal akan diri kita sendiri sebagai manusia. Untuk itu marilah kita pelajari diri kita ini sebagai manusia, Siapa diri kita ini? Dari mana asalnya? Mau kemana nantinya? Dan yang paling penting adalah bagaimana kita menempuh kehidupan didunia ini supaya selamat didunia dan achkirat nanti?
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.




Katakanlah: Sesungguhnya sembah yangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (al-An’am;162-163)

















BAB II
ISI

A. Pengertian Manusia
Para ahli berbeda-beda dalam membuat pengertian tentang manusia. Ada yang mengatakan bahwa manusia itu adalah makhluk cerdas (homo sapiens), ada yang mengatakan hewan yang bisa berfikir, ada yang mengatakan hewan yang mampu berbicara dan lain-lain. Pengertian di atas mengesankan bahwa perbedaan antara manusia dan binatang hanya pada aktifitas berfikir dan berbicara, atau hanya pada kecerdasannya saja. Kesan itu tidak berlebihan karena pengertian itu dirumuskan dengan dasar materi saja.
Adapun pendapat yang mendekati pada kebenaran menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk (ciptaan Tuhan) yang tampak, bertanggung jawab terhadap perbuatannya, dan diberi anugerah sifat-sifat ketuhanan. Inilah pengertian yang disebutkan oleh sebagian ulama’ Islam
Pengertian ini menegaskan empat hal pada manusia, yaitu;
1. Manusia adalah ciptaan Allah, tidak berevolusi atau ada dengan sendirinya.
2. Manusia adalah ciptaan yang tampak karena terdiri dari ruh dan jasad, tidak seperti jin dan malaikat yang bersifat ghaib.
3. Kelak manusia harus mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya di dunia, khususnya di akhirat kelak, tetapi di dunia pun manusia juga harus selalu mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan manusia.
4. Manusia diberi anugerah sifat ketuhanan, seperti manusia memiliki sifat penyayang, pemaaf, ilmu, berkehendak dan lain-lainnya. Sifat-sifat itu adalah sebagain dari sifat-sifat Allah, hanya bedanya sifat Allah itu sempurna sedangkan sifat manusia tidak sempurna
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran.
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.
Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita. 8 Definisi Manusia Menurut al- Toumy al- Syaibani :
1. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia di muka bumi.
2. Manusia sebagai khalifah di muka bumi.
3. insan makhluk sosial yang berbahasa.
4. insan mempunyai tiga dimensi yaitu: badan, akal dan ruh
5. insan dengan seluruh perwatakannya dan ciri pertumbuhannya adalah hasil pencapaian 2 faktor, yaitu faktor warisan dan lingkungan
6. manusia mempunyai motivasi, kecenderungan dan kebutuhan awal baik yang diwarisi mauun yang diperoleh dalam proses sosialisasi.
7. manusia mempunyai perbedaan sifat antara yang satu dengan yang lainnya.
8. insan mempunyai sifat luwes, lentur, bisa dibentuk , bisa diubah.

B. Hakikat manusia dalam islam
Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas memilih dan bertanggung jawab.
1. Makhluuq (yang diciptakan)
Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya hati nurani dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. [QS Ar Ruum:30]



. [QS An Nisaa’:48]




Bodoh Beban amanat yang begitu besar dari Allah, diterima oleh manusia, disaat makhluk lainnya tidak menyanggupi amanat tersebut karena beratnya amanat tersebut. [QS Al Ahzab;72]
Memiliki kebutuhan Sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan kemampuan. Maka sangat mungkin manusia memiliki kebutuhan atau kehendak kepada Allah. [QS Faathir:15]
2. Mukarram (yang dimuliakan)
a. Ditiupkan ruh [QS As Sajdah:9]




b. Diberi keistimewaan [QS Al Isra:70]




c. Ditundukkan alam untuknya . Semua alam ini termasuk dengan isinya ini Allah peruntukkan untuk manusia. [QS Al Jaatsiyah:12-13]




3. Mukallaf (yang mendapatkan beban)
Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai konsekuensi dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56]



Khilafah Allah mengetahui siapa sebenarya manusia, sehingga Allah tetap menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al Baqarah:30]
4. Mukhayyar (yang bebas mamilih)


Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al kahfi :29]
5. Majziy (yang mendapat balasan)
Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukannya, Allah menyediakan surga untuk mereka yang beriman dan beramal soleh yaitu mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
[QS As Sajdah:19, Al Hajj:14]




Neraka Balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk keadilan yang Allah berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah mendapatkan hukuman yang setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS As Sajdah:20


C. Proses kejadian Manusia Dan Asal Mula kejadian Manusia Menurut Al – Qur’an
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.





Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum.
Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa , maka segala sesuatu dapat terjadi. Akan tetapi ada sebagian umat islam yang berpendapat bahwa Adam bukan manusia pertama. Pendapat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa:
Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak berarti bahwa semua unsure kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia. Hal itu seperti pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan makanannya dari tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu bahan-bahan pembentuk manusia yang disebut dalam al-Quran hanya merupakan petunjuk manusia yang disebut dalam al-Quran , hanya merupakan petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi bentuk” (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada Lumpur hitam yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau dikatakan sebagai tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa proses kejadiannya melalui oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak dan terdapat di mana-mana seperti panas dan sinar ultraviolet.
Ayat yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah menghendaki sesuatu jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap yang dikehendaki Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam hal ini harus dibedakan antara kalimat kun fayakun dengan kun fa kana. Apa yang dikehendaki Allah pasti terwujud dan terwujudnya mungkin saja melalui suatu proses. Hal ini dimungkinkan karena segala sesuatu yang ada didunia juga mengalami prosi yang seperti dinyatakan antara lain dalam surat al-A’la 1-2 dan Nuh 14.
Jika diperhatikan surat Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan bahwa penciptaan Isa seperti proses penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam, maka dapat menimbulkan pemikiran bahwa apabila isa lahir dari sesuatu yang hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup sebelumnya. Hal itu karena kata “tsumma” yang berarti kemudian, dapat juga berarti suatu proses.
Perbedaan pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau tidak, diciptakan langsung atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada ujungnya karena masing-masing akan teguh pada pendiriannya. Jika polemik ini senantiasa diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan waktu dan tidak sempat lagi memikirkan tentang status dn tugas yang telah ditetapkan Allah pada manusia al-Quran cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang itu.
Untuk memahami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli kimia, biologi, dan lain-lainnya perlu dilibatkan, agar dalam memahami ayat-ayat tersebut tidak secara harfiah. Yang perlu diingatkan sekarang adalah bahwa manusia oleh Allah, diharapkan menjadi khalifah ( pemilih atau penerus ajaran Allah ). Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam al-baqarah 30. kata khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah. Kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti, yang biasanya dihubunkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa Muawiyah-‘Abbasiah.
Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu bakar pada waktu dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau mengucapkan inni khalifaur rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut sunah rasulillah. Dalam pidatonya setelah diangkat oleh umat islam, abu bakar antara lain menyatakan “selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya, tetapi apabila saya menyimpang , maka luruskanlah saya”. Jika demikian pengertian khalifah, maka tidak setiap manusia mampu menerima atau melaksanakan kekhalifahannya. Hal itu karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran Allah.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah :
jasad ( al-Anbiya’ : 8, Shad : 34 ). Jasad adalah bentuk lahiriah manusia,
 Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya’ :91 dan lain-lain); Ruh adalah daya hidup
 Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain ) ; Nafs adalah jiwa
 Aqal ( al-Baqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain); Aqal adalah daya fakir
 Qolb ( Ali Imran 159, Al-Ara’f 179, Shaffat 84 dan lain-lain ). Qolb adalah daya rasa.
Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti lemah ( an-Nisa 28 ), suka berkeluh kesah ( al-Ma’arif 19 ), suka bernuat zalim dan ingkar ( ibrahim 34), suka membantah ( al-kahfi 54 ), suka melampaui batas ( al-‘Alaq 6 ) suka terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain sebagainya. Hal itu semua merupakan produk dari nafs , sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya dengan aqal dan qolb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali, karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu ilmu yang obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasi kecenderungan negatif tersebut ( karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali ) ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu.
Berdasarkan ungkapan pada surat al-Baqarah 30 terlihat suatu gambaran bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi ia khalifah pertama. Dalam ayat tersebut, kata yang dipakai adalah jaa’ilun dan bukan khaaliqun. Kata khalaqa mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, sedang kata ja’ala mengarah pada sesuatu yang bukan baru,dengan arti kata “ memberi bentuk baru”. Pemahaman seperti ini konsisten dengan ungkapan malaikat yang menyatakan “ apakah engkau akan menjadikan di bumi mereka yang merusak alam dan bertumpah darah?” ungkapan malaikat tersebut memberi pengertian bahwa sebelum adam diciptakan, malaikat melihat ada makhluk dan jenis makhluk yang dilihat adalah jenis yang selalu merusak alam dan bertumpah darah. Adanya pengertian seperti itu dimungkinkan, karena malaikat tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, sebab yang tahu apa yang akan terjadi dimasa depan hanya Allah.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar adalah proses terciptanya manusia dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah berproses dalam rahim ibu. Ayat berserak, tetapi dengan bantuan ilmu pengetahuan dapat dipahami urutannya. Dengan demikian, pemahaman ayat akan lebih sempurna jika ditunjang dengan ilmu pengetahuan.
Oleh karena al-Quran tidak bicara tentang manusia pertama. Biarkanlah para saintis berbicara tentang asal-usul manusia dengan usaha pembuktian yang berdasarkan penemuan fosil. Semua itu bersifat sekedar pengayaan saint untuk menambah wawasan pendekatan diri pada Allah. Hasil pembuktian para saintis hanya bersifat relatif dan pada suatu saat dapat disanggah kembali, jika ada penemuan baru. Misalnya, mungkinkah penemuan baru itu dilakukan oleh ulama islam?.
Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan. Kelebihan-kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lain dijelaskan surat al-Isra’ ayat 70.
Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya.
Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).


Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-An’am : 165 ). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan makhluk lainny. Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ), bahkan lebih buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia bermartabat rendah.


1. PERINGKAT SATU
NUTFAH : iaitu peringkat pertama bermula selepas persenyawaan atau minggu pertama. Ianya bermula setelah berlakunya percampuran air mani



Maksud firman Allah dalam surah al-Insan : 2
" Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari pada setitis air mani yang bercampur yang Kami (hendak mengujinya dengan perintah dan larangan), kerana itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat "
Menurut Ibn Jurair al-Tabari, asal perkataan nutfah ialah nutf ertinya air yang sedikit yang terdapat di dalam sesuatu bekas samada telaga, tabung dan sebagainya. Sementara perkataan amsyaj berasal daripada perkataan masyj yang bererti percampuran
Berasaskan kepada makna perkataan tersebut maksud ayat di atas ialah sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan manusia daripada air mani lelaki dan air mani perempuan.
Daripada nutfah inilah Allah menciptakan anggota-anggota yang berlainan , tingkahlaku yang berbeza serta menjadikan lelaki dan perempuan. Daripada nutfah lelaki akan terbentunya saraf, tulang dan fakulti , manakala dari nutfah perempuan akan terbentuknya darah dan daging.


A- Sperma B-Sperma menembusi ovum


2. PERINGKAT KEDUA
ALAQAH : Peringkat pembentukan alaqah ialah pada hujung minggu pertama/hari ketujuh . Pada hari yang ketujuh telor yang sudah disenyawakan itu akan tertanam di dinding rahim (qarar makin). Selepas itu Kami mengubah nutfah menjadi alaqah.Firman Allah :


" Kemudian Kami mengubah nutfah menjadi alaqah, al-Mukminun : 14
Kebanyakan ahli tafsir menafsirkan alaqah dengan makna segumpal darah. Ini mungkin dibuat berasaskan pandangan mata kasar. Alaqah sebenarnya suatu benda yang amat seni yang diliputi oleh darah. Selain itu alaqah mempunyai beberapa maksud :
 sesuatu yang bergantung atau melekat
 pacat atau lintah
 suatu buku atau ketulan darah

3. PERINGKAT KETIGA
MUDGHAH : Pembentukan mudghah dikatakan berlaku pada minggu keempat. Perkataan mudghah disebut sebanyak dua kali di dalam al-Quran iaitu surah al-Hajj ayat 5 dan surah al-Mukminun ayat 14
Firman Allah :


"lalu Kami ciptakan darah beku itu menjadi seketul daging"al-Mukminun : 14
Diperingkat ini sudah berlaku pembentukan otak, saraf tunjang, telinga dan anggota-anggota yang lain. Selain itu sistem pernafasan bayi sudah terbentuk.Vilus yang tertanam di dalam otot-otot ibu kini mempunyai saluran darahnya sendiri. Jantung bayi pula mula berdengup. Untuk perkembangan seterusnya, darah mula mengalir dengan lebih banyak lagi kesitu bagi membekalkan oksigen dan pemakanan yang secukupnya. Menjelang tujuh minggu sistem pernafasan bayi mula berfungsi sendiri.
4. PERINGKAT KEEMPAT
IZAM DAN LAHM : Pada peringkat ini iaitu minggu kelima, keenam dan ketujuh ialah peringkat pembentukan tulang yang mendahului pembentukan oto-otot. Apabila tulang belulang telah dibentuk, otot-otot akan membungkus rangka tersebut.
Firman Allah :



"Lalu Kami mengubahkan pula mudghah itu menjadi izam da kemudiannya Kami membalutkan Izam dengan daging" al-Mukminun : 14
Kemudian pada minggu ketujuh terbentuk pula satu sistem yang kompleks. Pada tahap ini perut dan usus , seluruh saraf, otak dan tulang belakang mula terbentuk. Serentak dengan itu sistem pernafasan dan saluran pernafasan dari mulut ke hidung dan juga ke pau-paru mula kelihatan. Begitu juga dengan organ pembiakan, kalenjar, hati, buah penggang, pundi air kencing dan lain-lain terbentuk dengan lebih sempurna lagi. Kaki dan tangan juga mula tumbuh. Begitu juga mata, telinga dan mulut semakin sempurna. Pada minggu kelapan semuanya telah sempurna dan lengkap.

Janin pada usia 12 minggu

5. PERINGKAT KELIMA
NASY'AH KHALQAN AKHAR : Pada peringkat ini yaitu menjelang minggu kelapan , beberapa perubahan lagi berlaku. Perubahan pada tahap ini bukan lagi embrio tetapi sudah masuk ke peringkat janin.Pada bulan ketiga, semua tulang janin telah terbentuk dengan sempurnanya Kuku-kukunya pun mula tumbuh. Pada bulan keempat, pembentukan uri menjadi cukup lengkap menyebabkan baki pranatel bayi dalam kandungan hanya untuk menyempurnakan semua anggota yang sudah wujud. Walaupun perubahan tetap berlaku tetapi perubahannya hanya pada ukuran bayi sahaja.

Janin mendapat makanan melalui uri
6. PERINGKAT KE ENAM
NAFKHUR-RUH yaitu peringkat peniupan roh. Para ulamak Islam menyatakan bilakah roh ditiupkan ke dalam jasad yang sedang berkembang? Mereka hanya sepakat mengatakan peniupan roh ini berlaku selepas empat puluh hari dan selepas terbentuknya organ-organ tubuh termasuklah organ seks. Nilai kehidupan mereka telah pun bermula sejak di alam rahim lagi. Ketika di alam rahim perkembangan mereka bukanlah proses perkembangan fizikal semata-mata tetapi telahpun mempunyai hubungan dengan Allah s.w.t melalui ikatan kesaksian sebagaimana yang disebutkan oleh Allah di dalam al-Quran surah al-A'raf : 172. Dengan ini entiti roh dan jasad saling bantu membantu untuk meningkatkan martabat dan kejadian insan disisi Allah SWT
Setetes Mani
Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an :



"Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?" (QS Al Qiyamah:36-37)
Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.

Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi "segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Commission on Scientific Signs of the Qur'an and Sunnah, s. 36)
Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur'an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata "'alaq" dalam Al Qur'an:"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah." (QS Al 'Alaq:1-3)
Arti kata "'alaq" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang menempel pada suatu tempat". Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

Pembungkusan Tulang oleh Otot
Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (QS Al Mu'minun:14)
Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut: Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)


D. Komponen Penting Dalam diri Manusia
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah paling sempurna dibandingkan dengan machluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dllnya. Tetapi kita sendiri sebagai manusia tidak tahu atau tidak kenal akan diri kita sendiri sebagai manusia. Untuk itu marilah kita pelajari diri kita ini sebagai manusia, Siapa diri kita ini? Dari mana asalnya? Mau kemana nantinya? Dan yang paling penting adalah bagaimana kita menempuh kehidupan didunia ini supaya selamat didunia dan achkirat nanti?
Sebenarnya manusia itu terdiri atas 3 unsur yaitu:
1. Jasmani.
Terdiri dari Air, Kapur, Angin, Api dan Tanah.
2. Ruh.
Terbuat dari cahaya (NUR). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa.(An Nafsun/rasa dan perasaan).
Terdiri atas 3 unsur:
o Syahwat/Lawwamah (darah hitam), dipengaruhi sifat Jin, sifatnya adalah: Rakus, pemalas, Serakah, dll (kebendaan/materialis)-menjadi beban masyarakat.
o Ghodob/Ammarah ( Darah merah ), dipengaruhi oleh sifat Iblis, Sifatnya adalah: Sombong, Merusak, Angkara murka dll (Menentang)-Menjadi pengacau masyarakat.
o Natiqoh/Muthmainah (darah Putih), Dipengarui sifat malaikat, Sifatnya adalah: Bijaksana, Tenang, Berbudi luhur, Berachlak Tinggi dan Mulia- Menciptakan kedamaian dan kasih sayang.
Alat dari pada Jiwa yaitu otak, yang terdiri atas 3 bagian juga:
1. Akal (timbangan) haq atau bathil
2. Pikir (hitungan) Untung rugi
3. Zikir (ingatan) Ingat Allah
Jadi kalau diibaratkan mobil maka jasmani ini adalah Body daripada mobil sedangkan Ruh sebagai Accu yang sifatnya hanyalah sebagai yang menghidupkan saja dan Jiwa adalah sopir atau yang mengendalikan dari pada mobilnya dimana dialah yang bertanggung jawab atas keselamatan dari pada mobil itu sendiri. Jadi Disini jelaslah bahwa yang dikatakan manusia itu adalah Jiwanya dimana dialah yang bertanggung jawab atas perbuatanya. Machluk machluk yang diciptakan Allah ( dimana ada yang menjadi musuh atau lawan manusia yaitu Iblis dan Jin kafir.)
Ada 6 makhluk yaitu:
1. Malaikat, Dari Nur (cahaya) menerangi/mengawasi manusia.
2. Iblis, Dari Nar (Api), sifatnya merusak, merupakan musuh manusia.
3. Jin, Dari asap yang beracun, sifatnya memabukan, merupakan penggoda dan juga membantu manusia.
4. Tumbuhan, Hanya mempunyai naluri, berfaedah, untuk kebutuhan manusia.
5. Hewan, Syahwat dan ghodob, berfaedah untuk kepentingan manusia.
6. Manusia, Sebagai pengatur alam, pengurus dunia(khalifah rachmatan lil alamin).
Corak corak Manusia:
• Mu'min
• Kafir
• Munafi
Perjalanan Kehidupan Manusia:
1. Alam Arwah/Ruh, Masih didalam alam suci/taqdir ketentuan
2. Alam Rahim, Didalam Kandungan Ibu/Qadarditentukan
3. Alam Dunia/Alam Qodho, Penyelesaian/Untuk sementara
4. Alam Kubur/Alam Barzah, Dalam tahanan alam Kubur/prefentif
5. Alam Mizan, Timbangan Alam dibangkitkanya kembali Manusia
6. Yaumil Ma'lum ( Hari Pengumuman/Keputusan), Sorga bagi yang beramal baik; Neraka bagi yang beramal buruk
E. Tugas Manusia
Allah yang telah menciptakan manusia menginformasikan bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman Allah;


“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (adz-Dzariyat:56)
Ayat di atas dibuka dengan huruf naïf “maa” yang berarti tidak. Kata ini menafika segala kata yang terletak di depannya, dalam hal ini adalah penciptaan jin dan manusia. Selanjutnya kita dapati kata pengecualian dari peniadaan di awal yaitu “illa” (kecuali), yang berfungsi untuk menetapkan sesuatu yang telah dinafikan, yaitu penciptaan. Terakhir kali menerangkan bahwa penetapan itu berkaitan dengan tujuan penciptaan yaitu untuk beribadah kepada Allah. Susunan kalimat demikian itu bisa difahami bahwa tujuan dari penciptaan jin dan manusia tiada lain adalah untuk beribadah kepada Allah. Dan manusia tidak diijinkan untuk mengisi kehidupannya selain untuk beribadah kepada Allah saja. Firman Allah;




Katakanlah: Sesungguhnya sembah yangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (al-An’am;162-163)
Hanya saja ibadah di sini tidak bisa difahami sebagai bentuk ritual berhubungan dengan Allah saja. Ibnu Taimiyah mengartikan ibadah sebagai segala sesuatu yang disukai dan diridlai oleh Allah baik berupa berupa amal dhahir seperti ucapan dan perbuatan maupun amal bathin. Sedangkan Abul A’la al-Maududi mengatakan bahwa ibadah adalah, “Takut Anda kepada Allah dalam seluruh urusan hidup Anda pada setiap waktu, sikap Anda menjadikan keridlaan Allah sebagai tujuan Anda, kesediaan Anda mematuhi undang-undang-Nya, penolakan Anda terhadap keuntungan yang Anda peroleh atau mungkin Anda peroleh dengan mendurhakai-Nya, dan kesabaran Anda atas tiap-tiap kerugian yang menimpa Anda karena taat kepada-Nya.
Berdasarkan dua rumusan ibadah tersebut, dapat diketahui bahwa ibadah dalam Islam mencakup ibadah yang khusus dan ibadah umum. Ibadah khusus adalah ibadah yang hanya memiliki dimensi fertikal, berkaitan dengan tata cara berhubungan dengan Allah secara langsung seperti shalat, do’a puasa dan lain-lain. Sedangkan ibadah umum adalah ibadah yang juga memiliki dimensi horizontal, berkaitan dengan hubungan sesama makhluk, disamping dimensi fertikal, seperti jual beli, mendidik anak, membantu fakir miskin dan lain-lain.. Jadi dalam Islam tidak ada sesuatu yang lepas dari hubungan dengan Allah.
F. Kedudukan manusia; sebagai khalifah
Selain bertugas sebagai hamba yang harus selalu mengabdi, manusia hidup di dunia memiliki kedudukan terhadap makhluk-makhluk yang lainnya. Fungsi ini dinamakan dengan fungsi kekhalifahan (khilafah), sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah;
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (al-baqarah:30)
Khalifah secara bahasa berarti pengganti atau wakil. Maka manusia di muka bumi ini menjadi khalifah Allah, atau wakil Allah. Ibnu Jarir at-Thabari menjelaskan, bahwa Allah mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya untuk menggantikan Allah dalam memutuskan perkara secara adil terhadap makhluk-makhluk Allah.
Dr. Quraisy Syihab menjelaskan tentang kekhalifahan ini, “Ia berkewajiban untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik, kehidupan masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara”.
Pengangkatan manusia sebagai khalifah ini berkaitan dengan anugerah sifat ketuhanan kepada manusia, di antaranya adalah kehendak (iradah). Manusia yang bebas berkehendak dan bebas memilih ini diuji oleh Allah, mau berkehendak yang sesuai dengan Dzat yang mewakilkan atau tidak. Dan kelak manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah atas jabatannya sebagai khalifah itu di akhirat.




















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Manusia adalah makhluk (ciptaan Tuhan) yang tampak, bertanggung jawab terhadap perbuatannya, dan diberi anugerah sifat-sifat ketuhanan
2. Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas memilih dan bertanggung jawab
3. Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
4. Manusia itu terdiri atas 3 unsur yaitu: Jasmani (Terdiri dari Air, Kapur, Angin, Api dan Tanah), Ruh (Terbuat dari cahaya (NUR). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja), Jiwa (An Nafsun/rasa dan perasaan).
5. Allah yang telah menciptakan manusia menginformasikan bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman Allah;
B. Saran
Sebagai manusia kita harus menjadi Makhluk yang terbaik, dalam hal dunia maupun akhirat, dan terlebih kita harus selalu ingat kepada Allah SWT agar tidak tersesat dikemudian hari. Amin



DAFTAR PUSTAKA



Al – Qur’an
Al – Hadits
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=582
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=38
www.alsofwah.or.id
http://www.mail-archive.com/radioliner@yahoogroups.com/msg00932.html

AGAMA DANMANUSIA


AGAMA DANMANUSIA
A.    Pengertian agama
Agama dalam pengertiannya dapat dikelompokkan pada dua bahagian yaitu agama menurut bahasa dan agama menurut istilah. Beberapa persamaan arti kata“agama’’ dalam berbagai bahasa :
1. Ad din (Bahasa Arab dan Semit)
2. Religion (Inggris)
 3.La religion (Perancis)
4. De religie (Belanda)
5. Die religion (Jerman)
Secara bahasa, perkataan ‘’agama’’ berasal dari bahasa Sangsekerta yang erat hubungannya dengan agama Hindu dan Budha yang berarti ‘’tidak pergi’’tetap di tempat, diwarisi turun temurun’’. Adapun kata din mengandung arti menguasai, menundukkan, kepatuhan, balasan atau kebiasaan.
Din juga membawa peraturan-peraturan berupa hukum-hukum yang harus dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan. Kata din dalam Al Qur’an disebut sebanyak 94kali dalam berbagai makna dan kontek, antara lain berarti :
1. Pembalasan (Q.S Al Fatihah (1) ayat 4.
2. Undang-undang duniawi atau peraturan yang dibuat oleh raja (Q.S Yusuf (12)ayat 76.
3. Agama yang datang dari Allah SWT, bila dirangkaikan dengan kata Allah (Q.SAli Imran (3) ayat 83.
4. Agama yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW sebagai agama yang benar, yakni Islam, bila kata din dirangkaikan dengan kata al-haq (Q.S AtTaubah (9) ayat 33
5. Agama selain Islam (Q.S Al Kafirun(109) ayat 6 dan Q.S Ash Shaf (61) ayat 9.
Menurut Abu Ahmadi agama menurut bahasa :
1. Agama berasal dari bahasa Sangsekerta yang diartikan dengan haluan,peraturan, jalan atau kebaktian kepada Tuhan.
2. Agama itu terdiri dari dua perkataan yaitu A. berarti tidak, Gama berarti kacau balau, tidak teratur. Jadi agama berarti tidak kacau balau yang berarti teratur.
Agama menurut istilah adalah undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengikat manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam. Maka orang yang beragama adalah orang yang teratur, orang yang tenteram dan orang yang damai baik dengan dirinya maupun dengan orang lain dari segala aspek kehidupannya.
Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu :
1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam.
2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya.
3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinan nya tersebut.

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Beberapa pendapat

Dalam bahasa Sansekerta
1.      Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "tradisi".
2.      Dalam bahasa Sansekerta artinya tidak bergerak (Arthut Mac Donnell).
3.      Agama itu kata bahasa Sansekerta (yaitu bahasa agama Brahma pertama yang berkitab Veda) ialah peraturan menurut konsep Veda (Dr. Muhammad Ghalib).

Dalam bahasa Latin
·         Agama itu hubungan antara manusia dengan manusia super (Servius)
·         Agama itu pengakuan dan pemuliaan kepada Tuhan (J. Kramers Jz)
Dalam bahasa Eropa
1.      Agama itu sesuatu yang tidak dapat dicapai hanya dengan tenaga akal dan pendidikan saja (Mc. Muller dan Herbert Spencer).
2.      Agama itu kepercayaan kepada adanya kekuasan mengatur yang bersifat luar biasa, yang pencipta dan pengendali dunia, serta yang telah memberikan kodrat ruhani kepada manusia yang berkelanjutan sampai sesudah manusia mati (A.S. Hornby, E.V Gatenby dan Wakefield)
Dalam bahasa Indonesia
1.      Agama itu hubungan manusia dengan Yang Maha Suci yang dinyatakan dalam bentuk suci pula dan sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu (Drs. Sidi Gazalba).
2.      Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997)
Dalam bahasa Arab
a.       Agama dalam bahasa arab ialah din, yang artinya :
Ø  taat
Ø  takut dan setia
Ø  paksaan
Ø  tekanan
Ø  penghambaan
Ø  perendahan diri
Ø  pemerintahan
Ø  kekuasaan
Ø  siasat
Ø  balasan
Ø  adat
Ø  pengalaman hidup
Ø  perhitungan amal
Ø  hujan yang tidak tetap turunnya, dan lain-lain.l
b.      Sinonim kata din dalam bahasa arab ialah milah. Bedanya, milah lebih memberikan titik berat pada ketetapan, aturan, hukum, tata tertib, atau doktrin dari din itu.

B.     Fungsi Agama dalam Kehidupan Manusia
Fungsi agama dalam kehidupan manusia, mencakup beberapa hal yaitu :
Ø  Sebagai penyidik : yakni dalam agama mengajarkan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mengerjakan yang baik meninggalkan yang buruk, amar ma’ruf nahi munkar.
Ø  Sebagai penyelamat : yakni agama juga sebagai penyelamat bagi manusia baik di dunia maupun di akherat, di dunia terhindar dari melakukan perbuatan maksiat sedangkan di akherat jaminan surga atas amal ibadah yang telah dilakukan sejak berada di dunia.
Ø  Menjadi meditasi konflik dimasyarakat : yakni agama sebagai media pemersatu ummat dalam menyelesaikan suatu konflik yang dihadapi masyarakat.
Ø  Kontrol sosial : Agama juga menjadi kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat sehingga dapat berjalan dnegan semestinya, adil dan penuh tanggung jawab.
Ø  Serta agama menjadi pemupuk tali solidaritas : yakni saling berbagai, menjaga bersilaturahmi, perekat persaudaraan sesama ummat manusia. Oleh karena itu dalam menjalankan aturan-aturan agama seperti apa yan telah diajarkan Nabi SAW banyak memberi manfaat bagi ummat sebagai pengikutnya.
Dalam agama Islam, Allah telah memberikan kita kitab suci Al-Qur’an   sebagai petunjuk bagi kehidupan spritual atas kegiatan yang kita lakukan sehari-hari. Allah telah menyatakan dengan jelas dalam Al-Qur’an bahwa kitab suci ini lengkap, sepempurna dan terperinci dan bahwa apapun yang ingin kita ketahui atau yang ingin kita capai dalam hidup, dapat ditemukan di dalamnya, membacanya menjadi penenang dalam hati serta penerang terhadap permasalahan yang kita hadapi seberat apapun masalah yang dialami akan terasa ringan jika kembali dan menghayati isi kandungan Al-Qur’an.

C.    Kedudukan Agama Bagi Manusia
      Kedudukan Tinggi Manusia atas Pemikiran di Masa Modern  tidak diragukan lagi bahwa di masa modern manusia diposisikan lebih tinggi dari pemikiran. Namun pandangan ini perlu ditinjaun kembali, pertama dengan dasar apa manusia diposisikan lebih tinggi dari pemikiran, kedua apakah karakteristik pemikiran-pemikiran tradisional adalah sebagaimana juga sekarang ini atau bertentangan? Adapun di masa modern bahwa manusia telah menjadi terhormat dan kedudukan pemikiran menjadi rendah, hal ini karena dari satu sisi merupakan akibat dari kedudukan yang terlupakan dari manusia dan dari sisi lain sebagai akibat hilangnya sisi kepastian kebenaran pengetahuan manusia. Manusia modern memahami bahwa pengetahuan itu bersifat nisbi sehingga tidak mungkin diharapkan memiliki nilai mutlak, karena itu pengetahuan menjadi berada pada titik terendah dari manusia. Jika  manusia suatu saat kembali menemukan bahwa pengetahuan dan pemikirannya memiliki nilai mutlak, maka pemikirannya akan kembali mulia, suci, dan  terhormat serta kembali menjadi lebih tinggi dari manusianya. Adapun mengenai substansi tradisi pemikiran-pemikiran klasik itu tidak selayaknya dipandang sama, begitu banyak tradisi-tradisi pemikiran yang ditemukan dalam sejarah manusia yang tidak dapat dihukumi secara sama. Salah satu kesalahan mendasar dari sistem pengajaran moderen adalah memandang sama semua budaya dan tradisi di semua negara pada masa pra pembaharuan Eropa. Mereka ini tidak ingin bersusah payah untuk melakukan penelitian dan seenaknya memandang bahwa semua budaya dan tradisi adalah sama dengan kebudayaan dan tradisi Eropa abad pertengahaan. Pandangan yang tak berdasar dan tak ilmiah ini merupakan persoalan penting bagi para peneliti pada zaman moderen yang harus dicarikan solusinya. 

D.    Motivasi dan Tujuan Hidup Beragama
a.       Motivasi hidup beragama
Dalam rutinitas kehidupan saat ini terkadang saya melihat hidup yang sudah tidak manusiawi lagi, atau orang menyebutnya jaman yang sudah gila. Sebenarnya manusia melakukan pembangunan, revolusi, evolusi semua menuju suatu kehidupan yang lebih baik. Tapi saat ini yang terjadi adalah pengerusakan yang dilakukan secara gotong-royong.

Sungguh menyedihkan melihat situasi seperti ini, terutama di kota besar semua orang berlomba untuk mencari materi, kekayaan, kesuksesan, semua saling bersaing tidak sehat saling menjatuhkan sungguh tindakan yang kurang terpuji.

Kenapa saat ini kejadian seperti yang saya gambarkan di atas terjadi, karena saat ini manusia cenderung mengesampingkan nilai-nilai agama, manusia hidup dalam keadaan mengikuti egonya sendiri-sendiri.

Agama dalam pembahasan etimolog atau tata bahasa yaitu A = tidak dan gama=kacau, yang secara keseluruhan berarti tidak kacau. Tetapi saat ini kita sering mengesampingkan peranan agama dengan kehidupan sehari-hari.

Agama adalah kontrol yang baik dalam mengendalikan kelakuan manusia yang cenderung melupakan norma-norma.yang ada. Agama adalah alat kontrol diri kita membuat kehidupan lebih baik. Karena semua agama yang ada mengajarkan tentang kebaikan.

Saat agama tidak ada dalam kehidupan kita, diri kita menjadi tidak terkendali, kita tanpa agama dan rasa keimanan terhadap Tuhan, manusia akan bertindak seperti hewan, dapat kita lihat contoh dimana seorang anak dapat membunuh orang tuanya, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan tindakan brutal yang tidak manusiawi lainnya.

Hampir setiap hari dalam acara berita kriminal, tindak kriminal yang semakin sadis, dan tidak terkendali, manusia adalah makhluk itu adalah ajaran yang diterapkan dalam agama, dan sebagai makhluk yang harus bertaqwa dan mengabdi kepada dzat pencipta, sebagai bentuk pengabdian mahkluk kepada Tuhannya.
Setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari dua hal, yaitu perbuatan yang dilakukan tersebut berpijak pada kebenaran atau karena berdasarkan asas manfaat ? Dengan kata lain, motivasi manusia ada dua bentuk, yakni mencari sebuah kebenaran dan berpikir secara mashlahat. Ketika saya mengerjakan shalat, terdapat dua alasan, yakni karena Tuhan memang layak disembah dan Dia menginginkan jalan penyembahan ini (motivasi mencari kebenaran) atau dengan alasan bahwa shalat menyebabkan kebahagiaan dan keselamatan saya (motivasi mashlahat dan manfaat). Jika saya tidak berbohong, dengan dalil bahwa berbohong adalah tidak benar (motivasi kebenaran) atau dengan dalil bahwa berbohong menyebabkan hadirnya siksaan (motivasi mashlahat). Berdasarkan dua prinsip tersebut, kita bisa memberikan dua solusi atas masalah ini: 
Mencari kebenaran bisa disaksikan dalam tiga perkara:
1.   Kecenderungan;
 2.  Pandangan;
3.   Metodologi.
Mencari hakikat kebenaran akan ditemukan dalam tiga bentuk:
 1.  Kecenderungan pada kebenaran;
2.   Menerima dan yakin pada kebenaran;
3.   Implementasi kebenaran dan kebenaran sebagai tolok ukur.
Manusia-manusia pencari kebenaran menempatkan hakikat kebenaran itu dalam tiga sisi wujudnya, pertama hati sebagai pusat kecenderungan, cinta, dan benci. Kedua pikiran sebagai tempat pandangan dan pemikiran. Ketiga tubuh sebagai tempat lahirnya amal perbuatan dan tingkah laku manusia. Kecintaan dan kebencian mereka ini semata-mata berdasarkan hakikat kebenaran (kecenderungan kebenaran), dia tidak meyakini dan mengimani selain kepada pandangan-pandangan benar dan menerima setiap pemikiran yang benar (menerima dan yakin pada kebenaran), dan mengamalkan kebenaran, rela menerima segala konsekuensinya, istiqomah dalam kebenaran, dan segala prilakunya berdasarkan pada kebenaran (implementasi kebenaran dan kebenaran sebagai tolok ukur).        

b.      Tujuan hidup beragama
Tujuan adanya agama adalah menciptakan kehidupan yang lebih baik antara hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan.
Tujuan agama lainnya adalah memberikan petunjuk pada manusia, sehingga dengan kekuatan petunjuk agama akan menyampaikannya menuju ke-haribaan  Ilahi. Jika demikian, maka agama adalah perantara dalam  membantu tugas  manusia untuk merealisasikan tujuan mulianya. Dengan dasar ini, tidaklah mungkin  digambarkan bahwa bagaimana mungkin ketika agama muncul manusia menjadikan tebusan dan pengorbanan pada dirinya. Jika seandainya manusia tidak berpegang pada prinsip agama, tidak menjadikan kesempurnaan kekuatan ruh agama. Maka tidak akan menyampaikannya ke tujuan agama. Jika manusia  tanpa memperdulikan petunjuk agama dan agama hanya sebagai identitas lahirnya akan menjerumuskannya ke jurang kehancuran, dan yang pantas di sebut atheis. Dalam pandangan Islam yang murni, agama sebagai jalan kebenaran dan keselamatan. Agama sebagai jalan menyampaikan pada tujuan  dan kesempurnaan  realitas wujud yang paling tinggi.  Agama sebagai rantai dan penyambung antara Alam Malaikat dan Alam Malakut. Agama datang, hingga menjadikan manusia yang berasal dari kedalaman  tanah menuju ke singgasana langit. Agama sebagai pengobat rasa takut kita. Agama sebagai pelindung terhadap berbagai kesulitan yang mendasar dari alam natural. Agama adalah bagian penting dari kehidupan manusia. Agama yang merubah ketakutan akan mati pada manusia  menjadikannya sebagai sebuah harapan kehidupan yang abadi.  Dari sini,  tidaklah kita menjadikan dalil ojektif  diatas,  kita ingin berbicara tentang agama menurut pandangan Islam murni. Mengidentitaskan ikatan agama dengan manusia. Begitu juga dengan memperhatiakan semua permasalahan di atas dengan tujuan manusia. Agama yang membantu tugas manusia untuk keselamatannya.


DAFTAR PUSTAKA

http://www. wikipedia bahasa Indonesia. com
http://dewon.wordpress.com/2007/11/04/kategori-20/